Advertorial

Membangun Pariwisata, Menuju Riau yang Berjaya

Ahad, 28 Agustus 2016 - 17:51:05 wib | Dibaca: 5284 kali 
Membangun Pariwisata, Menuju Riau yang Berjaya

GagasanRiau.Com Pekanbaru - Sebagai sebuah provinsi otonom, bagian tidak terpisahkan dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), kurang apa Riau? Dari dalam perut buminya sudah sejak lama mengucurkan minyak, yang sangat besar memberi kontribusi bagi negeri ini. Di daratan, menghampar jutaan hektar areal perkebunan kelapa sawit yang tersebar di sejumlah kabupaten. Kalau boleh diistilahkan, di Riau bisa disebut 'di bawah minyak, di atas minyak.'

Tapi, di antara sejumlah potensi SDA (sumber daya alam) yang selama ini menjadi andalan provinsi yang pada 9 Agustus lalu baru saja merayakan hari jadi ke-59, sebagian besar di antaranya dari jenis potensi yang tidak bisa diperbaharui. Sebutlah satu contoh migas (minyak dan gas bumi). Seiring dengan perjalanan waktu dan perputaran zaman, oleh karena terus dieksploitasi, bukan tidak mungkin ada di antara jenis potensi itu yang tidak lagi akan menghasilkan.

Sementara pada bagian lain, di Provinsi ada budaya Melayu merupakan ciri khas dari daerah Melayu yang dihasilkan dalam kehidupan orang-orang Melayu. Budaya yang ada sejak dahulu kala sejak awal keberadaan orang Melayu. Berkembangnya kebudayaan Melayu searah dengan perkembangan sebuah wilayah yaitu Provinsi Riau. Misalnya saja kesenian adalah salah satu kebudayaan yang berkembang pesat.

Riau merupakan salah satu daerah yang memiliki budaya Melayu yang ada di indonesia, letaknya yang strategis di antara negara-negara serumpun yaitu malaysia dan singapura membuat riau kaya akan peradaban Melayu. Sejarah mencatat bahwasanya dahulu nenek moyang kita orang melayu mencapai kejayaannya dan pusat kerajaan Melayu seperti Kerajaan Siak Sri Indrapura, Kerajaan Riau Lingga, Kerajaan Indragiri Dan Kerajaan Palalawan.

Ir. H. Arsyadjuliandi Rachman MBA, yang sejak beberapa bulan belakangan menjabat sebagai Gubri (Gubernur Riau) ingin menjawab tantangan dan peluang itu, yaitu menjadikan sektor pariwisata sebagai 'harapan baru' bagi Negeri yang berjuluk Lancang Kuning ini. Hebatnya lagi, sejak masih berstatus sebagai Plt (Pelaksana Tugas) Gubri, dalam berbagai kesempatan pria yang akrab dengan panggilan Andi Rachman ini telah getol berbicara tentang cita-citanya untuk mengembangkan daerah yang dipimpinnya menjadi pusat wisata budaya Melayu.

Usut punya usut, ternyata inilah yang mendasari 'mimpi besar' sang Gubri, yaitu di Riau banyak peninggalan budaya Melayu, sehingga kita punya potensi untuk dikembangkan sektor kepariwisataan yang berbasis budaya Melayu, "Jadi untuk selanjutnya kita  kembangkan pariwisata berbasis budaya," katanya.

Gubernur menyebut, pihaknya punya pemikiran dan pertimbangan mengapa sekarang harus 'putar haluan'ke sektor pariwisata Melayu. Salah satu landasannya ialah di Riau banyak terdapat peninggalan-peninggalan bersejarah Melayu, seperti Candi Muara Takus, Istana Kerajaan Siak, Benteng Tujuh Lapis, dan banyak lagi. "Sebenarnya kita mengangkat visi kebudayaan karena Riau menjadi pusat peninggalan budaya Melayu. Kita mempunyai aset Melayu dan kami meyakini komitmen masyarakat Riau yang terdiri dari beragam etnis agama mendukung Visi Riau 2020," paparnya.



Untuk mengonkretkan mimpi besar ini, Andi juga mengajak seluruh masyarakat dari berbagai etnis untuk bersatu menciptakan Riau yang aman, bebas dari ancaman terorisme yang dapat berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi dan berbagai sektor lainnya. "Jika Riau sudah aman, maka visi untuk menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu sekaligus lokasi wisata Melayu dunia dapat segera terwujudkan," katanya.

Ketika gagasan sudah mengemuka, selanjutnya yang diperlukan adalah langkah nyata untuk mewujudkan 'mimpi besar' tersebut. Inilah yang antara lain dilakukan, yaitu Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya bersama Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman me-Launching Calender of Event Riau 2016 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Kamis (17/3/2016) malam.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyambut baik diluncurkan Calender of Event Riau 2016 sebagai wujud tekad Provinsi Riau menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan (selain minyak bumi dan kelapa sawit yang selama ini sebagai sumber utama) sekaligus dalam rangka mendukung program Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia mewujudkan target tahun ini kunjungan 12 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan pergerakan 260 juta wisatawan nusantara (wisnus) di Tanah Air.

Untuk mendukung target pariwisata nasional tersebut, Provinsi Riau telah menetapkan sejumlah event unggulan pariwisata dalam Calander of Event Riau 2016 dengan mengandalkan potensi berupa daya tarik alam (nature), budaya (culture) dan daya tarik wisata buatan (man-made) antara lain festival budaya Pacu Jalur dan Bakar Tongkang serta Festival Bekudo Bono yang mendunia.

"Pilihan Riau menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan adalah pilihan yang sangat tepat, karena bila tetap mengandalkan pada minyak dan CPO, yang selama ini menjadi andalan Provinsi Riau, ke depan kedua komoditas ini kenderungannya terus menurun. Tahun 2020 mendatang penghasilan devisa dari minyak trennya akan menuruntajam begitu pula dari CPO trennya hanya mendatar saja, sedangkan pariwisata trennya meningkat dan akan menjadi penghasil devisa terbesar mencapai Rp 240 triliun ," kata Menpar Arief Yahya.

Menpar Arief Yahya menjelaskan, Provinsi Riau memiliki potensi pariwisata berupa daya tarik budaya (culture), alam (nature), dan buatan (manmade). Potensi ini tinggal ditingkatkan dengan strategi pemasaran dan promosinya yang mengacu pada strategi yang dijalankan oleh Kemenpar dengan pendekatan DOT (Destination, Origin, dan Time) serta BAS (Brandidng/PR-ing, Advertising, dan Selling). "Selain itu tiga komponen; aksesbilitas, atraksi, dan amenities yang akan membentuk produk pariwisata di Riau semakin berkualitas dan memiliki daya saing tinggi, harus dibangun dan ditingkatkan," kata Arief Yahya. Bono Sungai Kampar,salah satu andalan wisata riau yang telah mendunia.

Menpar Arief Yahya mengatakan, Riau mempunyai atraksi antara lain festival budaya Pacu Jalur dan Bakar Tongkang, sebuah tradisi yang telah berjalan seabad lebih, telah mampu mengundang banyak wisatawan termasuk wisman dari etnis Tionghoa yang mencapai 20 ribu wisman. Riau juga memiliki event wisata petualangan (adventure tourism) dan wisata olahraga (sport tourism) ke depan perlu digencarkan strategi pemasaran dan promosinya.

Secara garis besar, ada lima konsep pengembangan sektor pariwisata di Provinsi Riau, yaitu konsep pengembangan berbasis kebudayaan, wisata alam, wisata buatan, sumber daya manusia, dan pemasaran pariwisata. Untuk konsep pertama, dapat difokuskan pada iven-iven budaya. Seperti Pacu Jalur, Bakar Tongkang, Siak Old Town Heritage,  Gema Muharram dan Cap Go Meh. Lalu pengembangan wisata alam, seperti Bono, Taman Nasional Tesso Nilo, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Pantai Rupat, Guruh Gemurai, Rimbang Baling, Sungai Kapur, dan sebagainya. Selain itu, pengembangan wisata buatan bisa diseriuskan pada objek wisata seperti PLTA Koto Panjang, Tour de Siak, BX International Open, dan sebagainya.

Khusus untuk pengembangan SDM, pengembangan dapat dilakukan pada lembaga sertifikasi profesi, bujang dara, bono jazz festival, pembinaan infrastruktur ekonomi kreatif, pembinaan tour leader, pembinaan pelaku industri pariwisata dan pembinaan penyedia jasa transportasi. Terakhir, pada pemasaran pariwisata, seerti Cerita Baru Center yang merupakan pusat promosi pariwisata terpadu, Pos Media Strategy, Expo yang meliputi seluruh pelaku industri pariwisata, BAS (Branding, Advertising, Selling) dan Tourist Information Center.**/adv/hms


Istana Siak


Loading...
BERITA LAINNYA