Daerah

Kamaruzaman Provokasi Anggota Dewan Untuk Tidak Pro PKL

Kamaruzamangagasanriau.com- Pernyataan Kamaruzaman disalah satu media harian lokal Pekanbaru “kawan-kawan di DPRD mestinya harus paham bahwa mereka sudah dihina sudah dihina oleh para PKLuntuk menertibkan PKL ditaman kota dan pasar Jongkok, Banmus didesak oleh mereka untuk membentuk sebuah pansus, tentunya ini sebuah penghinaan secara tidak langsung yang diberikan kepada DPRD”jelas Kamaruzaman kepada wartawan Tribun Pekanbaru 14/1/2013. Antony Fitra Ketua DPK-SRMI Pekanbaru ketika dimintai tanggapannya dikantor SRMI 15/1/2013 terkait pernyataan Kamaruzaman”sebenarnya saya malas mengomentari hal yang tidak pokok persoalan namun pernyataan beliau sangat tidak patut dan meresahkan bagi PKL ini juga  menunjukan kualitas yang rendah sebagai perwakilan rakyat dan inilah orang yang harus disikapi rakyat di 2014 agar tidak mengulangi memilih wakil yang tidak pro rakyat” Antony menambahkan ”sesungguhnya provokatornya beliau orangnya karena dia menghasut dan menentang Bamus DPRD dalam pembentukan pansus PKL”tegasnya. Sabarudi anggota DPRD kota Pekanbaru yang juga dari komisi II mengatakan 15/1/2013 melalui telepon selulernya”saya pikir hal yang wajar saja jika para PKL menyampaikan aspirasinya ke rumah rakyat dan kitapun sebagai perwakilan rakyat harus menerima aspirasi yang disampaikan karena itu sudah tugas kita saya tidak merasa dihina dengan kedatangan PKL karena mereka adalah saudara kita juga”jelas Sabarudi terkait demo yang dilakukan oleh PKL. Wacana pembentukan Pansus PKL ini bermula dari aksi besar-besaran yang dilakukan oleh pedagang hingga disepakati oleh pedagang dan pimpinan lintas komisi DPRD Pekanbaru akan dibawa ke rapat Badan Musyawarah hingga munculnya agenda pansus PKL. Pansus PKL ini terbentuk karena polemik persoalan PKL yang tidak mampu terselesaikan oleh pemerintah kota Pekanbaru hingga pedagang mengadukan nasibnya ke DPRD Pekanbaru. Solusi-solusi yang ditawarkan oleh pemko Pekanbaru dianggap pedagang juga tidak memberikan jalan keluar ”Firdaus arogan dan memaksakan kehendaknya karena tidak melalui konsultasi dengan kami malah pentungan satpol PP yang dihadapkan dengan kami”ujar Lili Wahyudi salah satu pedagang taman kota. Beberapa tempat yang ditawarkan seperti Pujasera Arifin Ahmad dijalan Arifin Ahmad dianggap pedagang tidak masuk akal karena ratusan pedagang harus berdesak-desakan dan tidak akses bagi pengunjung hingga malam hari. Dan para pedagang sudah pernah direlokasi disana namun mereka kecewa selain dibiarkan bersaing dengan para pedagang dari beberapa sudut kota juga harus membayar lapak berjualan hingga jutaan rupiah dan pengunjung yang sepi. Ini sama saja membunuh kami secara perlahan-lahan dan tidak manusiawi yang ditawarkan oleh Firdaus”Lili Wahyudi menambahkan. Jalan Cut Nya Dien tempat berjualan yang sangat menguntungkan bagi pedagang karena sudah beberapa tahun para pedagang menempati jalan ini untuk berjualan pada malam hari saja. Dan juga jalan Cut Nya Dien jika malam hari tidak berfungsi maksimal karena ada beberapa jalan utama yang bisa dijadikan jalan alternatif bagi pengendara ketika hendak melalui jalan Sudirman. Jalan Cut Nya Dien hanya berfungsi secara maksimal ketika siang hari ketika jam perkantoran saja dan pada hari-hari libur kendaraan sepi yang lalu lalang. Sebelumnya sempat terjadi penggusuran selama Enam bulan pada bulan Juni 2012 dengan alasan karena adanya Pekan Olah Nasional para pedagang harus dihentikan aktifitas berjualannya selama PON. Dan pada malam hari jalan tersebut selama tidak ada aktifitas pedagang dijadikan arena balap liar sampai larut setiap malam.*Adit*


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar