Daerah

PT. RAPP Ketar-Ketir Dengan Sikap Diam Masyarakat Pulau Padang

[caption id="attachment_2484" align="alignleft" width="300"]Para Relawan Aksi Bakar Diri Masyarakat Pulau Padang beberapa lalu Para Relawan Aksi Bakar Diri Masyarakat Pulau Padang beberapa lalu[/caption]

gagasanriau.com- Meskipun tidak ada lagi tersiar kabar gejolak penolakan operasional PT. RAPP di Pulau Padang, Kabupaten Meranti, Riau sejak beroperasionalnya perusahaan HTI tersebut di desa Putri Puyuh sejak hampir dua pekan ini. Namun kekhawatiran pihak perusahaan terus menghantui operasionalnya, hal ini terlihat ada puluhan aparat keamanan Brimob yang di parkirkan disudut-sudut lahan operasional.

Jurnalis gagasanriau.com Sabtu 1/6 selama kurang lebih 5 jam lamanya mengelilingi sejumlah wilayah-wilayah pemukiman masyarakat yang daerahnya masuk dalam areal konsesi PT RAPP.

Dengan menaiki kendaraan sepeda motor sewaan, dimulai dari pelabuhan Teluk Belitung sekitar pukul 10.15wib dan berakhir pada pukul 16.30 wib petang. Ditemani dua warga pulau padang lainnya yang memang sejak awal telah menunggu kedatangan gagasanriau.com ini untuk berkunjung kewilayah tersebut.

Darwis Sekretaris KPD-STR Meranti yang menemani dalam perjalanan mengatakan “SK Menhut No 327 tahun 2009, adalah muara dari timbulnya seluruh persoalan situasi sosial masyarakat semakin tidak kondusif”katanya memulai pembicaraan.

“Kabar terakhir katanya SK tersebut direvisi lagi oleh menhut dengan nomor SK No 180 tanggal 21 mei 2013, intinya didalam SK tersebut hanya mengurangi luas areal konsesi sebesar 7 ribu hektar dari total 42 ribu hektar lebih”Ia melanjutkan.

Namun masih 34 ribu hektar lebih yang berlokasi dihamparan gambut Pulau Padang jika melihat dari penerbitan hasil revisi SK,jelas sekali hasil revisi SK menhut No 180 tersebut diterbitkan asal-asalan tanpa melalui prosedur yang sah”Ungkap Darwis lagi.

Darwis menilai SK yang terdahulu dengan SK terbaru No 180 2013 sangat tidak prosedural penerbitannya.

“Maka apa bedanya dengan SK Menhut no 180 yang baru mereka revisi,kan sama saja,penerbitannya tidak melalui prosedur,kapan mereka melakukan pemetaan dengan benar serta melibatkan masyarakat,kan belum pernah sama sekali jadi kesimpulanya kita sudah puas melakukan aksi nyata dilapangan dari demonstrasi, hingga jahit mulut, toh tidak ada satu pihak berwenang dinegeri ini yang peduli atas nasib kami, jadi  seperti yang telah kami janjikan, kami akan menggunakan cara kami sendiri dalam berupaya mempertahankan lahan garapan dan pulau tempat kami melangsungkan hidup hingga ke anak cucu kita nanti”Darwis menegaskan sikapnya.

Lanjut Darwis Empat tahun terakhir  masyarakat telah melakukan aksi massa ditingkat kecamatan merbau, lokasi HTI, kantor bupati, dan DPRD Meranti, kantor Gubernur Riau,dan DPRD Riau,Polda dan kejati untuk menyampaikan penolakankehadiran perusahaan HTI ini.

Bahkan terakhir aksi jahit mulut dan pendudukan gedung DPR-RI hingga pintu gerbang istana negara pun telah kita lakukan, dan puncaknya berbagai upaya penangkapan terhadap aktifis pejuang agraria berhasil dilakukan,dengan ditahanya saudara kita M Ridwan selaku ketua Serikat Tani Riau dan satu orang rekannya yang saat ini menjalani massa persidangan,hanya saja Darwis tegaskan bahwa hal itu tidak sedikitpun mengendurkan perjuangan masyarakat dalam mempertahankan hak lahan garapan dan keutuhan Pulau Padang yang terbentuk dari hamparan gambut terdalam di negeri ini.

Sama halnya Pairan ketua KPD-STR Meranti “masyarakat pulau padang tetap menentang kembali beroperasinya PT RAPP,hanya saja langkah perjuangan masyaakat dalam melakukan penolakan kehadiran PT RAPP tidak seperti yang kita lakukan seperti yang terdahulu dan apa yang kita lakukan selama ini telah menjadi cambuk bagi kami akan arti sesungguhnya perjuang itu sendiri meskipun telah mengorbankan berbagai jenis harta benda ternyata upaya kita selama ini belum membuahkana hasil sebagaimana yang kita inginkan selama ini”ujarnya bersemangat.

Maka dari itu,Kita masyarakat pulau padang akan kembali mengikuti jejak para pejuang kemerdekaan negara kita ketika merebut kemerdekaan dari tangan penjajah untuk apa kita perang kemedan perang yang menghabiskan biaya sangat besar kalau hasilnya tidak memuaskan.

Maka dari itu kami akan melakukan taktik pergerakan secara diam-diam tanpa komando,jadi masyarakat sendiri-sendiri yang bergerak sesuai naluri melakukan perlawanan sebab kami tidak ingin tanah dan lahan garapan serta hamparan gambut pulau padang ini hancur dikarenakan keserakahan manusia demi kepentingan material sesaat*Defriyanto*


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar