Daerah

Jerman Perkenalkan Traktor Tanpa Pengemudi

[caption id="attachment_3355" align="alignleft" width="300"]Teknologi Jerman traktor tanpa pengemudi Teknologi Jerman traktor tanpa pengemudi[/caption] gagasanriau.com Derenburg, Jerman-Musim panen semakin dekat dan juragan pertanian Klaus Muenchhoff terlihat sibuk memeriksa traktor yang bersiap menggelinding di ladang berwarna kuning emas. Namun traktor itu adalah monster besi yang berbeda: tak berawak dan dikendalikan melalui satelit, dapat beroperasi di lapangan dengan tingkat ketepatan hanya bebera sentimeter. Tahan lelah, tidak ambil pusing dengan jarak penglihatan yang buruk, mereka mengurangi jarak perjalanan dan menghemat ongkos bahan bakar serta meningkatkan panen di ladang. Muenchhoff mengubah ladang pertaniannya di Derenburg di negara bagian timur Saxony-Anhalt, satu dasawarsa lalu untuk mengikuti perkembangan teknologi canggih yang semakin mendapat banyak peminat. "Tugas saya sekarang hanya mengelola," ujarnya. Pria berjanggut abu-abu dengan kacamata tipis, kokoh dalam usia 60 tahun mewarisi lebih dari seribu hektare ladang pertanian yang ditanami gandum dan lobak, mengikuti tradisi keluarga. Keluarga Muenchhoff sudah menggarap ladang tersebut selama 200 tahun. Namun pekerjaannya berubah drastis sejak ia menerapkan pertanian yang "tepat", yang dimulai di AS pada tahun 1980-an dan memerkejakan teknologi pemotongan yang terdepan dengan mengatur alur panen secara terpisah-pisah ketimbang menyeragamkan perlakuan untuk semua lahan. Selain traktor berpelengkap GPS, Muenchhoff juga memakai sensor optikal untuk mengukur status nutrisi dari alur ladang dan memindai komposisi tanah pada setiap alur guna mengurangi pemakaian pupuk. Ada aspek ekologi tetapi tujuan utamanya adalah pada aspek ekonomi. Dalam enam tahun, para petani dapat menghemat sekitar 150 ribu euro (200 ribu dolar Amerika Serikat) dengan pengurangan pemakaian potasium dan fosfor, kemajuan yang penting di tengah harga-harga komoditas yang berayun. "Dua puluh tahun yang lalu, untuk lahan 100 hektare kami memerlukan 10 ton fosfor, kini kami hanya memerlukan dua hingga lima ton," kata Muenchhoff. Di komputernya ia tinggal menggerakkan tabel, peta dan foto satelit -- kini menjadi perangkat yang penting. Sejauh ini ia masih menjadi pelopor. "Dari 280.000 pertanian di Jerman baru 800 hingga 1.000 yang memakai sensor optikal," katanya. Namun, pertanian presisi seperti ini juga menghadapi kendala masalah waktu. Muenchhoff juga mengatakan bahwa operasi skala kecil juga memakai teknologi ini, karena dapat gabungan dengan para tetangga dan meraup keuntungan seperti pertanian besar. Penemuan ini memberi harapan atas tantangan kebutuhan pangan global yang diperkirakan meledak dalam masa depan. Mereka juga menawarkan peluang bagi sektor pertanian, termasuk tenaga kerja trampil dan membuka jalan untuk pengembangan khususnya piranti lunak di telepon. Apakah mesin kelak akan mengambil alih pertanian? "Saya tidak melihat itu terjadi," kata Muenchhoff yang mempekerjakan enam karyawan. "Mereka memfasilitasi pekerjaan. Itu saja. Mereka tidak bisa membuat keputusan. Saya yang memutuskan." antaranews


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar