Daerah

Dirut PDAM Pekanbaru Keluhkan Buruknya Kinerja BUMD Pekanbaru

GagasanRiau.Com Pekanbaru - Direktur Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Siak Kota Pekanbaru, mengeluhkan buruknya kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dibawah naungan Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru tersebut. Sehingga terus mengalami kerugian akibat berbagai permasalahan di lapangan.

"Sudah dua tahun terakhir ini kami selalu merugi karena air banyak hilang," kata Direktur PDAM Tirta Siak Pekanbaru Kemas Yusferi di Pekanbaru, Sabtu (5/11/2016).

Kemas mengeluhkan jaringan pipa PDAM yang sudah uzur menjadi salah satu penyebab kehilangan produksi air saat menuju rumah pelanggan. Sehingga apa yang diharapkan air mengucur dengan maksimal ke rumah pelanggan sering menjadi kecil.

Selain juga banyak faktor seperti pelanggan nakal, pegawai nakal, pencurian air dan sebagainya.

"Susah sekali memerangi kehilangan air karena pipa kita sudah tua, dulunya dipinggir sekarang sudah berpindah ke tengah, ada pelanggan liar, mencuri, pegawai nakal, pipa tua yang bocor kita tidak tahu titiknya," terang Kemas lagi.

Menurut Kemas dengan kehilangan air tersebut PDAM Tirta Siak mengalami kerugian besar tiap tahunnya. "Hilangnya air 60 persen itu kiamat bagi PDAM," tegas dia.

Betapa tidak ia mencoba menghitung kerugian pertahun yang ditimbulkan akibat kehilangan tersebut mencapai Rp6 miliar. "Inilah yang menjadi masalah selama ini," tegas dia.

Diakuinya pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan kerugian, dengan mendata pelanggan, mengajak para pegawai PDAM untuk peduli dengan kebocoran yang terjadi. Dengan melaporkan jika ada pelanggan nakal yang mencuri air.

"Namun tampaknya tidak berhasil juga karena sulit dideteksi pipa mana yang bocor, jaringan mana yang sudah di pindahkan sebab sudah tua," tegasnya lagi.

Ia mencontohkan seperti yang telah terjadi di Jalan Melur, sudah berulang kali diperbaiki tetap bocor. Ini akibat jaringan utama PDAM yang sudah tua k karena pertama kali dibangun 1972. "Jadi semua jaringan pipa kita sudah tidak layak lagi," katanya menambahkan.

Alternatif baru memang harus membangun jaringan baru dengan investasi besar. Namun hal tersebut belum bisa diwujudkan akibat keterbatasan dana daerah.(ANT)

Editor Arif Wahyudi


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar