Daerah

Makanan yang Paling Sering Bikin Balita Tersedak

[caption id="attachment_3715" align="alignleft" width="300"]gagasanriau.com gagasanriau.com[/caption] gagasanriau.com ,Jakarta - Tersedak bisa berakibat fatal, bahkan meninggal dunia. Studi yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics pada 29 Juli menunjukkan bahwa antara tahun 2001 dan 2009, sekitar 12.435 anak-anak atau 34 anak per hari, dibawa ke ruang gawat darurat karena tersedak. Anak-anak usia empat tahun paling tinggi persentasenya (62 persen), dan anak-anak di bawah usia 1 tahun sebesar 38 persen. Lima puluh lima persen dari jumlah itu adalah anak laki-laki. Sejumlah makanan ditengarai menyebabkan insiden tersedak. Namun yang paling sering adalah empat jenis makanan, yaitu permen solid (15,5 persen kasus), permen lainnya, termasuk permen karet (12,8 persen), daging, tidak termasuk hot dog (12,2 persen), dan tulang (12 persen). Keempat item itu menyumbang 52,5 persen dari semua kunjungan ke ruang gawat darurat, yang berhubungan dengan tersedak. Penyebab umum lainnya termasuk buah-buahan dan sayuran, susu formula, ASI, biji-bijian, kacang-kacangan, kerang, keripik, pretzel, popcorn, biskuit, dan kue. Pada anak usia kurang dari satu tahun, penyebab utamanya adalah susu formula atau ASI. Sedangkan anak-anak usia 0 sampai 4 tahun, lebih mungkin untuk tersedak sayuran dan buah, dibandingkan anak usia 5 tahun atau yang lebih tua. Biasanya, pasien segera bisa dibawa pulang setelah mendapatkan pertolongan. Namun ada beberapa jenis tersedak karena makanan tertentu yang mengharuskan pasien dirawat. "Makanan berisiko tinggi, seperti hot dog, biji-bijian, dan kacang-kacangan, lebih mungkin untuk memerlukan rawat inap," kata Gary Smith, Direktur Center for Injury Research and Policy, yang memimpin studi. "Makanan ini memiliki karakteristik risiko tinggi, yang membuat mereka lebih mungkin untuk memblokir jalan napas anak atau membuat mereka lebih sulit untuk mengunyah, yang dapat menyebabkan kejadian tersedak lebih serius." Dr David Walner, sepesialis THT anak di Rush University Medical Center di Chicago, menambahkan bahwa makanan ini bisa menyebabkan dampak terburuk, karena memblokir udara untuk waktu yang lebih lama. "Hal ini bisa berisiko kerusakan otak," katanya. CBS NEWS | TRIP B tempo.co


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar