Daerah

RSUD Dr Soetomo Kembangkan Rekayasa Jaringan

[caption id="attachment_3776" align="alignleft" width="300"]Suasana ruang operasi saat sejumlah dokter spesialis bedah akan melakukan operasi face off pada wajah Siti Nurjazilah, di ruang operasi Gedung Bedah Pusat Terpadu, Rumah Sakit Umum dr Sutomo, Surabaya, Rabu (27/2). Suasana ruang operasi saat sejumlah dokter spesialis bedah akan melakukan operasi face off pada wajah Siti Nurjazilah, di ruang operasi Gedung Bedah Pusat Terpadu, Rumah Sakit Umum dr Sutomo, Surabaya, Rabu (27/2).[/caption] gagasanriau.com ,Surabaya- Ketua Pusat Kedokteran Regeneratif dan Stem Cell Rumah Sakit Umum Daerah dr Soetomo, Surabaya, Ferdiansyah, mengatakan bank jaringan di rumah sakit tersebut saat ini sedang berkonsentrasi mengembangkan produk rekayasa jaringan (Tissue Engineering). Ia mengklaim, produk Tissue Engineering yang mereka hasilkan lebih aplikatif ketimbang sekedar biomaterial. Ferdiansyah menegaskan bahwa Tissue Engineering memungkinkan jaringan tubuh manusia yang mati bisa hidup. Karena jaringan hidup, Tissue Engineering memiliki kemampuan beradaptasi lebih tinggi daripada biomaterial. "Biomaterial sebenarnya sudah bagus, tapi itu jaringan mati. Kalau Tissue Engineering ini jaringan hidup," kata Ferdiansyah sat ditemui di kantor Bank Jaringan RSUD dr Soetomo, Rabu 31 Juli 2013. Tissue Engineering merupakan produk kesehatan yang dihasilkan dari kombinasi antara biomaterial dengan stem cell (sel punca). Selain di RSUD dr Soetomo, Bank Jaringan milik Badan Tenaga Nuklir Nasional dan Rumah Sakit Jamil Kota Padang juga mengembangkan hal yang sama. Yang membedakan, Bank Jaringan RSUD dr Soetomo mengutamakan  inovasi kesehatan yang dihasilkan. Ia mengklaim, hanya Bank Jaringan RSUD dr Soetomo yang telah berinovasi membuat Tissue Engineering . "Dua Bank Jaringan lainnya masih berfokus di biomaterial saja." Ferdiansyah mengakui, cukup banyak produk rekayasa jaringan asal luar negeri yang beredar di Indonesia. Namun produk asli RSUD dr Soetomo diklaim lebih natural sehingga tingkat penolakan (resistensi) tubuh pasien bisa sampai  nol persen. Sedangkan produk rekayasa jaringan luar negeri cenderung sintetis. Bahkan pihaknya sudah menghasilkan produk rekayasan jaringan dari mineral tulang sapi. Karena mengambil mineral tulang sapi, Ferdi yakin tidak menyalahi aturan kendati diaplikasikan ke tubuh manusia. Sayangnya, pengembangan Tissue Engineering masih terbentur soal minimnya pendonor jaringan tubuh. Ia mencontohkan, setiap bulan kebutuhan Amniotic Membrane mencapai 3 ribu pek. Tapi, Bank Jaringan hanya mampu memenuhi 1.000 pek Amniotic Membrane. "Prospeknya bagus. Tapi terkendala sedikitnya pendonor jaringan," kata dia. DIANANTA P. SUMEDI tempo.co


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar