Daerah

Pesan untuk Ketua PMI Inhil, KDDI Kecewa Tak Dihargai

GAGASANRIAU.COM, TEMBILAHAN - Ketua Komunitas Donor Darah Inhil (KDDI) merasa kecewa dengan sikap pengurus Palang Merah Indonesia (PMI) kabupaten Inhil. Pasalnya, komunitas kemanusiaan ini merasa tidak pernah diundang acara-acara besar PMI Inhil. 
 
Kekesalan ini terulang lagi, seperti disampaikan oleh Ketua KDDI, Hendri Irawan mengungkapkan bahwa pihaknya tidak mendapatkan undangan acara Musyawarah Kabupaten (Muskab) PMI ke 4 tahun 2017 yang dibuka langsung oleh Bupati Wardan di aula Gedung Puri Cendana Tembilahan, Senin kemarin (21/8/2017), 
 
"Saya Hendri Irawan selaku ketua KDDI merasa bangga memiliki bupati seperti pak HM Wardan yang sangat lugas dan tegas serta santun bertindak cepat dalam berbuat. Apalagi dalam soal penanganan PMI," ujarnya.
 
Namun, sambung Iwan sapaan akrabnya, dibalik kebanggaan saya tersebut ada rasa kecewa terhadap bapak Wardan selaku kepala daerah kabupaten Indragiri Hilir, terlebih lagi kepada ketua PMI Inhil, Hajjah Zulaikhah Wardan yang kurang menghargai kami selaku komunikasi kemanusiaan di Inhil. 
 
"Kita kecewa, teman-teman yang tergabung di KDDI ini banyak, dan telah banyak mendonorkan darahnya, bukan kita tidak ikhlas dengan apa yang disumbangkan oleh anggota KDDI, bukan imbalan yang kami butuhkan, tapi kami butuh dihargai. KDDI selama ini mensupport dalam menyumbangkan darah kepada masyarakat tidak mampu, namun tidak pernah mendapatkan apresiasi dari PMI," ungkapnya dengan rasa kecewa. 
 
Kekesalan itu diungkapkan Iwan dikarenakan ia merasa beban moral terhadap anggota KDDI yang tidak terakomodirnya pemberian penghargaan dari pihak PMI, pasalnya pada saat Muscab itu, Bupati Wardan memberikan penghargaan kepada pendonor yang sudah mendonorkan darahnya sebanyak 10 dan 25 kali kepada DDS, pada saat Muscab ke 4 tahun 2017. 
 
"Teman-teman banyak menanyakan ke saya apa saja sebenarnya yang menjadi persyaratan bisa mendapatkan penghargaan tersebut?. Dan saya sudah menyampaikan kepada teman-teman syarat-syarat  mendapatkan sertifikat itu, namun tiba-tiba sudah ada kegiatan Muscab sekaligus pemberian penghargaan,"
 
Yang lebih parah lagi, KDDI berasumsi pihak PMI tidak tau berapa jumlah anggota pendonor serta berapa kali para relawan ini telah mendonorkan darahnya. Mungkin ada datanya, tapi apa guna pihak PMI mencatat data para relawan, namun nyatanya relawan yang telah mendonor lebih dari 10 dan bahkan lebih dari 25 kali, tapi tidak diinformasikan untuk diberi penghargaan sebagi penerima apresiasi dari Ketua PMI. 
 
"Sebenarnya teman-teman tidak pernah juga mau mendapatkan penghargaan itu, ya sebagai motivasikan gak salah ketika mereka bisa membantu sesama sehingga memotivasi teman-teman yang belum pernah ikut donor. Karena donor selama ini masih menjadi momok yang menakutkan dikalangan masyarakat," cetusnya. 
 
Terakhir Iwan mengatakan jika Muscab tersebut tertutup "why not", tapi kan ini kegiatan publik. "Ada apa sebenarnya?", tanya Iwan 
 
"Dan jika seandainya PMI bisa dan boleh berdiri dua di satu wilayah, maka saya menyampaikan KDDI akan menjadi PMI tandingan. Tapi itu tidak akan kita lakukan, kita kembalikan semua ke PMI sebagai tugas, fungsi dan tanggungjawabnya. Bukankah kolaborasi kerja sangat di butuhkan dalam membantu masyarakat, terutama masyarakat tidak mampu," tutupnya kembali dengan wajah kesal, dan sampai saat ini ia terus mendapatkan pesan singkat pertanyaan dari anggota KDDI, kenapa komunikasinya tidak diundang, ada apakah gerangan PMI. 
 
Reporter: Daud M Nur


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar