GAGASANRIAU.COM, TEMBILAHAN - Nania, mahasiswi dari salah satu perguruan tinggi lokal Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) menduga, retribusi parkir menjadi loss terbesar pendapatan asli daerah (PAD) ditengah getirnya akses pembiayaan pembangunan di 'Negeri Hamparan Kelapa Dunia'.

 

Bukan tanpa alasan, mahasiswi semester III (Tiga) Fakultas Ekonomi tersebut menyebutkan, tanpa adanya transparansi dan akuntabilitas dari pihak penyelenggara parkir, arus peredaran uang retribusi parkir menjadi tidak diketahui pasti jumlah yang masuk ke kas daerah.

 

"Selama ini, saya belum pernah mendengar berapa besaran pendapatan retribusi parkir, siapa pihak penyelenggara parkir dan bagaimana mekanisme yang dijalankan sehingga sangat mungkin parkir dapat menjadi kecolongan terbesar penerimaan daerah," kata Nania kepada wartawan, Jum'at (3/11/2017) siang.

 

Padahal, Nania menilai, pendapatan asli daerah yang diperoleh dari retribusi parkir dapat dijadikan sebagai salah satu sumber utama dalam pembiayaan pembangunan yang tengah gencar dilakukan.

 

"Sejumlah pelaksanaan pembangunan dapat dibiayai melalui retribusi daerah, penyelenggara daerah tidak perlu lagi memikirkan solusi penyelesaian keterbatasan anggaran. Ya, paling hanya mencarikan sumber penunjang saja bukan yang utama," pungkas Nania.

 

Persoalan dugaan retribusi parkir sebagai kehilangan terbesar PAD Inhil, dijelaskan Nania menjadi semakin kompleks ketika administrasi pelaporan atau pembukuan parkir masih menggunakan sistem manual.

 

"Seharusnya, parkir yang menjadi peluang terbesar menjadi buffer (penyangga, red) PAD, sistem pelaporannya mesti terkomputerisasi jangan manual," papar Nania.

 

Nania menyarankan adanya pengawasan yang lebih intensif terhadap penyelenggara parkir oleh pihak yang berwenang sehingga PAD yang bersumber dari retribusi dapat optimal, terutama dalam mendukung upaya pembangunan.

 

Reporter: Daud M Nur