Riau

Dianggarkan Rp13 M di APBD Riau 2018 untuk Cegah Karhutla

ILustrasi. (f: grc)
 
GAGASANRIAU, PEKANBARU-Provinsi Riau kembali dihadapkan dengan bahaya kabut asap akibat karhutla (kebakaran hutan dan lahan) menyusul mulai masuknya musim kemarau. Sejumlah peristiwa karhutla pun sudah mulai terjadi di beberapa kabupaten di Negeri Lancang Kuning ini.
 
Untuk mengantisipasi hal itu, sudah dianggarkan dana Rp13 miliar di APBD Riau 2018. ''Dana tersebut telah dikucurkan, terutama pada pembinaan dan pelatihan kepada perangkat - perangkat desa yang daerahnya rawan kebakaran hutan dan lahan. Disebutkan pula, untuk tahun lalu telah dibangun kolam seharga Rp1,7 miliar,'' terang Ketua Komisi I DPRD Riau, Aherson.
 
Dikatakan, dana APBD itu dianggarkan sebesar Rp13 miliar untuk mencegah kebakaran. ''Lebih baik mencegah daripada mengupayakan setelah terbakar, maka kita utamakan pembinaan, diantaranya pelatihan dan sosialisasi untuk perangkat-perangkat desa yang daerahnya rawan. Kita juga sudah bangun satu kolam tahun lalu yang bisa digunakan saat ini,'' terang Aherson.
 
Aherson menyatakan pembangunan kolam belum dilakukan di semua daerah yang dinilai rawan. Sampai saat ini hanya ada satu kolam, dan rencananya untuk 2018, akan kembali dibangun di daerah Pelalawan.
 
Aherson menyampaikan, kesulitan utama dari pembuatan kolam ini dikarenakan lahan gambut. Luas kolam sendiri diperkirakan memiliki panjang 17 meter dan lebar 6 meter dan dalam 4 meter, dan disemen sehingga permanen, diklaim, kolam itu efektif untuk memadamkan api.
 
''Baru satu kolam kita bangun, dan nanti akan kita bangun lagi, kita bangun kolam itu pinggiran dan dasarnya disemen. Kolam itu efektif sekali, sudah berdasarkan pengkajian dengan swasta, RAPP, bahkan konsultan dari beberapa negara,'' ujarnya.
 
Namun, titik api yang terus bertambah di Riau, yang dinyatakan tertinggi di Sumatera ini disebutkan Aherson dikarenakan penyebab munculnya api tidak hanya karena ulah oknum saja. Titik api di Riau terjadi karena memang daerah ini rawan dimusim kering dengan percikan atau 'ulah' alam sendiri, pihak daerah setempat juga telah mengupayakan membudidayakan lebah hutan, sehingga dapat menjadi 'alarm' kebakaran.
 
''Penyebab api itu bukan hanya ulah manusia di Riau ini, tapi memang gesekan - gesekan kecil saja dilahan kering itu bisa picu api, makanya inilah kendalanya. Tapi saya kira, kalau tidak salah, sudah ada dibeberapa daerah yang membudidayakan lebah. Jadi nanti jika ada titik yang terbakar, lebah itu langsung keluar, dan jadi tanda alarm bagi warga bahwa ada hutan yang terbakar, sehingga bisa langsung diantisipasi,'' ujarnya.***
 
Editor : Evi Endri
Sumber : GoRiau.com
 


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar