Lingkungan

Ini Penyebab Harimau Sumatera Kerap Terkam Warga di Inhil

Mardian (31) warga di Desa Pungkat, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) ) yang dilarikan ke rumah sakit akibat diterkam seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae ) pada Sabtu (2/3/2019) siang,
GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Organisasi lingkungan Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) menyatakan penyebab utama dari kejadian Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) memasuki perkampungan warga bahkan melukai manusia lantaran hutan alam tempat mereka hidup sudah terganggu dengan ganasnya kooporasi perusahaan perkebunan sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI membabat hutan.
 
Seperti kejadian yang menimpa Mardian (31) warga di Desa Pungkat, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) ) yang dilarikan ke rumah sakit akibat diterkam seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae ) pada Sabtu (2/3/2019) siang, sekitar pukul 13.00 WIB.
 
"Munculnya Harimau di Pungkat karena hutan alam mereka telah ditebang oleh PT Setia Agrindo Lestari, First Resources Grup, milik taipan Martias, termasuk hutan alam di bentangan Kerumutan hutan digunduli korporasi sawit dan HTI" kata Made Ali Koordinator Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) kepada Gagasan Senin pagi (4/3/2019).
 
Diterangkan Made lagi, bentangan hutan di Kerumutan tersebut merupakan tempat habitat Harimau Sumatera bermukim. 
 
Menurut Made, menghentikan harimau keluar dari habitatnya, tidak cukup dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) melakukan pengamanan saat kejadian telah terjadi.
 
"Menteri KLHK ( Siti Nurbaya) perlu melakukan reviu atas izin lingkungan dan AMDAL perusahaan HTI dan sawit dibentang Kerumutan" tegas Made.
 
Ditegaskan Made, solusi mengatasi Harimau Sumatera untuk tidak memasuki perkampungan warga adalah tindakan tegas agar perusahaan sawit maupun HTI di bentangan Kerumutan dicabut izinnya sehingga hutan tempat hewan liar dilindungi itu punya ruang untuk hidup dan berkembang.
 
Dalam catatan Jikalahari, didalam lansekap Kerumutan ada 15 korporasi HTI dan HPH dan 7 korporasi Sawit, diantaranya ada PT Selaras Abadi Utama, PT Rimba Mutiara Permai, PT Mitra Taninusa Sejati, PT Bukit Raya Pelalawan, PT Merbau Pelalawan Lestari, PT Mitra Kembang Selaras, PT Arara Abadi, PT Satria Perkasa Agung, PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa.
 
Kemudian PT Bina Duta Laksana, PT Sumatera Riang Lestari, PT Bhara Induk, PT Riau Indo Agropalma, PT Bina Daya Bentara dan PT Inhil Hutani Permai (HTI dan HPH).
 
Serta 7 korporasi perkebunan kelapa sawit: PT Tabung Haji Indo plantation/ PT MGI, PT Gandaerah Hendana, PT Guntung Hasrat Makmur, PT Guntung Idaman Nusa, PT Bhumireksanusa Sejati, PT Riau Sakti Trans Mandiri dan PT Riau Sakti United Plantation dengan dua konsesi (sawit).
 
Dan lansekap Kerumutan salah satunya terdiri atas Suaka Margasatwa (SM Kerumutan) berada di Kabupaten Pelalawan, Indaragiri Hulu dan Indragiri Hilir. Luasnya sekira 120 ribu hektar.
 
Di dalam lansekap ini ada flora dan fauna. Flora Punak (tetramerista glabra), sagu hutan (adenantera pavonina), gerunggung (cratoxylum arborescens), bintangur (callophylum schoulatrii), resak (vatica waliichi), balam (palaqium sp). Fauna: harimau loreng sumatera (panthera tigris sumatrae), macan dahan (neofelis nebulosa), owa (hylobates moloch), rangkong (bucheros
rhinoceros), monyet ekor panjang (macaca fascicularis), dan kuntul putih (egretta intermedia).
 
Sementara itu, Kepala Balai Besar KSDA Riau, Suharyono kepada wartawan Minggu malam (3/3/2019) bahwa pihaknya mendapat laporan dari masyarakat pada 02 Maret 2019, sekira pukul 13.00 WIB, bahwa terjadi konflik satwa liar dilindungi Harimau Sumatera dengan manusia, mengakibatkan korban luka Mardian warga Desa Pungkat Kecamatan Gaung Kabupaten Indragiri Hilir.
 
Mendapat laporan tersebut, kata Suharyono, Balai Besar KSDA Riau melakukan koordinasi Polres Inhil dan jajarannya Koramil Gaung, Camat Gaung serta pihak Rumah Sakit Puri Husada Tembilahan tempat korban dirawat.
 
"Selanjutnya Balai Besar KSDA Riau menurunkan tim guna mengumpulkan informasi terkait konflik tersebut sehingga didapatkan data dan informasi yang faktual yang lebih berimbang" jelas Suharyono.
 
Balai Besar KSDA kata Suharyono menurunkan tim ke Desa Pungkat untuk ke tempat tinggal korban bersama pihak Kepolisian dan Koramil setempat.
 
"Balai Besar KSDA Riau telah melakukan kajian terhadap peta dasar kawasan hutan Provinsi Riau Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 903/ MENLHK/ SETJEN/ PLA.2/ 12/2016 tanggal 07 Desember 2016. Bahwa TKP berada pada lansekap kerumutan." Tutup Suharyono.
 
Untuk diketahui, kejadian Harimau Sumatera menerkam manusia ini bukan kali pertama di Kabupaten Inhil.
 
Diberitakan sebelumnya, Harimau Sumatera ini menerkam warga di lanskap Kerumutan dengan korban Yusri Efendi, 34 tahun. Ia ditemukan tewas di atas tanaman kumpai atau tanaman rumput di atas sungai pada 10 Maret 2018 di Kabupaten Indragiri Hilir. Saat ditemukan tengkuk Yusri terluka bekas gigitan harimau.
 
Dimana ketika itu, sekira pukul 16.30 Yusri Efendi 34 tahun bersama Rusli 41 tahun, Indra 26 tahun, dan Syahran 41 tahun sedang membuat bangunan sarang walet di RT 038 Simpang Kanan Dusun Sinar Danau Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran Kabupaten Inhil. Mereka melihat harimau Sumatera berada dibawah bangunan yang dikerjakan. Pukul 18.25 Harimau tidak terlihat lagi di sekitar bangunan, keempatnya turun dan kembali kerumah tempat mereka menginap. Setelah berjalan 250 meter tiba-tiba harimau datang dari arah depan. Mereka terkejut dan berlari berpencar.
 
Pada pukul pukul 19.30, Yusri Effendi ditemukan tewas di atas tanaman kumpai.
 
Kemudian Jumiati, juga diterkam Harimau di dalam konsesi PT Tabung Haji Indo Plantation (dulunya PT Multi Gambut Indonesia). Jumiati bersama Yusmawati dan Fitriyanti melakukan pendataan sawit yang terserang hama Ganoderma di konsesi perusahaan KCB 76 Blok 10 Afdeling 4 Eboni State Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Inhil. Jumiati sempat bergumul dengan harimau selama 15 menit, namun harimau tersebut berhasil mencengkram belakang leher dan memakan paha Jumiati hingga tewas di lokasi.
 
Reporter Nurul Hadi
Editor Arif Wahyudi


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar