BEDAH BUKU SUKSES

Demokrasi ''Bagus Santoso'' Wani Piro, Jembatan Politik Sang Politisi Merakyat Menuju Senayan

GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Bedah buku Demokrasi Wani Piro karya besar Bagus Santoso berlangsung sukses dan menarik minat dari berbagai kalangan masyarakat. Membludaknya Peminat yang hadir melebihi kapasitas tempat duduk yang disediakan oleh panitia akhirnya ditambah kursi halaman. 

 

Gedung Perpustakaan DPRD Riau yang biasaya sepi bahkan banyak yang tidak tahu keberadaanya selama ini sontak padat dan meriah. Papan bunga dan tenda besar terpasang dihalaman. Dan yang membuat lain dari yang lain telah berderet makanan kuliner Bakso dan Mie Rebus khas Bengkalis yang dikerubuti pengunjung.

 

Ketua DPRD Septina mengaku bangga sekaligus tersanjung dengan gelar bedah buku yang diadakan di Lingkungan Lembaga DPRD Riau. Apalagi yang melakukan adalah anggota DPRD Riau sendiiri. 

 

“Mas Bagus ini memang luar biasa, tidak hanya pandai berteriak interupsi tetapi juga punya talenta menulis yang tidak semua politisi bisa melakukannya” puji Septina saat didaulat menyampaikan kata sekapur sirih sekaligus pembuka acara.

 

Ketua DPRD Riau itu juga berharap apa yang dibuat Bagus Santoso juga akan diikuti oleh politisi lainnya. 

 

Hal yang sama disampaikan Wakil Ketua Komisi II DPRD Riau, Karmila Sari, ketika diberikan kesempatan menyampaikan kesan dan pesan dihadapan panelis dan undangan. Dikatakan Karmila bahwa apa yang ditulis Bagus Santoso adalah realita politik di lapangan yang kini dihadapi para Caleg yang ikut kontestasi Pemilu 2019.

 

Bagi M Hapiz Pemred Riau Pos yang menjadi panelis terus terang menyebut sosok Bagus Santoso adalah seorang Politikus, Intelektual sekaligus wartawan.

 

" Maka tiga rangkaian ini mewarnai setiap tulisannya, yang setiap hari Senin terbit di Riau Pos pada kolom Interupsi. Ia Anggota DPRD, Ia Akademisi dan juga Jurnalis, perpaduan yang hebat,” kata Hapiz

 

Bedah buku menjadi lebih hidup dan menarik saat diulas secara detail oleh Saiman Pakpahan, Pengamat Politik Riau dan M Hapiz serta Bagus Santoso, penulis. Buku Demokrasi Wani Piro menjadi topik sekaligus rambu- rambu yang urgen tatkala setiap pesta pemilu perilaku politik transaksional atau money politik semakin merajalela.

 

Banyak masukan dan pertanyaan terutama menghadapi perilaku politik yang semakin mendewakan finansial. Apalagi setelah sistem pemilu proporsional tertutup persaingan lebih kentara pada kekuatan modal caleg. Sehingga banyak pengurus parpol tergusur caleg baru yang padat modal. 

 

Melihat demokrasi yang penuh transaksional maka diperlukan pendidikan politik menyeluruh. Seluruh elemen agar ikut mengawasi proses demokrasi. “Peran Parpol, akademisi, Media, Ustazd, LSM dan tokoh masyarakat untuk tidak lagi memberikan ruang politik dan mengharamkan NPWP (Nomor Piro Wani Piro),“ kata Bagus Santoso yang pada Pemilu tahun 2019 akan naik kelas menembus Senayan (DPR RI) dari Dapil Riau 1.

 

Sementara itu Ruslan Mage Ismail Direktur Eksekutif Sipil Institut Jakarta, tidak lain adalah sahabat sekaligus mentor Bagus Santoso yang dihubungi lewat telepon berkaitan dengan bedah buku "Demokrasi Wani Piro" mengatakan, sebagai
penulis buku "Pemikiran Besar Tokoh Pergerakan Bangsa Menuju Merdeka, ditemukan data kalau hampir semua tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia adalah politisi intelektual yang rata-rata menulis buku di tengah perjuangannya merebut kemerdekaan. 

 

Menurut Ruslan terlalu banyak politisi bermunculan pasca refomasi, tetapi terlalu sedikit politisi sekaligus intelektual. "Mas Bagus Santoso adalah satu diantara sangat sedikit itu," katanya. 

 

Ini penting, karena politisi sesungguhnya adalah manusia pembelajar yang akan berjuang memperbaiki nasib rakyat dan bangsanya di parlemen. Itulah mas Bagus Santoso, seorang politisi, intelektual yang haus ilmu, kandidat doktor ilmu politik, dan organisatoris.

 

Diantara membludaknya peserta yang hadir di dominasi mahasiswa UIR dan UIN, serta wartawan. Begitu juga kalangan kaum muda, LSM, Paguyuban. Nampak hadir Presma UIN Yudi , Presma UIR Hengki, Politisi Senior drh Chaidir, anggota DPRD Manyur HS, Ketua GARBI Kota Pekanbaru Anis Munzil, Ketua Guru Honorer Eko Wibowo, wartawan senior Yanto Budiman, Munazlen, Pengacara kondang Aspandiar, pegiat sosialita Arthy Mustafa Noor, Agus Salim Siregar wakil sekretaris DPD PAN Pekanbaru yang juga caleg DPRD Pekanbaru, seluruh wartawan parlemen Riau dan wartawan legislatif Riau tidak ketinggalan Ketua Goro SAE Asbin Wibowo. 

 

Menariknya, di halaman perpustakaan DPRD Riau tersaji kuliner Bakso bagi undangan. Pedagang kuliner ini merupakan binaan dari PAMOR Riau yang diketuai oleh Bagus Santoso.

 

Disampaikan oleh moderator Faisal sekretaris wartawan parlemen Riau bahwa pada tahun 2019 ini Bagus Santoso akan membedah 3 buku setelah sukses Demokrasi Wani Piro akan berlanjut buku berikutnya yaitu: Dinamika Politik Riau dan Mahar Politik.

 

Demokrasi Wani Piro adalah buku ketiga karya besar Bagus Santoso, anggota DPRD Riau yang menunjukkan bagaimana demokrasi berjalan di Indonesia, khususnya di Riau beberapa periode terakhir. 

 

Ketua DPRD Riau Septina Primawati MM usai pembukaan bedah buku, menambahkan, dia mengaku bangga ada anggota DPRD Riau yang tidak hanya bertugas sebagai legislator. Namun hebat dalam menulis di berbagai media dan telah menerbitkan sejumlah buku. "Dialah Bagus Santoso, mantan wartawan yang sudah berpengalaman di DPRD Riau. Tulisan tulisannya enak dibaca. Termasuk buku Demokrasi Wani Piro yang ada ditangan kita," ucap Septina.

 

Istri mantan Gubernur Riau Rusli Zainal itu, mengucapkan selamat dan meminta kepada Bagus Santoso agar terus berkarya dan sukses menapaki jalan politik ke jenjang yang lebih tinggi yakni menjadi anggota DPR RI. "Mari kita berikan support dan doa kepada mas Bagus agar sukses meniti karir politik mewakili masyarakat Riau di Senayan. Insyaallah, Amin," tambah Septina.

 

Karmila Sari juga menyampaikan hal yang sama. Politisi Golkar dari Rokan Hilir itu juga memuji kinerja Bagus Santoso baik sebagai anggota DPRD maupun sebagai seorang mantan wartawan yang piawai dalam menulis. 

 

"Mas Bagus ini memang luar biasa. Beliau memang betul betul merakyat, dan bukan merakyat yang dibuat buat seperti buku yang dia bikin berjudul Merakyat Tidak Bisa Dibuat buat," kata Karmila.

 

Buku Demokrasi Wani Piro kata Karmila Sari memang betul betul kita hadapi dalam demokrasi terbuka sekarang ini. Buku ini merupakan refleksi dari penulis nya yang isinya betul betul terjadi di lapangan. "Selamat buat mas Bagus Santoso. Jangan pernah berhenti berkarya dan tolong ingatkan kami supaya rajin juga bikin buku. Minimali satu buku lah satu tahun. Terimakasih mas Bagus, dari DPRD Riau telah memberikan contoh yang baik bagi masyarakat," pungkas Karmila.

 

Bagus Santoso menambahkan, apa yang dia tulis dalam bukunya merupakan fakta. "Demokrasi wani Piro itu memang terjadi. Namun apakah fenomena ini akan terulang lagi dalam pemilu tahun ini? Kalau terulang lagi, itulah yang membuat demokrasi kita hancur," kata kandidat doktor Politik yang dalam kontestasi politik tahun ini mencalonkan diri sebagai calon anggota DPR RI dapil Riau II nomor urut 5 dari Partai Amanat Nasional.

 

Hari ini, kata Bagus, kita sengaja memakai baju berwarna hitam, sebagai tanda berkabung melihat fenomena politik yang terjadi belakangan ini.

 

"Semoga buku demokrasi wani Piro ini dapat menjadi referensi bagi kita semua masyarakat Riau. Bahwa ongkos politik memang dibutuhkan untuk berjuang. Namun demokrasi yang sarat dengan transaksional berpotensi merusak tatanan kehidupan demokrasi kita dan hanya menguntungkan para kapitalis atau kaum yang berduit saja," Bagus Santoso menambahkan.

 

Acara yang dipandu Faisal, mantan Sekretaris Wartawan Parlemen Riau menghadirkan dua nara sumber yakni Saiman Pakpahan pengamat politik dan M. Hapiz, pemimpin redaksi Riau Pos.

 

 

Editor Munazlen Nazir


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar