Nasional

Aktifis 98 Kenang Tragedi Trisaksi dan Semanggi

Suasana diskusi mengenang peristiwa Trisaksti I dan Trisakti II, Selasa (19/3/2019).
GAGASANRIAU.COM, JAKARTA - Sepuluh orang tokoh aktifis 1998 yang menjadi saksi sejarah pergantian kepemimpinan Orde Baru ke Reformasi, Selasa (19/3/2019) berkumpul sbg pembicara  di Gedung Usmar Ismail Jalan HR Rasuna Said Jakarta, acara yang di gagas Keluarga Besar Kampus Reformasi '98, acara diskusi sembari mengenang peristiwa yang terjadi 20 tahun lalu yang menjadi tonggak perubahan politik di Indonesia. 
 
Pertemuan dengan tajuk Sarasehan Politik Reformasi 98 itu mendatangkan Sarbini aktivis FKSMJ, Bob Randilawe aktivis Pro Demokrasi, Tohap Silaban aktivis Trisakti, Wahab Talaohu aktivis Famred, Sayed Junaidi Rizaldi aktivis FKSMJ, Eli Salomo aktifis Front Kota  Julianto Hendro  aktifis Trisakti, Noel aktifis Forkot  dan dua orang lagi Abdullah Taruna IKIP JKT skrg UNJ dan Arie Purnama dari ITI
 
Mereka berkumpul dan berdiskusi sambil mengenang perjuangan mereka merombak tirani Orde Baru dan mengembalikan Indonesia ke sistem demokrasi. Meskipun kesedihan karena mereka kehilangan banyak teman dalam perjuangan itu.
 
"Kehilangan pejuang reformasi yang menjadi martir bagi bangsa ini, yang sampai hari ini belum tahu kuburannya. Penculikan yang didalangi mantan Kopassus Prabowo Subiyanto. Tidak bisa kita lupakan," ungkap Sayed Junaidi Rizaldi menjawab gagasan, malam ini.
 
Dijelaskan anggota DPRD Riau ini, kondisi pada 1998 itu memaksa mereka, para mahasiswa untuk bertindak. Kekuasaan rezim orde baru dibawah Soeharto sudah tidak dapat mereka tolerir. Bangsa Indonesia waktu itu membutuhkan perubahan dan keluar dari tirani dan 32 tahun diperintah satu orang telah membuat para mahasiswa dan rakyat  muak.
 
Mengenang peristiwa Trisaksti I dan Trisakti II bagi para mantan aktifis kampus ini adalah sebuah kenangan yang bercampur aduk. Ada kebanggaan karena mereka mengambil bagian dalam gerakan mahasiswa waktu itu, ada kesedihan karena sampai hari ini mereka masih mempertanyakan teman-teman mereka yang hilang diculik atas perintah Prabowo waktu itu. 
 
"Tapi kami bangga, bangsa ini bangkit dan mereformasi diri jadi bangsa yang benar-benar berdemokrasi. Kami bangga bisa menjadi bagian penting dari perubahan bagi bangsa ini dan jgn pula kita kembali ke zaman orde baru lagi" tambah Sayed yang lebih dikenal dengan panggilan Pak Cik.
 
Sepenggal Sejarah Reformasi 98 yang tercecer, begitulah mereka menamakan diskusi mereka petang tadi. Dengan harapan, kebenaran akan terungkap meskipun dengan rentang waktu yang panjang dan lama.
 
Editor: Munazlen Nazir.


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar