Daerah

Ide Walikota Pekanbaru Buat Pasar Baru, Yang Ada Terbengkalai

[caption id="attachment_4463" align="alignleft" width="300"]kondisi pasar Cik Puan terbengkalai kondisi pasar Cik Puan terbengkalai[/caption]

gagasanriau.com ,Pekanbaru-Wacana Walikota Pekanbaru Firdaus,MT untuk membangun pasar-pasar tradisional disetiap kecamatan serta membangun pasar seni ala Malioboro di Jogjakarta di jalan Agus Salim, seakan melupakan ketersediaan infrastruktur pasar yang sudah ada, bahkan tidak dimanfaatkan sekalipun. Hal ini dapat dilihat dengan keberadaan bangunan pasar Cik Puan dijalan Tambusai, sudah menghabiskan dana negara puluhan miliar rupiah di era nya Herman Abdullah semasa jadi walikota Pekanbaru periode sebelumnya, namun pasar tersebut tak kunjung menjadi wujud bangunan seutuhnya meskipun habiskan miliaran uang negara. Di era kepemimpinan Firdaus, MT sebagai walikota Pekanbaru yang sudah berjalan hampir 2 tahun nasib pasar Cik Puan tak kunjung berubah, terkatung-katung seperti anak haram yang tidak dinginkan oleh ayah baru kota Pekanbaru. Sempat ditawarkan kepada bapak asuh yang bernama swasta namun sampai detik ini Cik Puan tak juga memiliki bapak untuk mengurusnya menjadi bangunan pasar seutuhnya. Sementara itu Pasar Senapelan, Pasar Rumbai, Pasar Sail, Pasar Limapuluh masih saja memanggil-manggil pedagang untuk mengisi lapak dan kios pasar yang ternyata masih banyak yang kosong. Fenomena dari hasil kreatifitas para pedagang membangun inovasi bernama Pasar Kaget secara mandiri disetiap lahan-lahan kosong di Kecamatan dianggap pelanggaran dan merusak pangsa pasar tradisional yang sudah ada (Indomaret dan Alfamart tidak melanggar meski menyebar di pelosok pemukiman) dan Walikota melalui pemerintahan Kecamatan mengeluarkan kebijakan untuk menutup dan melarang Pasar Kaget meskipun hingga kini pasar mandiri tersebut masih tetap beroperasi.

Aksi kreatif para pedagang Pasar Kaget yang kebanyakan dari mereka ini adalah "korban penggusuran" kebijakan Firdaus MT ini, serta merta di adopsi oleh walikota dengan wacana membangun pasar-pasar  tradisional disetiap kecamatan. Yang akan dilakukan di Jalan Kaharudin Nasution depan kampus Universitas Islam Riau (UIR). Mardianto Manan Praktisi Perkotaan Pekanbaru dalam jejaring sosialnya menuliskan "Perangai walikota ini pasti dan jelas sedang membudidayakan komplik baru diruang yang salah. Baik dari sisi tata letaknya yang membenturkan ruang pendidikan yg terkesan baik rapi dan bersih dengan ruang pasar yg konon kabarnya suatu tempat yg penuh dgn kenegatifan kurang baik kacau dan kotor (baca ruang pasar tradisional pasar Arengka, Cik Puan dan lain-lain). Apalagi sampai ini Walikota tidak pernah pamit ke tetangga sekitar  khusus UIR. Bukankah ini pertanda walikota lagi "berbudidaya komplik" Demikian pernyataan Mardianto Manan menannggapi wacana Walikota terkait pembangunan pasar tradisional di depan kampus UIR tersebut. Sadri,Sos Kepala Dinas Pasar kota Pekanbaru (Kadis) beberapa hari yang lalu sempat menyampaikan kepada gagasanriau.com bahwa Pemko akan bangun pasar ala Malioboro seperti di Jogjakarta. Pasar ini akan dibangun disepanjang jalan Agus Salim, namun sejauh ini belum terwujud karena masih terkendala pembebasan lahan. Hal ini juga bagian rencana Pemko Pekanbaru dalam membangun pasar namun sepertinya hal ini lagi-lagi melupakan keberadaan pasar Senapelan yang tak jauh berada dengan jalan Agus Salim. Pasar Senapelan yang juga sepi dari peminat untuk mengisi kios-kios yang tersedia. Adalah sebuah keniscayaan jika Pemko Pekanbaru tetap juga membangun pasar baru namun menyia-menyiakan pasar yang ada, pemborosan terhadap uang APBD sangat besar dan terkesan manghambur-hambungkan uang rakyat saja. Harusnya dapat menjadi alokasi dana pembangunan kebutuhan publik lainnya. Editorial


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar