Gagasanriau.com.Pekanbaru-
Hal ini dapat dilihat dari Alat pengukur indeks pencemaran udara yang berada di pusat kota mencapai angka lebih dari 200 partikel debu (PM10) pada Minggu (9/3/2014) sejak pagi hingga berita ini dimuat.
Kabut asap pekat yang sudah berlangsung selama sebulan penuh seakan tak mengalami perubahan dan kondisi yang lebih sehat.
"Apakah sudah ada turun tangan pemerintah daerah kok sampe sekarang asap makin parah, kami warga sangat dirugikan dengan kondisi seperti ini"kecam Dewi 21 tahun seorang mahasiswa asal Rengat ini kepada Gagasanriau.com.
Senada dengan Mikel 23 tahun pemuda yang hobi bersepeda ini menuturkan bahwa pemerintah harus bertanggungjawab dan segera mengatasi persoalaan asap ini hingga tidak lepas tangan dan tidak seperti memiliki keperdulian saja.
"Gubernur atau siapapun yang memiliki kewenangan harus bertindak dong, masak kayak seperti gak ada masalah saja, bagi kami warga pemberian masker ribuan bahkan ratusan ribu masker sekalipun tidak menyelesaikan masalah asap ini"tegas Mikel.
Di Kota Dumai berdasarkan data Satgas asap indeks pencemaran dalam status "Berbahaya" (hazardous) dan terjadi juga di Kabupaten Bengkalis dan Siak yang mencapai angka lebih dari 500 Psi.
Dan Sudah lebih dari 40 ribu warga terserang penyakit akibat polusi asap. Luas hutan dan lahan yang terbakar lebih dari 14.000 hektare.
Sementara itu, berdasarkan data BMKG mengenai jumlah hotspot tanggal 9 Maret pukul 05.00 WIB di Pulau Sumatera terdata 368 titik panas, di antaranya 327 lokasi di Riau.
Rinciannya, di Kabupaten Bengkalis 112 titik panas, Kepulauan Meranti (56), Indragiri Hilir (27), Indragiri Hulu (6), Kota Dumai (19), Rokan Hilir (15), Siak (67), Pelalawan (25).
Tingkat kepercayaan hotspot di Riau lebih dari 71 persen artinya 183 titik api adalah kebakaran.
Sedangkan cuaca di Riau pada umumnya cerah berawan serta diselimuti kabut asap, dengan jarak pandang pada pukul 07.00 WIB hanya 300 meter. Ady Kuswanto