Demokrat Di 2014

Selasa, 01 Januari 2013 - 06:59:30 wib | Dibaca: 2376 kali 

demokratgagasanriau.com-Banyak pihak memprediksi partai Demokrat pada tahun 2014 akan hancur. Prediksi itu bisa benar, bisa tidak. Karena melihat kemelut partai besutan SBY tersebut telah kehilangan roh. Masalah yang dihadapi partai yang membangun citra positif di tanah air ini terbelenggu dengan permasalahan yang laten, yaitu korupsi. Meskipun masih berusia relatif muda, partai demokrat telah tampil sebagai jawara tangguh pada pemilu 2009. Dan kini, partai berlambang mirip mercy tersebut digantung dengan sederet kasus yang menderanya. Sejumlah kader mudanya satu persatu terseret kasus korupsi. Dimulai dari terkuaknya kasus wisma atlit yang menyeret eks. bendahara umum partai demokrat Nazaruddin, mantan artis dan wasekjen partai demokrat Angelina Patricia Pingkan Sodakh (Angie) dan yang terbaru eks.mentri pemuda dan olahraga Andi Malarangeng dalam kisah drama kasus hambalang. Berdasarkan hasil survey LSI (lembaga survey Indonesia), partai demokrat jauh merosot di urutan ke tiga sebesar 13,7%, dengan menempatkan golkar di urutan pertama sebesar 18,9% dan disusul PDIP di urutan kedua sebesar 14,2%. Riset LSI juga meyebutkan bahwa faktor utama yang menurunkan peringkat partai berlogo mercy ini adalah persoalan kasus wisma atlit dan hambalang. Merosotnya partai yang sejatinya gemar memainkan politik pencitraan ini tentu merupakan sebuah tamparan malu. Mungkin tidak mengherakan apabila di ranah eksekutif, yudikatif dan legislatif para penguasa di negeri ini seakan kumuh dengan berlepotan korupsi politik maupun kleptokrasi. Korupsi politik ini kian menjamah hampir di seluruh sistem penyelenggaraan Negara. Dimulai dari APBN hingga perampokan dana untuk kaum miskin. Sistem legislasi dan pengawasan politik, tak ada satupun yang imun terhadap infeksi korupsi politik. Dalam birokrasi, hampir seluruh sistemnya rentan praktek kleptokrasi dengan melakukan korupsi fungsional (kinerja yang buruk), korupsi personal maupun korupsi struktural (penyalahgunaan wewenang). Di ranah yudikatif juga sangat lazim ditemukannya perkara yang bersetubuh dengan praktek peradilan yang korup. Alih-alih di dalam undang-undang ditulis peradilan dilaksanakan dengan sangat sederhana, cepat, mudah dan biaya ringan. Upaya Penyelamatan Partai Disadari atau tidak, masyarakat Indonesia berharap adanya upaya sikap dari SBY untuk meyelamatkan partainya. Namun, tampaknya SBY tetap kokoh dengan apa yang menjadi jawaban hatinya. Bahkan hingga saat ini SBY belum mencopot ketua umum partai berlambang mirip mercy ini (Anas Urbaningrum) dengan alasan menghormati upaya hukum yang sedang dijalankan oleh komisi pemberatasan korupsi (KPK). Bisa jadi langkah yang telah dilakukan oleh orang nomor 1 di Indonesia ini benar. Mengingat, belum ada perubahan status tersangka Anas Urbaningrum sebagai kapten pilot partai demokrat. Jangan sampai pencopotan langsung untuk ketua umum partai demokrat ini ternyata hanya sebagai konspirasi politik besar, sehingga apa yang dilakukan SBY dengan mencopot anas ternyata menjadi boomerang karir politikya. Namun hal tersebut bisa juga salah, jika KPK sendiri mengulur waktu dengan menetapkan anas sebagai tersangka dalam kasus wisma atlit. Tentu hal ini akan memperburuk citra partai demokrat di mata rakyat. Sekalipun rakyat telah jenuh dengan pemberitaan miring partai berlambang mirip mercy ini terutama disenayan. Atau bisa jadi penulis berpikir ada upaya strategi jitu SBY dalam menyelamatkan pemilu 2014 nanti. Sebuah pertanyaan besar pastinya. Namun tak bisa di pungkiri hal ini sangat mungkin dilakukan oleh orang nomor 1 di Indonesia tersebut. Mengingat sampai detik ini, partai demokrat belum memiliki calon pendekar mumpuni pengganti SBY yang memiliki nilai jual yang tinggi dalam pertarungan sengit di pemilu 2014 nantinya. Lalu, siapa yah yang akan digendong partai demokrat? Dagangan politik Partai demokrat harus bisa memainkan isu dengan mengusung calon pemimpin yang benar-benar di kehendaki oleh rakyatnya. Sekalipun partai itu adalah partai lain yang memiliki hubungan emosional dengannya. Semisal, partai amanat nasional (PAN) yang berhasil "mengawinkan politik" putrinya dengan putra bos besar demokrat (SBY). Masyarakat sendiri sudah memprediksi kehadiran M. Hatta Rajasa ( ketua umum PAN) sebagai partner SBY. Hal tersebut menjadi bursa taruhan kalau mentri perekonomian tersebut akan didaulat sebagai calon pendekar dalam pemilu 2014. Hatta Rajasa dinilai mampu bersaing jika harus fighting dengan Aburizal Bakrie dari partai berlambang pohon beringin (Golkar), Prabowo Subianto dari partai Gerindra, Megawati/Puan Maharani dari partai demokrasi Indonesia perjuangan (PDIP) dan Surya Paloh dari partai nasional demokrat (Nasdem). Dari sederetan hal diatas tersebut, bisa di tebak kalau dagangan mentri perekonomian tersebut mampu mendulang kampiun dalam pertarungan 2014 seperti jembatan selat sunda. Seperti yang telah diutarakan oleh Hatta Rajasa tentang persoalan megaproyek prestitius RI dimata dunia. Apa mungkin yah bisa berhasil? Sementara calon dari partai yang lain belum mampu menggelar dagangan apa-apa untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Terlepas sukses atau tidaknya, yang jelas dagangan politik tersebut mampu menuai sebuah harapan baru bagi 230 juta rakyat Indonesia. Tinggal bagaimana mengemas bungkusan dagangan tersebut semenarik mungkin agar terlihat elegan dan mempuyai nilai jual yang bagus. Seperti halnya SBY menggelar dagangan berupa dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada tampuk kepemimpinannya. Apalagi jelang 2014 pemerintah pusat mulai merogoh kocek untuk bantuan bagi keluarga harapan dengan nilai angka fantastis berkisar 1 juta s/d 1,5 juta Rupiah. Terakhir, mungkin ada kalanya kita menatap satu persatu harapan demi harapan bagi Indonesia baru kedepannya. Terutama upaya partai demokrat untuk melepaskan diri dari belenggu gurita kasus korupsi yang kian melilitnya. Apakah partai demokrat dapat mendapatkan hal yang diinginkkannya di pemilu 2014 atau malah sebaliknya? Entahlah.

Bambang Irawan

Reporter www.gagasanriau.com Alumni UIN Suska Riau Jurusan Ilmu Komunikasi (Jurnalistik)


Loading...
BERITA LAINNYA