GagasanRiau.Com Pekanbaru - Corporate Communication Manager PT Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP) Jarot Handoko saat ditanyakan terkait sumber titik api (Hotspot) yang selalu berada dilahan Hutan Tanaman Industri (HTI) justru "buang badan" dan tidak memberikan jawaban secara konkrit justru menyarankan bertanya kepada pihak kepolisian dan dinas terkait.
Hal ini sehubungan dengan pernyataan dari Woro Supartinah Koordinator Jikalahari (Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau) kepada GagasanRiau.Com (24/4/2016) yang menyatakan bahwa masih adanya titik api di Riau merupakan ancaman serius bagi pemerintah daerah. Dan titik api tersebut dominan terjadi lahan gambut dalam yang dikelola secara massif oleh perusahaan Hutan Tanaman Industri dan perkebunan sawit. (Baca Juga Perkebunan Sawit dan HTI di Riau Sebab Utama Terjadinya Karhutla)
"Saya tidak dalam kapasitas mengomentari pernyataan Jikalahari, untuk hal itu disarankan bertanya ke kepolisian dan atau dinas kehutanan atau perkebunan"kata Corporate Communication Manager PT RAPP yakni Jarot Handoko kepada GagasanRiau.Com Minggu (24/4/2016).
Dan meskipun ditanyakan secara berulang selama dua kali Jarot tetap menjawab dengan jawaban yang sama. Demikian juga saat ditanyakan apakah ada hutan tanaman akasia milik PT RAPP terbakar, Jarot hanya menjawab "Kami memiliki kebijakan zero fire yang kuat"katanya singkat.
Sementara itu dikutip dari mongabay.co.id, organisasi Lingkungan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) merilis daftar perusahaan besar di balik kebakaran hutan dan lahan. Daftar itu hasil analisis kebakaran hutan dan lahan di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
“Hasil analisis menunjukkan mayoritas titik api di dalam konsesi perusahaan. Di HTI 5.669 titik api, perkebunan sawit 9.168,” kata Edo Rahkman, Manajer Kampanye Walhi Nasional di Jakarta.
Dia merinci daftar berbagai grup besar terlibat membakar hutan dan lahan, di Kalteng Sinar Mas tiga anak perusahaan, Wilmar 14. Di Riau, anak usaha Asia Pulp and Paper (APP) enam, Sinar Mas (6), APRIL (6), Simederby (1), First Resources (1) dan Provident (1).
Di Sumsel (8) Sinar Mas dan 11 Wilmar, (4) Sampoerna, (3) PTPN, (1) Simederby, (1) Cargil dan (3) Marubeni. Kalbar Sinar Mas (6), RGM/ APRIL (6). Di Jambi Sinar Mas (2) dan Wilmar (2).
Berdasarkan data LAPAN periode Januari-September 2015 ada 16.334 titik api, 2014 ada 36.781. Berdasarkan data NASA FIRM 2015 ada 24.086 titik api, dan 2014 ada 2.014.
Kebakaran hutan dan lahan menyebabkan warga terserang ISPA. Di Jambi ada 20.471 orang, Kalteng 15.138, Sumsel 28.000, dan Kalbar 10.010 orang.
Dan kondisi di Riau sendiri saat ini titik api di kabupaten/kota terus mengalami kenaikkan dan terjadinya di lahan-lahan gambut yang menurut Jikalahari terjadi lahan konsesi HTI dan perkebunan sawit.
Sejauh ini, sudah ada 68 tersangka pembakar lahan yang ditangkap Polda Riau. 1 Di antarnya merupakan petinggi PT Langgam Inti Hibrido di Kabupaten Pelalawan, Frans Katihotang.
Data yang berhasil dihimpun, 17 perusahaan yang tengah diusut Polda, 1 di antaranya di Bengkalis dan ditangani Polres setempat, yaitu PT Palm United (PU). Kemudian Polres Siak menangani PT Wahana Subur Sawit (WSS).
Kemudian di Polres Indragiri Hulu tengah diusut PT Alam Sari Lestari (ASL). Selanjutnya Polres Indragiri Hilir, PT Bina Duta Laksana (BDL) dan PT Sumatera Riang Lestari (SRL). Dua perusahaan ini bergerak di bidang hutan tanaman industri.
Untuk Polres Pelalawan, ditangani PT Prawira, PT Bina Langgam Jaya (BLJ), PT Pusaka Megah Bumi Nusantara (PMBN), dan PT Bukit Raya Pelalawan (BRP). Selanjutnya di Polres Rokan Hilir menangani PT Dexter Timber Perkasa (DTP) dan PT Ruas Utama Jaya (RUJ).
Sementara itu, Polres Dumai menyidik PT Suntara Gajah Pati (SGP). Sedangkan Polres Kampar menangani PT Siak Raya Timber (SRT), PT Perawang Sukses Perkasa Industri (PSPI) dan PT Riau Jaya Utama (RJU). Untuk Kuantan Singingi, tengah diusut keterlibatan PT Rimba Lazuardi.
Reporter Ginta Gudia