GagasanRiau.Com Pekanbaru - Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) resmi ajukan praperadilan Surat Penghentian Penyidikan (SP3) terhadap KUD Bina Jaya Langgam, dan PT. Sumatera Riang Lestari, PT. Bukit Raya, Pelalawan, PT. Rimba Lazuardi, PT.Parawira, Pelalawan dan PT. Riau Jaya Utama. Praparadilan ini bertujuan untuk mendesak agar Kepolisian Daerah (Polda) Riau segera mencabut SP3 terhadap perusahaan pembakar lahan di tahun 2015 lalu.
"Setelah berulang kali aksi semenjak Juli 2016 guna menuntut pencabutan penghentian penyidikan (SP3) 15 korporasi pembakar hutan dan lahan tidak dipenuhi oleh Polda Riau, maka WALHI Riau memutuskan untuk mempergunakan posisi hukumnya untuk membatalkan SP3 tersebut melalui mekanisme praperadilan." Kata Boy Even Sembiring dari Divisi Hukum Walhi Riau Senin (31/10/2016) melalui rilis pers nya.
Namun dijelaskan oleh Boy, beberapa minggu sebelum pengajuan praperadilan ini, Kapolda Riau mengabulkan tuntutan WALHI Riau dengan menyerahkan secara langsung 6 dokumen SP3 atas nama tersangka PT. Sumatera Riang Lestari, PT. Bukit Raya, Pelalawan, PT. Rimba Lazuardi, KUD Bina Jaya Langgam, PT.Parawira, Pelalawan dan PT. Riau Jaya Utama.
“Permohonan praperadilan ini akan secara resmi kami daftarkan besok di Pengadilan Negeri Pekanbaru. Pendaftaran akan dilakukan oleh kuasa kami yang memilih domisili hukum di Kantor LBH Pekanbaru. Langkah ini mempertegas pilihan kami melawan SP3,” ujar Riko Kurniawan, Direktur Eksekutif WALHI Riau.
“Dari 6 dokumen yang kami dapat, kami memutuskan untuk terlebih dahulu mengajukan 1 Permohonan praperadilan terhadap SP3 yang diterbitkan oleh Polda Riau, atas nama PT. Sumatera Riang Lestari. Alasan kami mengajukan satu terlebih dahulu dikarenakan tidak keseluruhan dokumen SP3 diterbitkan oleh Polda Riau, dari 6 yang kami peroleh, tiga diantaranya diterbitkan oleh Polres Pelalawan. Pasca penentuan hari sidang pertama, kami akan majukan 2 pra peradilan secara terpisah, satu permohonan atasa nama tiga korporasi di Pengadilan Negeri Pelalawan dan satunya untuk dua korporasi lainnya di Pengadilan Negeri Pekabaru,” tambah Riko.
“Memperhatikan dokumen SP3 yang kami dapatkan, secara jelas dan terang bahwa penerbitan SP3 dilakukan secara teburu-buru dan mengada-ngada. Kami harap Pengadilan Negeri Pekanbaru bisa secara objektif menilai pengajuan praperadilan ini, terlebih langkah ini ditujukan guna memuliakan keadilan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Riau yang menjadi korban polusi asap dari bakaran di areal konsesi,” ucap Even Sembiring, Deputi Direktur WALHI Riau yang juga menjadi salah satu penerima kuasa pengajuan permohonan praperadilan.
Pengajuaan praperadilan ini diharapkan nantinya menjadi dasar pemaksa bagi Polda Riau dan jajaran Polres di bawahnya untuk membuka kembali penyidikan terhadap PT. Sumatera Riang Lestari. “Pencabutan keputusan penghentian penyidikan merupakan salah satu sarana untuk mendorong dibukanya penyidikan kembali, langkah ini harus dilakukan karena setelah menunggu selama 3 bulan tidak ada tanda-tanda Polda Riau untuk membatalkan SP3 nya dan membuka kembali penyidikan terhadap PT. SRL dan korporasi lainnya,” ujar Yadi Utokoy, advokat dari LBH Pekanbaru.
Rencananya pendaftaran permohonan praperadilan akan dilangsungkan pada Selasa esok, 1 November 2016 di kepaniteraan Pengadilan Negeri Pekanbaru. Pengajuan praperadilan terhadap pengehentian penyidikan terhadap PT. Sumatera Riang Lestari diharapkan menjadi langkah awal dimulainya kembali penyidikan terhadap korporasi tersebut dan 14 korporasi lainnya. Sehingga tidak lahir preseden, keberpihakan penegakan hukum pidana kepada korporasi, karena dalam catatan WALHI Riau, sepanjang 2013 hingga 2016 terdapat lebih dari 400-an tersangka perorangan pembakaran hutan dan lahan yang ditangani Polda Riau dan jajaran, jumlah ini sangat timpang dari 20-an perkara yang melibatkan korporasi, dimana 15 diantaranya dihentikan penyidikannya.
“Praperadilan ini merupakan permohonan yang diajukan rakyat melalui WALHI yang diwakili oleh kuasa hukumnya, oleh karena itu kami berharap ketika pendaftaran dan proses-proses sidangnya nanti bisa dikawal bersama oleh seluruh masyarakat Riau,” tutup Aditya, advokat dari LBH Pekanbaru.(RLS)
Editor Arif Wahyudi