GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Anggaran Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer di tingkat SMK/SMA menjadi salah satu yang terkena imbas pemangkasan atau rasionalisasi. Sehingga pelaksanaan UNBK tahun ini belum bisa 100 persen.
"UNBK belum 100 persen. Belum mampu kita biayai UNBK secara keseluruhan. Anggarannya kecil tahun ini, sekitar Rp10 miliar, ini juga akibat rasionalisasi. Tapi kita maksimalkan saja yang ada," ujar Ketua Komisi V Aherson di Pekanbaru, Kamis (14/3/2019).
Dia mengatakan, hanya 30 sekolah yang mendapat fasilitas untuk pelaksanaan UNBK tahun ini. Teknis pelaksanaannya, pelajar dari SMA/SMK yang berdekatan akan digabungkan. Sementara, untuk sekolah-sekolah yang berada di kawasan terilisolir pelaksanaan akan dilakukan dengan mempertimbangkan akses yang mudah dijangkau para siswa.
"Dari 300 sekolah yang membutuhkan, hanya mampu diakomodir sebanyak 30 sekolah. Daerah-daerah yang sulit terjangkau ini yang menjadi prioritas kita. Kalau daerah yang sekolahnya dekat satu dengan yang lainnya, aksesnya mudah, masih bisa digabung," ujar Politisi Demokrat itu.
Minimnya penganggaran, lanjut dia, tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaannya UNBK nantinya. Karena jika dibandingkan 2018 anggaran anggaran untuk fasilitas UNBK mencapai Rp46 miliar.
"Ya dengan kondisi sekarang, tentu ini menjadi tantangan bagi kita untuk memaksimalkan pelaksanaannya. Karena ini kan jauh berkurang jika dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp46 miliar," ujar Legislator asal Kabupaten Kuantan Singingi itu.
Dia berharap, dibawah kepemimpinan baru Gubernur Riau Syamsuar dapat memaksimalkan fasilitas sekolah untuk mendukung mutu pendidikan.
"Gubernur baru mendorong teknologi karena sekarang tidak jamannya manual, semua sudah harus online. Bahkan desa-desa juga harusnya dijangkau teknologi," ucapnya.