GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Untuk kesekian kalinya masyarakat dan petani Desa Koto Aman Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar kembali melakukan unjuk rasa menuntut agar PT Sekar Bumi Alam Lestari PT (SBAL) mengembalikan tanah adat yang diduga dirampas perusahaan perkebunan sawit tersebut.
Diterangkan oleh Anton, aktifis petani Desa Koto Aman Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Provinsi Riau ini kepada
Gagasan Jumat siang (5/4/2019) pada hari kelima aksi unjuk rasa di kawasan konfilk tersebut masyarakat disuruh bubar oleh pihak perusahaan dengan mendatangkan beberapa berpakaian biasa serta pihak keamanan perusahaan.
"Pada Jum'at, 05 April 2019 merupakan hari ke-5 dari aksi masyarakat untuk menuntut hak mereka dikembalikan yang dirampas PT Sekar Bumi Alam Lestari (SBAL)" ungkap Anton.
Dan terang Anton lagi, bahwa aksi hari ke 5 masyarakat Desa Koto Aman itu dilakukan di Nanjak Makmur.
Menurut Anton, masyarakat sempat panik karena kedatangan beberapa orang yang didatangkan perusahaan serta pihak keamanan PT SBAL.
"Aksi unjuk rasa diberi sebuah kejutan "Jum'at berkah" oleh pihak perusahaan yang ingin mengeluarkan hasil panen buah sawit berupa TBS (Tandan Buah Segar. Red) milik perusahaan dengan mendatangkan preman" ujar Anton.
Namun kata Anton lagi, kendaraan pengakut milik perusahaan tertahan tidak bisa keluar hingga koorporasi perkebunan sawit itu.
"Setelah berusaha membubarkan masyarakat tetapi tetap tidak bisa maka mereka mundur secara perlahan" ujar Anton.
Dituturkan Anton, sebenarnya aksi yang mereka lakukan ini bukan kali pertama, karena menurut dia tuntutan masyarakat ini sudah mereka lakukan sejak tahun 2017.
"Aksi ini sudah berlangsung semenjak 2017 lalu, ada dugaan pembiaran intervensi preman kepada masyarakat oleh pihak keamanan di dikarenakan tidak ada pengamanan dari pihak berwajib" ungkap Anto lagi.
Untuk diketahui masyarakat ini sempat melakukan aksi hingga lebih dari 14 hari di Kota Pekanbaru, ketika itu mereka berharap agar tuntutan mereka didengar oleh Presiden Jokowi.
Tetapi entah kenapa waktu itu, mereka memulangkan diri ke desa mereka setelah sebelumnya sempat melakukan pertemuan dengan Wakil Gubernur Riau Edy Natar.
Diterangkan Anton, pada pertemuan tersebut pihak perusahaan menanyakan soal alas hak masyarakat atas lahan yang disengketakan, dan atas dasar tersebut menurut Wagub masyarakat tidak punya hak hingga harus pulang dari aksi menginap di kolong jembatan layang di Sudirman Pekanbaru ketika itu.
Tapi seakan tidak mau menyerah begitu saja, masyarakat kembali melakukan aksi unjuk rasa dan memprotes pihak perusahaan. Bahkan mereka kembali menduduki kawasan yang berkonflik.
"Untuk itu, Pak Jokowi tolonglah kami pak, Pak JK (Jusuf Kalla) kami merasa didzolimi oleh perusahaan ini pak, kami ingin bapak membela kami, kami akan terus menggunakan hastag ini #pakpresidenjokowidesakotoamanSOS agar bapak meendengar penderitaan kami" tutup Anton.