Tim Balai BKSDA Riau me;lakukan penyelamatan seekor Harimau Sumatera yang terkena jerat di wilayah konsersi HTI PT. RAPP, Teluk Meranti, Pelalawan, Riau. Foto: Dok. Balai BKSDA Riau
GAGASANRIAU.COM, MERANTI - Kejahatan manusia terhadap satwa liar, harimau sumatera di Riau kembali terulang. Jeratan mengakibatkan luka, cacat hingga kematian terhadap hewan dilindungi tersebut.
Seperti terjadi di wilayah Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, pada Sabtu (28/03/2020). Akibat jeratan pemburu, kaki kanan depannya luka parah dan serius.
Harimau itu terjerat di sempadan sungai atau kanal Sangar Blok Meranti PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), membuat pekerja lapangan perusahaan tersebut ketakutan.
Lantas pihak manajeme RAPP melaporkan kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, agar bisa ditangani oleh petugas.
“Mendengar kabar tersebut, tim rescue dan medis kami, sekitar jam tujuh malam, langsung bergerak menuju tempat kejadian yang berada di Konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. RAPP Blok Meranti di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan,” kata Suharyono Kepala Balai BKSDA Riau.
Menurut Suharyono, pada saat yang sama, kebetulan tim medis sedang berada di tempat lain menangani Harimau Sumatera juga. Setelahnya, langsung bergerak merapat menuju lokasi kejadian di Blok Meranti, dengan menempuh perjalanan darat yang cukup jauh, sekitar 2 jam untuk tiba di Desa Pulau Muda.
Kemudian dijemput oleh tim petugas lapangan seksi wilayah dan petugas PT RAPP, sekitar pukul 18.00 WIB. Sedangkan, tim angkut kandang evakuasi satwa, menyusul. Berangkat dari Kantor Balai BKSDA Riau, Pekanabaru, pada pukul 19.30 WIB.
Selanjutnya, ketiga tim evakuasi tersebut, malam itu juga bertemu di Estate Meranti PT RAPP, untuk melakukan persiapan dan perencanaan pelaksanaan evakuasi keesokan harinya.
Kemudian, pada Minggu (29/03) pukul 10.00 WIB, tim bergerak menuju lokasi kejadian Harimau Sumatera terkena jerat. Jaraknya, cukup jauh, harus ditempuh melalui jalan darat sejauh 60 km, sehingga baru tiba di pinggir kanal sekitar pukul 11.30 WIB.
Lalu, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan perahu kayu bermotor sejauh 2 km dengan waktu tempuh 15 menit. Tidak sampai disitu, tim masih jalan kaki sejauh 500 meter selama 30 menit.
Begitu tiba di lokasi, dari jarak yang cukup aman, sekitar pukul 12.30 WIB, tim berhasil melakukan pembiusan Harimau Sumatera dengan cara ditembak. Kemudian, tali jerat yang melingkar di kaki kanannya dilepas sebelum dilakukan pengobatan.
“Pada saat melepas jerat dan melakukan pengobatan, tim medis kami menunjukkan kalau luka akibat jerat yang dialami pada kaki kanan depan Harimau Sumatera tersebut parah dan sangat serius. Karenanya diperlukan tindakan medis lebih lanjut. Sehingga, diputuskan untuk segera evakuasi dari lokasi kejadian,” papar Haryono.
Selain itu, dari hasil pengamatan saat itu, Harimau Sumatera tersebut berjenis kelamin betina dan masih remaja. Usianya diperkirakan sekitar 3-5 tahun dan memiliki panjang badan 170 cm. Melihat lukanya, diperkirakan sudah terjerat selama 3 hari.
18 Jam Menuju Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Damasraya
Pada hari yang sama, sekitar jam 5 sore, tim langsung bergerak membawa Harimau Sumatera menuju Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Damasraya (PRHSD) di Damasraya, Sumatera Barat (Sumbar), untuk dilakukan observasi dan perawatan secara intensif.
Untuk menuju wilayah Damasraya di Sumbar dari Teluk Meranti, Riau, memerlukan waktu sekitar 18 jam perjalanan darat. Sepanjang perjalanan tersebut, menurut Suharyono, semua berjalan lancar. Tidak terkendala apapun.
“Alhamdulillah tidak ada hambatan. Walaupun, sepanjang perjalanan, Harimau Sumatera menunjukkan gejala-gejala agresivitasnya. Sifat-sifat alaminya. Seperti, akan marah kalau terusik. Tidak mau didekatin. Tetapi, kami bersyukur, pada saat dikasih air minum, sudah mau. Ia menjilat-jilat air minumnya,” cerita Suharyono.
Harimau Sumatera itu Diberinama Corina
Setiap dua jam sekali, tim berhenti untuk mengecek keadaan Harimau Sumatera. Begitu seterusnya, hingga akhirnya tiba di Damasraya, pada Senin (30/03/2020), pukul 11.30 WIB. Kemudian, dipindahkan ke kandang observasi pertama yang membutuhkan waktu cukup lama, sekitar 2-3 jam sampai ia mau keluar dari kandang angkut.
“Sambil menunggu Harimau Sumatera mau pindah ke kandang observasi, kami sepakat untuk memberikan kode atau identitas atau nama ‘Corina’. Nama tersebut sebagai catatan sejarah atau pengingat, di mana kita semua hari-hari ini sedang disibukkan dan dipenuhi dengan pemberitaan serta situasi yang berkaitan dengan Corona. Sebuah musibah yang kita harapkan semoga cepat berlalu,” cerita Suharyono.
Kabar baiknya, begitu Corina sudah pindah ke kandang observasi, ia langsung mau memakan daging dan minum air yang disediakan serta agresif. Ini suatu hal yang sangat menggembirakan. Karena, berdasarkan pengalaman dari beberapa Harimau Sumatera lainnya yang pernah dievakuasi dan diperlakukan hal yang sama, Corina menjadi satu-satunya Harimau Sumatera, yang begitu sampai mau makan.
“Kami berharap, kemudian akan mendapat kabar lebih baik lagi. Corina dapat sehat kembali. Mengingat luka kaki kanan depannya cukup serius. Rencana tiga hari kedepan, kami akan biarkan ia di kandang observasi. Tidak dilakukan medical cek keseluruhan dulu. Biar lebih tenang dan tidak stres dan dehidrasi seperti pertama kali ditemukan. Baru kemudian akan ada tindakan selanjutnya. Tentu, selama tiga hari tersebut juga tetap dilakukan pengobatan.” tutup Suharyono