Netty: Angka Kematian Indikator Penanganan Covid Tak ada Dasar Ilmiahnya

Jumat, 13 Agustus 2021 - 13:46:46 wib | Dibaca: 707 kali 
Netty: Angka Kematian Indikator Penanganan Covid Tak ada Dasar Ilmiahnya
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher. Foto : Jaka/mr

JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher menilai dikeluarkannya angka kematian dari indikator penanganan Covid-19 sebagai kebijakan yang tidak ada dasar ilmiahnya.

“Angka kematian adalah indikator penting yang harus dihitung dalam penanganan pandemi. Pastikan setiap kebijakan harus ada landasan ilmiahnya. Jangan asal gampangnya saja," katanya dalam keterangan media, Rabu (11/08/2021).

Netty mempertanyakan apa standar yang dipakai pemerintah ketika mengeluarkan angka kematian dari indikator penanganan Covid-19. "Jika alasannya  data kematian menyebabkan distorsi, maka benahi proses input dan sistemnya. Jika ada masalah data,  saya yakin bukan hanya pada angka kematian, statistik data  lain,  juga perlu dipertanyakan," lanjut Netty.

Angka kematian, kata Netty, dapat  memberi  gambaran tingkat keparahan pandemi di suatu daerah dan bagaimana sistem kesehatan merespon kondisi tersebut. "Justru berbahaya kalau dikeluarkan dari indikator karena dapat melenakan para pengambil kebijakan. Seolah kondisi aman dan terkendali, padahal mengandung bom yang siap meledak."

Menurut Netty, kebijakan dikeluarkannya  angka kematian dari indikator penanganan Covid-19 harus menjadi kode keras bagi pemerintah agar mengembalikan penanganan pandemi kepada pihak/lembaga kredibel. 

“Saya tidak bosan menyampaikan bahwa leading sector penanganan pendemi adalah Kemenkes dan Satgas Covid-19. Jangan serahkan urusan bencana kesehatan ini kepada pihak atau lembaga yang bukan bidangnya," katanya.

Netty meminta hal tersebut agar pemerintah tidak mengulangi lagi membuat kebijakan pandemi yang  tidak berdasar. "Penanganan pandemi menyangkut keselamatan ratusan juta rakyat. Jika salah dalam membuat kebijakan, taruhannya adalah nyawa rakyat. Tolong selipkan jiwa welas asih, empati dan kasih sayang dalam memutuskan setiap kebijakan," tutupnya.


Loading...
BERITA LAINNYA