Abelia Callista Pasaribu
GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Abelia Callista Pasaribu yang baru berusia 10 tahun berhasil membuat bangga kedua orang tuanya Kordias Pasaribu SH Msi dan Tetty Sipayung. Pasalnya meski masih berusia belia ia berani secara mandiri tampil dan bersaing pada ajang Olimpiade Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) yang digelar oleh Universitas Riau (Unri).
Abel begitu panggilan kesehariannya bersama dua temennya Althaf Rahan Andri dan Cherissa Ranalaff H yang juga sesama murid di Sekolah Dasar Dharma Yudha berhasil merebut semua juara pada Olimpiade PPKN yang digelar universitas termuka di Provinsi Riau tersebut.
Abel merebut juara dua, kemudian juara pertama diraih oleh Althaf dan ketiga Cherissa. Penyerahan juara itu dilakukan di Universitas Riau Jalan HR Subrantas Pekanbaru pada Sabtu siang (29/2/2020). Olimpiade PPKN yang digelar oleh Unri tersebut dibuka langsung oleh Wakil Ketua MPR RI Syarif Hasan.
Keberanian dan kemandirian Abel ini sebelumnya pernah juga diuji oleh orang tuanya Kordias Pasaribu ketika upacara memperingati hari lahir Pancasila 1 Juni yang ke-72, di DPD kantor PDIP Perjuangan Jalan Jenderal Sudirman, Pekanbaru, Kamis (1/6/2017).
Saat itu Abel masih berusia 8 tahun, ia mendapat tugas membaca teks Pancasila dalam rangkaian upacara tersebut. Meskipun dihadapan peserta upacara yang notabenenya diikuti oleh orang-orang dewasa, namun ketika itu ia tak gugup bahkan takut. Bahkan dengan suara lantang dan lancar Abel menuntaskan tugasnya yang diberikan kepadanya.
Untuk diketahui, Abel ini adalah putri sulung dari politisi PDI Perjuangan Provinsi Riau, Kordias Pasaribu. Dias, panggilan akrab anggota DPRD Riau periode 2014-2019 saat berbincang akrab pada Sabtu siang (29/2/2020) sangat disipilin menerapkan pendidikan karakter kepada tiga anak-anaknya tentang nilai-nilai kebangsaan.
"Kita sebagai kader PDI Perjuangan, dan juga pengikut ajaran Bung Karno tentang nilai-nilai kebangsaan dan kemanusian sudah wajib dan mesti mewariskan api dan semangat juang kita sebagai kader-kader nasionalis, terutama kepada anak-anak kita" ungkap Dias.
Karena menurut Dias, ajaran-ajaran yang terkandung dalam sila-sila Pancasila itu senafas dan sejalan dalam praktek keseharian sebagai makhluk sosial.
"Nah hal itu juga yang kita ajarkan kepada anak-anak kita, dan anak-anak muda generasi masa depan kelak. Karena sampai kapan pun Pancasila ini lah yang akan terus menjadi perekat bangsa Indonesia. Meskipun berbeda-beda suku agama dan ras, namun tetap satu Indonesia" papar Dias.
Karena lanjut Dias lagi, jika sejak kecil anak-anak di Indonesia selalu ditanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai kerangka pikir dalam bergaul dengan yang berbeda suku agama dan ras maka tidak akan ada gesekan terhadap perbedaan tersebut.
"Kita berharap anak-anak dan generasi muda kedepannya menjadikan Pancasila ini sebagai pedoman dan acuan dalam melihat Indonesia yang beraneka ragam suku, agamanya. Dan disanalah kita akan paham dan mengerti begitu luhurnya cita-cita Presiden Ir Soekarno yang telah berpikir dan melahirkan Pancasila ini sebagai pedoman dalam merekat Indonesia menjadi satu kesatuan" tutup Dias.