Gagasanriau.com Pekanbaru - Sebanyak 21 titik panas yang terjadi di di Provinsi Riau dapat menjadi salah satu indikator terjadinya cuaca yang sangat ekstrim di Kota Pekanbaru dalam sepekan belakangan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mendeteksi adanya 49 titik panas atau "hotspot" sebagai indikasi awal kebakaran lahan dan hutan yang terdeteksi Satelit Terra dan Aqua di Pulau Sumatera, Sabtu pagi (30/5/2015).
"Sebagian besar sebaran titik panas terpusat di Provinsi Riau dengan 21 titik, yang terdeteksi pada pukul 05.00 WIB," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru.
Ia menjelaskan terdapat enam kabupaten di Riau yang menyumbang titik panas, dimana Kabupaten Pelalawan merupakan daerah dengan titik panas terbanyak dengan total sembilan titik panas.
Sementara itu, lanjutnya, lima kabupaten lainnya yakni Kabupaten Siak dan Bengkalis masing-masing terdeteksi empat titik panas.
"Diikuti Kabupaten Rokan Hulu dengan dua titik panas serta Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir masing-masing satu titik panas," ujarnya.
Sementara itu untuk tingkat keakuratan diatas 70 persen atau yang mengindikasikan kemungkinan terdapat titik api terdeteksi di tiga Kabupaten yakni Pelalawan, Bengkalis dan Siak.
"Di Pelalawan terdapat empat titik api, sementara di Bengkalis dan Siak masing-masing terdapat dua titik api," jelasnya.
Sementara itu, BMKG juga memprediksikan bahwa arah angin secara umum dari arah Tenggara hingga Barat Laut dengan kecepatan 5-15 knots atau 9-29 kilometer per jam.
Jumlah titik panas yang terdeteksi pada Sabtu ini merupakan jumlah yang terbanyak dalam sepekan terakhir setelah pada beberapa pekan jumlah titik api cukup minim, bahkan nihil.
Selain itu, BMKG juga telah meminta pemerintah untuk mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla yang berpeluang terjadi saat musim kemarau melanda Provinsi Riau pada akhir bulan Mei ini.
"Mulai akhir Mei, Riau diprakirakan akan mulai kemarau hingga bulan September," kata Sugarin.
Ia mengatakan, pola arah angin pada bulan Mei akan berhembus dari Selatan ke Timur Laut dan Utara. Ini berarti saat kebakaran hutan dan lahan di Riau tidak ditangani secara cepat, lanjutnya, maka polusi asap dipastikan akan kembali mencapai negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
"Kalau sampai terjadi bencana asap akibat kebakaran, pasti mengarah ke negara tetangga," ujarnya.
Karena itu, Sugarin menilai keputusan pemerintah yang menetapkan status siaga darurat sangatlah tepat untuk segera melakukan langkah-langkah pencegahan.
"Sudah tepat kebijakannya, tinggal bagaimana nanti pemerintah mengeksekusinya dilapangan dan harus didukung semua pihak," katanya. dilansir dari antarariau.
Editor Brury MP