GagasanRiau.com Pekanbaru - Tidak hanya merenggut nyawa manusia hingga menyebabkan kematian, kabut asap yang makin pekat dan membuat jarang pandang terbatas juga membuat sebanyak 60 jadwal penerbangan dibatalkan di Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
"Hingga pukul 13.00 WIB sudah ada 60 penerbangan yang batal," kata Airport Duty Manager Bandara Sultan Syarif Kasim II (SSK II) Pekanbaru Ibnu Hasan di Pekanbaru Rabu (21/10/2015).
Ibnu mengatakan pada Rabu terdapat 78 jadwal penerbangan reguler namun jarak pandang di Kota Pekanbaru akibat kabut asap kebakaran lahan dan hutan terus menurun menyebabkan maskapai memilih untuk membatalkan penerbangan.
"Siang ini visibility hanya berkisar 300 meter. Sementara dipagi hari sempat 500 meter," jelasnya. Sejumlah maskapai yang telah membatalkan penerbangan hari ini adalah Citilink, Fire Fly, Air Asia, Sriwijaya, Garuda Indonesia, Malindo, Lion Air dan Fire Fly.
Secara keseluruhan saat ini terdapat 11 maskapai yang melayani puluhan rute penerbangan domestik dan internasional di Bandara SSK II Pekanbaru setiap harinya dengan rata-rata 8.000 penumpang.
Kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan di Riau terus memburuk seiring dengan meningkatnya jumlah titik panas di Pulau Sumatera. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mendeteksi sebanyak 633 titik panas yang tersebar di tujuh Provinsi di Sumatera.
Di Riau sendiri terdeteksi 25 titik panas dengan 22 diantaranya dipastikan titik api yang mengindikasikan adanya kebakaran lahan dan hutan dengan tingkat kepercayaan diatas 70 persen. "Titik api itu tersebar di Meranti dengan tiga titik, Indragiri Hili 12 titik serta Indragiri Hulu tujuh titik," jelasnya.
Akibatnya ratusan titik api yang terdeteksi di Pulau Sumatera mengakibatkan kabut asap tebal masih terus menyelimuti sejumlah wilayah Riau.
Kabut asap terburuk terpantau di Pelalawan dengan jarak pandang berkisar 200 meter. Selanjutnya di Dumai jarak pandang berkisar 300 meter, Rengat Kabupaten Indragiri Hulu berkisar 500 meter.(antarariau)
Editor Arif Wahyudi