Dokter Dan Direktur RSUD Indrasari Rengat: Tak Ada Masalah Dengan Korban Mall Praktek

Sabtu, 23 November 2013 - 01:45:48 wib | Dibaca: 6398 kali 

[caption id="attachment_7001" align="alignleft" width="300"]Korban Mall Praktek, Ellyana Fitri yang terjadi 5 tahun silam Korban Mall Praktek, Ellyana Fitri yang terjadi 5 tahun silam[/caption]

gagasanriau.com, Pekanbaru-Dokter Amin Yunus, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Indrasari Pematang Reba Kabupaten Indragiri Hulu, Riau katakan bahwa masalah Mall Praktek terhadap korban Ellyana Fitri yang terjadi 5 tahun silam sudah selesai, meskipun hingga kini orang tua korban tetap berjuang di Jakarta menuntut keadilan atas perlakuan dokter terhadap anaknya.

Dokter Amin Yunus kepada gagasanriau.com Jumat malam (22/11/2013) wawancara telepon genggamnya Direktur RSUD Indrasari ini menjelaskan bahwa kasus tersebut sudah ditutup karena mulai dari pihak kepolisian sampai Majelis Kehormatan Dokter Kedisiplinan Indonesia (MKDKI) di Jakarta mengatakan tidak ada masalah pada awal tahun 2011.

Tidak berbeda jauh jawabannya Dokter bedah yang menangani korban mall praktek, Dr.H.Irwanto Bahar katakan hal yang sama dengan bosnya Direktur RSUD Indrasari kepada gagasanriau.com menurutnya tidak ada indikasi Mall Praktek yang saat dirinya melakukan operasi terhadap si korban Ellyana Fitri ketika itu masih berumur 10 tahun.

Berikut ini ada adalah kronologis berita awalnya korban Ellyana Fitri saat pertama kali dirawat yang di muat oleh surat kabar harian Analisa pada penghujung tahun 2007. Kronologis dari berita ini didapatkan gagasanriau.com saat wawancara dengan kedua Dokter tersebut

Ellyna Fitri (10), warga Airmolek, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, saat itu pada tahun 2007 terbaring lemah di Rumah Sakit (RS) Awal Bros Pekanbaru. Gadis cilik pasangan Idesyamsudin dan Sulastri ini diduga menjadi korban Mall praktek seorang Dokter ahli bedah RSUD Indrasari, Pematang Reba - Rengat, berinitial IB.

Saat itu ibu korban, Sulastri yang menemani sang anak di kamar 215 ruang perawatan anak RS Awal Bros, Senin (27/7), mengatakan jika tidak ada itikad baik dari dokter bersangkutan dan pihak RSUD Indra Sari Rengat, pihaknya akan menempuh jalur hukum.

"Kami tengah mempertimbangkan untuk menempuh jalur hukum. Pihak Rumah Sakit di Rengat hanya memberikan surat rujukan. Sementara biaya operasi dan perawatan selama di RS Awal Bros Pekanbaru masih kami tanggung sendiri," tuturnya.

Sulastri lalu menceritakan kronologis musibah yang menimpa putrinya. Sekitar sebulan yang lalu, anaknya yang masih duduk di kelas 5 SD OO4 Sandirejo Air Molek ini mengeluhkan rasa sakit di perutnya sekitar sebulan yang lalu.

Ellyna langsung dibawa orangtuanya berobat di Rumah Sakit Ibnu Sina Airmolek. Setelah dicek dokter, Elena diduga menderita penyakit typus. Tetapi untuk memastikan penyakit itu, dokter Ibnu Sina menyarankan untuk dibawa ke RSUD Indrasari Pematang Reba, Rengat.

"Diagnosanya berbeda. Ternyata kata dokter Rumah Sakit Rengat anak saya bukan terkena penyakit typus tetapi hanya usus buntu. Untuk itu diperlukan operasi," tutur Sulastri.

Akhirnya Ellyna pun menjalani operasi usus buntu. Pasca operasi, rasa perih di perut Ellyna bukannya berkurang tetapi malah bertambah parah. Bahkan, putri sulung dari tiga bersaudara itu sering didera mual-mual juga diiringi muntah-muntah. Parahnya lagi, sejak operasi usus buntu itu, Ellyna tidak bisa buang air besar ataupun buang angin secara normal.

"Ellyna kembali menjadi perawatan di Instalasi Gawat Darurat RSUD Indrasari Rengat. Setelah kondisi sang anak semakin parah, dokter lalu menyarankan kami untuk membawa Ellyna ke rumah sakit di Pekanbaru. Khawatir dengan kondisi yang makin memburuk itu, Kamis malam lalu kami langsung membawanya ke RS Awal Bros Pekanbaru," kata Sulastri.

Setibanya di RS Awal Bros, gadis cilik yang malang ini menjalani operasi sebanyak dua kali. Sejak ditangani tim dokter dari RS Awal Bros ini kondisi Ellyna sudah mulai membaik. Bahkan, menurut Manager Humas RS Awal Bros Pekanbaru, Nurzal Edy, pasien tersebut sudah diperbolehkan pulang ke rumahnya (surat kabar Analisa).

Menurut pengakuan orang tua korban, Idesyamsuddin sang ayah setelah dilakukan operasi dan diperbolehkan pulang pihak RS. Awal Bros total 13 senti meter usus yang habis dipotong diperut anaknya, karena menurutnya lagi operasi yang dilakukan Dr. Irwanto Bahar saat pertama kali operasi mengalami infeksi hingga Ellyana harus di operasi berulang-ulang.

Dr. Irwanto Bahar sendiri saat ditanyakan terkait bagaimana sikapnya atas derita sang korban yang harus mengalami berkali-kali operasi dan sampai sekarang berhenti sekolah karena ikut berjuang menuntut keadilan di ibukota Jakarta bersama kedua orang tuanya, sang dokter hanya menjawab ringan "itu hak konstitusi beliau"tulisnya ringan saja.

"Jangan tanya ke saya karena bukan saya yang menilainya, tapi sudah banyak pihak yang kompeten dan berwenang menyimpulkan tidak ada indikasi Mall Praktek"tulis dokter Irwanto Bahar lagi saat ditanya bagaimana dengan korban yang harus mengalami operasi diperutnya sampai berkali-kali.

Idesyamsudin sendiri bersama istri dan anaknya Ellyana Fitri yang kini sudah berumur 15 tahun sejak dari tanggal 22 Mei 2010 hingga 2013 bertahan di Jakarta berjuang menuntut keadilan.

Sudah banyak pihak yang ditemuinya untuk direspon tuntutannya mulai dari tingkat kabupaten Inhu, Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Kepolisian Daerah Riau, Bupati, Gubernur.

Di Jakarta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Ombudsman RI, Mabes Polri, hingga ke Mahkamah Konstitusi, Menteri Kesehatan pun. Ditemuinya namun tak satupun yang perduli pada tuntutan "si masyarakat miskin" ini begitu ia menyebutkan dirinya setiap menyampaikan pesan pendeknya kepada gagasanriau.com.

Ady Kuswanto


Loading...
BERITA LAINNYA