Daerah

Nasib Mereka Seperti Snowden, Terjebak di Bandara

[caption id="attachment_3575" align="alignleft" width="300"]Sejumlah wartawan meminta keterangan kepada beberapa orang yang ikut dalam pertemuan bersama Edward Snowden di Bandara Sheremetyevo, Moskow, Rusia (12/7). Menganggapi permintaan suaka Snowden ini, Obama minta Presiden Putin mengekstradisi Snowden. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko) Sejumlah wartawan meminta keterangan kepada beberapa orang yang ikut dalam pertemuan bersama Edward Snowden di Bandara Sheremetyevo, Moskow, Rusia (12/7). Menganggapi permintaan suaka Snowden ini, Obama minta Presiden Putin mengekstradisi Snowden. (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)[/caption] gagasanriau.com, Moskow--Edward Snowden, buron pembocor informasi intelijen Amerika Serikat, terjebak di bandara Sheremetyevo, Moskow, Rusia selama lebih dari satu bulan karena tak mendapat suaka politik. Namun dia bukan satu-satunya yang mengalami kisah unik itu. Pernah ada beberapa cerita serupa di berbagai belahan dunia. Ada Mehran Karimi Nasseri, pria Iran pencari suaka politik yang menghuni bandara Charles de Gaulle, Paris, Prancis selama 18 tahun. Nasseri menyebut dirinya sebagai Sir Alfred tidak bisa memperoleh dokumen untuk meninggalkan atau memasuki Prancis. Dia tinggal di sebuah bangku panjang, dikelilingi barang-barang bawaannya di lantai dasar mall belanja Terminal 1 sejak Agustus 1988 hingga Juli 2006. Nasseri diusir dari negaranya karena melawan Shah, pemimpin Iran saat itu. Dia kemudian berusaha mencari suaka politik ke berbagai negara hingga akhirnya diterima Belgia pada awal 1980an. Sayang, dalam perjalanan mencari keluarganya di Inggris, dokumennya dicuri, hingga dia ditahan di Paris. Statusnya pengungsi legal, tapi tidak bisa kembali ke Belgia atau Prancis tanpa visa. Tahun 2006, ia dirawat di rumah sakit untuk alasan yang tidak diketahui sampai dirawat oleh Palang Merah Prancis. Pada 2008, dia dilaporkan tinggal di tempat penampungan orang Paris terlantar. Kisah Nasseri diadaptasi sutradara Steven Spielberg menjadi film The Terminal. Spielberg membayar Nasseri US$ 300 ribu atas inspirasi untuk film ini. Selain Nasseri, ada Feng Zhenghu, pria aktivis hak asasi manusia asal Cina. Dia menghabiskan 92 hari di Bandara Internasional Tokyo, Jepang pada 2009. Zhenghu telah delapan kali mencoba pulang ke negaranya, namun gagal. Empat kali di antara upaya itu, dia berhasil mencapai Bandara Shanghai, tetapi dihentikan dan dikembalikan ke Tokyo. Zhenghu menduga dia ditolak pemerintah Cina karena rekam jejaknya sebagai aktivis. Zhenghu kemudian berjalan keliling terminal dan menjelaskan bahwa dirinya warga negara Cina. Dia mulai membuat tweet dan menulis blog tentang kehidupan di bandara. Akhirnya, dia diizinkan kembali Cina, tetapi dua tahun kemudian Zhenghu dipenjara di Shanghai. Kisah serupa dialami Parameswaran, pria Sri Lanka yang terjebak di Gerbang 22 Bandara Internasional Simon Bolival, Venezuela di musim semi 2012. Selama empat bulan dia tidur di lantai dan mandi di toilet umum. Parameswaran ditemukan oleh kelompok music reggae asal Argentina. Grup itu memposting video tentang dirinya di YouTube. Hanya ada sedikit informasi mengenai pria yang berbicara sedikit bahasa Spanyol dan tak bisa bahasa Inggris. Pria nahas itu terdeportasi ke Venezuela dari Meksiko tapi tidak bisa pulang karena konflik bersenjata. Parameswaran mendapat sumbangan tempat tidur dan makanan dari petugas bandara dan LSM HAM. Pada Mei, ia tak lagi diketahui keberadaannya. Gary Peter Austin juga punya cerita serupa. Desember lalu, joki balap kuda asal Inggris ini datang ke Bandara Internasional Ninoy Aquino hanya untuk menemukan tiket pulang yang dibatalkan agen perjalanannya. Tanpa uang untuk membeli tiket baru, Austin menghabiskan 25 hari tidur di kursi bandara dan memakan makanan dari penumpang maupun petugas maskapai. Setelah ceritanya tersiar ke publik, seorang dermawan membelikan Austin tiket hingga dia bisa pulang. Lalu ada Beebi Lumada, perempuan India yang meninggal setelah kehilangan paspornya dan menghabiskan lima hari di lobi transit Bandara Internasional Muscat, Oman. Beebi sedang dalam perjalanan ke Chennai, India ketika dia kehilangan paspornya di Bandara Internasional Doha, Qatar. Tanpa dokumen perjalanan, dia dikirim kembali ke Muscat, tempatnya bekerja sebagai pelayan. Ketika dia tiba tanpa pas keluar, petugas imigrasi menahannya. Perempuan 40 tahun itu kemudian menjadi delusional. Dia meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Dugaan dokter, Beebi terkena serangan jantung dan trauma mental parah. Ia juga dilporkan punya riwayat stroke. Pihak maskapai Oman dan Kedutaan Besar India saling menyalahkan dalam peristiwa ini. Satu lagi, Sanjay Shah, warga Kenya yang keluyuran di Bandara Nairobi selama 400 hari. Dia memakan makanan dari pegawai kafe dan memanfaatkan toilet bandara. Belakangan dia mendapat paspor ke Inggris. Namun, dia ditolak masuk ke Heathrow dan dikirim kembali ke Kenya. Takut ditahan jika kembali ke negara asalnya, Shah tinggal di bandara Nairobi, berpindah-pindah antara lobi keberangkatan dan konter imigrasi. Pada Juli 2005, dia akhirnya benar-benar mendapat kewarganegaraan Inggris. THE DAILY BEAST | TIME | ATMI PERTIWI tempo.co


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar