Riau

Kata Jamal Kadisdik Pekanbaru, Tak Mungkin Guru Membiarkan Kekerasan

Korban menjalani perawatan di sebuah Rumah Sakit di Pekanbaru
GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Tragedi kekerasan di SMPN 38 Pekanbaru yang mengakibatkan patah hidung seorang murid berinisial MFA, menurut Jamal Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Pekanbaru menduga tidak mungkin gurunya mendiamkan kejadian tersebut.
 
"Nanti investigasi, saya rasa tak mungkinlah guru membiarkan kekerasan terjadi" katanya kepada Gagasan Jumat siang (8/11/2019).
 
 
Selain itu juga dia menyatakan bahwa akan membina murid yang melakukan kekerasan terhadap korban MFA. "Yang perlu dibina adalah siswa yang melakukan kekerasan" ujar dia,
 
Namun Jamal tidak merincikan seperti apa bentuk pembinaan terhadap murid yang melakukan kekerasan tersebut.
 
Dia juga tidak menjawab saat ditanyakan apakah akan dilakukan sangsi kepada pihak sekolah yakni SMPN 38 Pekanbaru tersebut.
 
Pasalnya menurut pengakuan orang tua korban, L anaknya sudah mengalami masa kelam di sekolah tersebut selama 5 bulan sejak MFA naik kelas VIII di SMPN 38.
 
Sementara itu, anggota DPRD Pekanbaru, Ida Yulita Susanti menyikapi kasus ini menyatakan bahwa kejadian ini memalukan dunia pendidikan.
 
"Lingkungan sekolah sudah tidak lagi memberikan keamanan dan kenyamanan untuk anak didik. Kalau memang benar guru ada didalam kelas, berarti seorang pendidik sudah tidak peka terhadap lingkungan kelas" tegasnya kepada Gagasan Jumat (8/11/2019.
 
Ditegaskan Ida kembali, perilaku guru yang tidak peka itu harus diberikan sangsi tegas.
 
"Guru yang seperti ini harus diberikan sanksi tegas. Karena kalau guru peka dengan lingkungan nngak mungkin masalah ini akan terjadi" katanya.
 
Selain itu juga ia mendesak agar Jamal selaku Kadisdik Pekanbaru untuk mengevalusi guru dan Kepala Sekolah SMPN 38 Pekanbaru.
 
"Kadisdik minta evaluasi guru dan kepsek..krn yg bersentuhan langsung Kepsek dan gurunya" tegas dia.
 
Sebelumnya diberitakan, L orang tua MFA mengaku bahwa anaknya diperlakukan tidak manusiawi itu sudah lama. Setelah dibujuk oleh tantenya baru mengaku bahwa MFA mengalami kekerasan di sekolah sejak naik ke kelas VIII.
 
Hingga puncaknya MFA dipukuli hingga menyebabkan patah hidung dan kini dirawat di sebuah rumah sakit di Pekanbaru.


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar