Daerah

Magrib di Desa Tanjung

gagasanriau.com ,Tembilahan-Hari menjelang gelap. Ketika suara azan magrib lantang terdengar. Rombongan persis di bibir ujung kampung. Laju kendaraan mulai melambat. Sesekali terasa goncangan. Dapat dipastikan tersebab jalan berlubang. Kalau pun tidak, pastilah lagi berpapasan dengan kendaraan atau orang-orang yang berjalan menuju mesjid. Magrib itu, saya melihat pemandangan yang luar biasa. Mesjid seolah magnet. Panggilan azan seakan menjadi penarik dan gambaran keimanan warga kampung itu. Kampung di ujung Barat Provinsi Riau ini memang sangat terasa bersuasana Islami. "Walau perjalanan kita masih jauh, kita harus berhenti disini. Sholat magrib," kataku kepada sopir. "Cari mesjid terdekat," tambahku. Tidak berapa lama, ya, hanya sekitar 5 menit kemudian, kami menemukan sebuah mesjid. Letaknya persis sebelahan dengan pasar. Lumayan besar. Ketika saya keluar dari mobil, imam di mesjid itu sudah mengangkat takbir rakaat pertama. Bergegas saya menuju tempat wudhu bersama rombongan lainnya. Kami sekitar 30an orang. Saya melihat sandal-sandal jamaah lerletak di depan pintu. Sangat banyak sekali. Dalam hati saya berkata, oh, barangkali di mesjid ini sedang ada acara. Usai berwudhu, saya bergegas masuk ke dalam mesjid. "Subhanallah..!! Saya terkejut luar biasa. Mesjid yang lebarnya sekitar 20 meter itu, syaf-syafnya terisi penuh dari ujung ke ujung. Sekilas saya menghitung ada 6 syaf. Di belakang, di syaf perempuan, ada 5 syaf, juga terisi penuh. Hatiku ciut seketika mengingat mesjid yang jamaahnya sepi. Tetapi seketika juga hatiku kagum dan senangnya luar biasa, melihat kenyataan di depan mata, begitu banyaknya jamaah mesjid di kampung itu. Saya pun mengikut dalam jamaah sholat magrib ketika itu. Di syaf paling belakang. "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh......." Imam sholat magrib di mesjid itu memberi salam dua kali, sembari mengarahkan wajah ke kanan dan ke kiri. Bacaan zikir terlantun dari bibir jamaah. Memuji Allah. Membersihkan hati. Mendekatkan diri. Untuk menjadi hambaNya yang terpuji. Begitu indah dan merdu. Menambah syahdu sholat magrib di petang Jumat itu. Usai berzikir dan berdoa, jamaah saling bersalaman. Mulanya hanya yang dekat saja. Sebelah kiri, kanan, depan dan belakang. Kemudian, saya berdiri, jamaah lain pun demikian. Saling menghampiri jamaah lainnya. Mengulurkan tangan, sedikit membungkukkan bahu dan kepala. Menebar senyum. Mengucapkan salam. Suasana mesjid seketika berubah menjadi indah. Cahaya silaturahmi terpancar dari wajah-wajah jamaah. Sebab, salam memang memiliki kekayaan arti luar biasa, sebagai mengingat atau zikir pada Allah SWT, pengingat diri, ungkapan kasih sayang antar sesama muslim, doa yang istimewa yaitu "Aku berdoa semoga kamu sejahtera" dan salam itu merupakan pernyataan atau pemberitahuan bahwa kita dalam keadaan aman dari bahaya tangan dan lidahmu. Ibnu Al Arabi di dalam Ahkamul Quran mengatakan "Tahukah kamu arti salam? Orang yang mengucapkan salam itu memberikan pernyataan bahwa kamu tidak terancam dan aman sepenuhnya dari diriku." Saya pun merasakan langsung makna silaturahmi itu, ketika mengulurkan tangan pada imam sholat magrib. Saat saya bersalaman, sang imam mengatakan "Pak Indra, ingat dengan saya?" Berlahan saya tatap wajahnya. Seketika sontak ingatanku terjaga. Lima tahun lalu, tepatnya tahun 2007, saya bersama sang imam dalam satu kelompok jamaah haji di tanah suci. Saya dipertemukan dalam suasana yang luar biasa. Saya sangat merasakan, jamaah yang banyak itu seakan kenal semua, tidak ada keterasingan sebagai yang mampir sebentar. Lebur menjadi saudara semua. Lebih terkejut lagi, ketika sang imam mempersilahkan saya untuk memperkenalkan diri pada jamaah itu. "Jamaah sekalian, kita kedatangan tamu yang luar biasa, sahabat saya selama di tanah suci. Kita ambil sedikit waktu untuk bersilaturahmi dengan beliau. Silakan Pak Indra!" Ketika dalam perjalanan lanjutan, dalam hati saya berkata, "Semoga masyarakat Desa Tanjung sejahtera. Amiiin."

 


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar