Gagasanriau.com Pekanbaru-Provinsi Riau kembali di indikasikan terjadi kebakaran lahan dan hutan, pasalnya berdasarkan data rekam dari satelit Terra dan Aqua dengan sensor MODIS Badan Meteorologi, mendeteksi ada 33 titik panas.
Hal ini terungkap berdasarkan keterangan dari Badan Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan Provinsi Riau mendominasi jumlah titik panas atau "hotspot" di wilayah Sumatera yang mengindikasikan terjadi kebakaran lahan dan hutan, yakni sebanyak 30 titik pada Senin.
Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin, di Pekanbaru, Senin (20/4/2015), mengatakan pencitraan Satelit Terra dan Aqua dengan sensor MODIS mendeteksi ada 36 "hotspot" di Sumatera dimana 33 titik berada di Riau.
Hal tersebut berdasarkan pembaruan pencitraan satelit pada 20 April 2015 pukul 16.00 WIB. "Titik panas paling banyak berada di Kabupaten Pelalawan dan Siak masing-masing 10 dan sembilan titik panas," kata Sugarin.
Selanjutnya, titik panas lainnya terdeteksi di Kabupaten Bengkalis sebanyak tujuh titik, dan Kampar, Rokan Hilir, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu masing-masing satu titik.
Sementara itu untuk tingkat keakuratan (confidence) di atas 70 persen yang mengindikasikan kemungkinan besar adalah sumber titik api kebakaran terdapat sebanyak enam titik yang "Lokasinya di Bengkalis ada tiga titik, Rokan Hilir, Pelalawan dan Siak masing-masing satu titik," katanya.
Titik api di Provinsi Riau dalam sepekan terakhir kembali bermunculan setelah beberapa waktu lalu ratusan hektar kebakaran hutan dan lahan yang terjadi berhasil di padamkan dengan menggunakan sistem hujan buatan.
Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Riau yang mengalami kebakaran hutan dan lahan yang cukup parah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, mengaku kesulitan sumber air untuk memadamkan api di lokasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Kepala Bidang BPBD Damkar Bengkalis, Suiswantoro, Kamis, menyatakan, pihaknya kesulitan mendapatkan sumber air di lokasi kebakaran hutan ini karena kanal mengalami kekeringan pada musim panas.
"Kita kesulitan mendapatkan sumber air untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan ini karena musim panas yang terjadi juga sumur yang digali tidak mengeluarkan banyak air," katanya.
Ia menjelaskan, upaya penanggulangan kebakaran lahan ini dilakukan dengan menurunkan petugas di lapangan dan berkoordinasi bersama sejumlah aparat pemadaman terkait lainnya.
BPBD Bengkalis saat ini terus memantau kejadian karhutla di dua lokasi, yaitu di Desa Penebal dan Desa Pedekik Kecamatan Bengkalis. Untuk kebakaran lahan di lokasi penebal diperhitungkan luasannya sekitar 3,5 hektare dan saat ini masih belum 100 persen padam, sementara di Desa Pedekik seluas tiga hektare merupakan titik api yang mulai terbakar Selasa kemarin.
Editor Brury MP sumber antarariau