BPJSK II Riau Pinta Jangan Diberitakan Terkait Pelatihan Foya-foya Habiskan Rp.3 Triliun

Senin, 16 November 2015 - 08:34:02 wib | Dibaca: 2383 kali 

GagasanRiau.Com Pekanbaru - Pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJSK) Regional II Provinsi Riau meminta untuk tidak memberitakan tentang acara pelatihan disebuah hotel mewah Bintan Lagoon Resort-Lagoi di Provinsi Kepulauan Riau bertarif Rp1.268.223 permalam karena dianggap sudah basi. Dimana didalam pelatihan tersebut berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun terdiri dari tarian, makan malam di pantai dan pesta kembang api. "Mohon lebih bijak untuk tidak lagi memberitakannya lagi, karena itu sudah kita klarifikasi di medsos, dan apa yang disampaikan itu tidak benar,"kata Mutia perwakilan BPJSK II Riau kepada GagasanRiau.Com Senin pagi (16/11/2015) di kantornya Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru. Namun dikatakan oleh Mutia dirinya tidak membantah bahwa benar ada pelatihan di hotel bertarif mahal tersebut. "Iya memang ada pelatihan disana dan pelatihan itu bertemakan tentang Tim Kendali Mutu Kendali Biaya (TKMKB)"ungkap Mutia. Ketika dikonfirmasi tentang kepersertaan dalam pelatihan tersebut Mutia juga tidak membantah bahwa benar ada 150 orang peserta. Berdasarkan data yang didapatkan oleh GagasanRiau.com dimana pelatihan di Bintan Lagoon Resort-Lagoi tersebut menggunakan Dana Operasional BPJSK. Tahun 2015 ini, dana operasional dipatok oleh pemerintah dalam bentuk Penyertaan Modal Negara sebesar 3,5 T. Karena menurut jawaban Dr Tonang dari Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta di akun jejaring sosial Facebook, hal tersebut berdasarkan klausul UU 24/2011 menyatakan "dana operasional maksimal 10% dari premi", maka untuk tetap memenuhi UU, ditambahkan "0,00 persen dari premi". Ini diatur dalam Permenkeu nomor 108/PMK.02/2015 yang terbit 8 Juni 2015, dan berlaku surut per 1 Januari 2015. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJSK) Regional II yakni Provinsi Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat dan Jambi dalam pelatihan yang digelar bersama 150 orang peserta dari Tim Kendali Mutu Kendali Biaya (TKMKB) BPJS Regional II berlangsung selama dua hari yakni 4 dan 5 November lalu. Selain lokasi acara yang dikenal mahal, acara tersebut juga dimeriahkan dengan pesta kembang api. Selain itu, menurut informasi yang didapatkan, sebanyak 150 peserta juga diberikan souvenir kegiatan berupa sebuah travel bag (tas travel) diperkirakan berharga diatas Rp 3 juta rupiah. dr Rusli Armayani, salah seorang peserta yang hadir dilokasi tersebut menyebutkan, kegiatan tersebut membahas mengenai Inocbgs bersama perwakilan TKMKB dari 4 Provinsi. Menurutnya, kegiatan tersebut sangat mengecewakan. Karena saat ini, BPJSK sendiri merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sifatnya Nirlaba. “Nirlaba itu diartikan keuntungan yang didapat harus dipergunakan kembali untuk layanan kesehatan,”jelasnya. Bahkan lanjut Rusli Armayani, beberapa orang dokter yang hadir pada saat itu juga sempat menangis ketika mengetahui fakta bahwa uang iuran BPJS yang dipungut dari masyarakat serta dana dari APBN digunakan untuk sebuah kegiatan hanya untuk menghambur-hamburkan uang saja dan tidak bermanfaat. “Ketika masyarakat masih banyak mengeluhkan tentang sistem pelayanan BPJSK yang kurang maksimal, Pihak BPJSK sendiri menghambur-hamburkan uang, disini saya merasa agak heran,”pungkasnya. Armayani Rusli juga sempat membagikan pemikirannya tersebut kedalam sebuah jejaring sosial. Yang pada saat itu Rusli menuliskan klaim pending BPJS hingga saat ini mencapai Rp 1.54 Triliun. Hal tersebut sangat ironis sekali jika dibanding dengan kegiatan diselenggarakan pihak BPJS yang super mewah. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pekanbaru dr Zul Asdi SpB Mkes ketika dikonfirmasi membenarkan bahwasanya kegiatan tersebut telah berlangsung di Lagooi Resort, Bintan. Ia sendiri memang tidak hadir pada acara tersebut. Namun sebutnya, perwakilan IDI Pekanbaru yang hadir memang rata-rata mengeluhkan dengan kegiatan terkesan sangat mewah tersebut. “kalau ndak salah informasi yang saya dapat, setiap dokter yang hadir dikasih souvenir berupa tas travel bag dan ada uang sakunya saya ga tau uang sakunya berapa persisnya,”ungkapnya. Ia secara pribadi juga sangat menyayangkan kegiatan yang awalnya direncanakan di Bukittinggi, Sumatera Barat itu akhirnya berpindah ke lokasi super mewah Lagooi Resort dengan alasan pada tanggal 4 dan 5 November tersebut kabut asap. Ditambahkan oleh dr Zul Asdi SpB Mkes lagi, informasi yang didapatkannya dari teman sejawat saat mengikuti acara tersebut sempat di komplain oleh para peserta disaat pesta kembang api diselenggarakan untuk kemeriahan acara. Reporter Arif Wahyudi

Loading...
BERITA LAINNYA