Tim Kemanusiaan FPR dan APSI Nyaris Terjebak Pasang Laut di Donggala

Selasa, 06 November 2018 - 17:24:41 wib | Dibaca: 1900 kali 
Tim Kemanusiaan FPR dan APSI Nyaris Terjebak Pasang Laut di Donggala
Foto bersama Tim Bakti Kemanusiaan Forum Pemred Riau (FPR), Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI) Riau dan Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Pekanbaru

GAGASANRIAU.COM, PEKANBARUA - Tim Bakti Kemanusiaan Forum Pemred Riau (FPR), Asosiasi Pengacara Syariah Indonesia (APSI) Riau dan Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Pekanbaru nyaris terjebak kenaikan air laut yang sedang pasang pada sore hari, Selasa (6/11/2018).


"Nyaris saja kami terjebak fenomena air pasang laut di pesisir barat Sulawesi Tengah, tepatnya di Desa Lende Induk, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala," kata Ketua Dewan Kehormatan FPR, Tun Akhyar.


Sebelumnya, tim bakti kemanusiaan sengaja menuju ke sejumlah desa di Donggala yang terkena dampak terparah saat gempa dan tsunami terjadi.


Tim yang berangkat ke lokasi dampak gempa terparah itu, selain Tun Akhyar ada juga Ketua APSI Riau Asep Ruhiat, Ketua KPJ Pekanbaru, Budi dan seorang rekannya, bahkan turut seorang penyanyi Band Debu, Muhammad Saleem.


Jarak tempuh dari Kota Palu menuju Desa Lende Induk kata Tun sekitar 95 kilometer dan bisa ditempuh lewat jalan darat yang memakan waktu sekitar 3 jam.


Setibanya di tiga desa berdekatan, yakni Desa Lende Induk, Lende Tovea dan Desa Lompea, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, tim langsung membagikan bantuan berupa uang tunai ke para korban bencana alam tersebut.


Bahkan KPJ Pekanbaru bersama Saleem sempat menghibur warga di desa tersebut dengan bernyanyi ria menggunakan alat musik seadanya, berjoget bersama untuk membangkitkan semangat hidup warga setempat.


"Tapi begitu pulang tadi, sekitar pukul 4 sore lewat, ternyata air laut mulai pasang dan bahkan ban mobil sempat terendam air laut," kata Tun.


Warga sekitar katanya sempat mengingatkan tim untuk balik ke Palu lebih cepat karena ada fenomena pasang laut yang bisa merendam sebagian besar desa.


"Dapat cerita dari warga, bahwa setiap sore saat air laut pasang sekitar jam 5, air naik hingga merendam tiga desa yang kami kunjungi ini," kata dia.


Tiga desa yang dimaksud adalah Desa Lende Induk, Lende Tovea dan Desa Lompea, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, berjarak sekitar 95 kilometer dari Kota Palu, di kawasan Pantai Barat Sulteng.


"Tapi kami bersyukur, akhirnya bisa tidak terkena fenomena ini," kata Asep Ruhiat menambahkan.


Asep menjelaskan, bahwa tiga desa tersebut memang mengalami kondisi buruk setelah diguncang gempa dan digulung tsunami, selain bangunan banyak yang hancur, warga juga tidak bisa lagi tinggal di wilayah ini karena kondisi tekstur tanah yang amblas.


"Jadi kalau air laut pasang setiap sore sekitar pukul 17.00, sebagian besar desa-desa ini teremdam, karena permukaanya sudah berada di bawah laut," demikian Asep.


Loading...
BERITA LAINNYA