Pesud Anak Batang Inovasi Kecamatan Kuindra

Senin, 06 Juni 2022 - 14:25:22 wib | Dibaca: 241 kali 
Pesud Anak Batang Inovasi Kecamatan Kuindra

GAGASANRIAU.COM, KUINDRA - Pesud anak batang adalah kelompok pelindung sungai dalam anak batang, kelompok ini adalah bagian dari Lembaga Pengelola Hutan Desa yang keanggotanaya terdiri dari nelayan, petani serta masyarakat umum. Pesud anak batang berdiri pada 10 Oktober 2021 berkedudukan di Kelurahan Sapat lorong Teruntum Sukadamai Sapat, keanggotaan Pesud berjumlah 20 orang yang pada umumnya adalah nelayan dan petani.

Pesud anak batang lahir dari inisiasi Yayasan Mitra Insani yang mengabungkan kelompok nelayan pokmaswas dan kelompok pengawasan hutan Desa menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dari Lembaga Pengelolaan Hutan Desa Kelurahan Sapat.
Pesud anak batang mendirikan posko pengawasan pertama pada bulan Oktober 2021 bertempat di parit 10 Kelurahan Sapat.

Pembangunan posko memakan waktu 1 Bulan dengan sumber pendanaanya swadaya anggota kelompok posko yang dibangun berukuran 3x5 meter. Tujuan pembangunan posko adalah sebagai tempat untuk beristerahat para anggota nelayan yang mencari ikan disungai anak batang, sekaligus menjadi simbol kebangkitan penjagaan sungai dan hutan mangrove yang dilakukan anggota pesud anak batang.

Sejarah Sebelum Terbentuknya

Sebelum Pesud terbentuk wilayah parit 10 Kelurahan Sapat adalah langganan tempat peracunan sungai dan pebangan pohon mangrove, dalam sepekan hampir tidak pernah absen nelayan yang meracun sungai dengan zat kimia berbahaya. Pelaku nya ialah masyarakat dan nelayan Kelurahan Sapat di tambah beberapa nelayan dari desa tetanga. 

"Parit 10 menjadi lokasi yang tidak pernah didatangi nelayan lagi karena hampir semua nelayan tahu kalau diwilayah tersebut menjadi tempat yang telah rusak habitat sungai dan ekosistem airnya," kata Camata Kuala Indragiri, Rio Aditya Pratama, S. STP, Senin (06/06/2022).

Nelayan dari lorong Suka damai Kelurahan Sapat pun dikenal masyarakat sapat sebagai pelaku peracun udang dan ikan. Hasil tangkapan mereka yang dibawa kepasar kerap mendapat penolakan dari penampung, dan hampir semua hasil tangkapan dari Nelayan suka damai ini diclam beracun oleh masyarakat sehinga masyarakat tidak membeli hasil perikanan dari Nelayan Suka damai. 

"Situasi ini membuat nelayan sukadamai harus berusaha keras menjual hasil tangkapan keluar dari desa dan hal sama juga terjadi udang yang nmereka bawa kerap di tolak penampung penampung di luar sana," 

Sering Terjadi Kasus Keracunan

Masyarakat yang tidak mengerti bahaya udang dan ikan yang ditangkap dengan cara di racun sering mengkomsumsi hingga keracunan, setidaknya di kelurahan sapat pernah terjadi kasus keracunan yang terjadi pada satu keluarga sakit perut akut hingga salah seorang anggota keluarga meningal.

Nelayan sukadamai setiap orang masing masing menyimpan stok sedikitnya 12 kaleng / orang racun merek record dan desis ini dibeli di Tembilahan dengan asumsi untuk racun rumput di kebun namun setelah dibeli racun digunakan untuk menangkap ikan dan udang. 

Penyalahgunaan ini telah terjadi selama 15 tahun terakhir dan sungai sungai yang menjadi tempat peracunan ialah di wilayah kelola Hutan Desa Kuindra atau Hutan desa Anak Batang, situasi ini sangat memprihatinkan disamping kerusakan ekologi dan lingkungan juga terdapat ancaman kesehatan dalam pangan komsumsi yang sering beredar di pasar pasar.

Advokasi Yayasan Mitra Insani Melalui Program ICF

Kelurahan Sapat salah satu dari 6 site kegiatan Yayasan Mitra Insani di Konsorsium Mitra Pesisir Biru dengan target pengelolaam mangrove dan perikanan yang terintegritas melalui program penguatan kelembagaan Lembaga Pengelola Hutan Desa Kelurahan Sapat. 

Melalui kegiatan ini YMI berinisiatif untuk mengumpulkan nelayan dan membangun kesepakatan bersama yang didasar atas keinginan nelayan dan masyarakat khususnya Suka Damai Kelurahan Sapat. Dari pertemuan ini dihasilkan kesepakatan bersama nelayan bahwa mereka bersedia menghentikan kegiatan peracunan yang selama ini mereka lakukan dengan Pendampingan dari Mitra Insani.

Proses advokasi dan penyadartahuan pentingnya menjaga keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap sangat penting sebagai bentuk perubahan prilaku nelayan terhadap lingkungan, hasil sungai yang berlimpah tentu menjadi tujuan dari penyelamatan sungai dan mangrove di kelurahan sapat.

Melalui advokasi dan penyadaran secara perlahan anggota nelayan dilibatkan dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh YMI dimulai pembentukan kelompok Pokmaswas, keterlibatan dalam pengambilan data nelayan, pendataan kegiatan nelayan dll. Hal ini menumbuhkan kepercayaan diri nelayan Suka damai untuk tumbuh dan berubah menjadi nelayan yang lebih menghargai lingkungan dan keberlanjutan, kesadaran itu tumbuh secara bersama sama didalam hati nelayan suka damai, perubahan ini secara total di lakukan hampir 87 persen 18 dari 20 nelayan sudah berkomitmen untuk tidak menaangkap dengan cara merusak, sedangkan yang dua lagi masih engan memberikan keputusan.

Komitmen Kelompok

“Kita harus menjaga sungai yang dulu telah rusak dan kita harus mempu memperbaiki kesalahan dimasa lalu”
Pembangunan posko pertama adalah bentuk komitmen yang nyata ditunjkukan oleh kelompok nelayan ini, dengan mengunakan peralatan seadaanya serta semangat gotong royong secara bertahap mengumpulkan bahan pembuatan posko di cari dan mulai melakukan pembangunan posko dibulan November 2021 proses pembangunanya dilakukan secara gotong royong semingu 2 kali hingga selesai memakan waktu kurang lebih 1 bulan dengan ukuran posko 3x5 meter. 

Setelah posko selesai maka kelompok mengundang YMI untuk meresmikan posko tersebut sebagai symbol kesadaran kelompok nelayan Suka damai. Rasa banga memiliki posko pengawasan membuat semangat kelompok ini antusias untuk mendapatkan pelatihan patroli pengawasan, melalui pelatihan pengawasan yang dilaksanakan Yayasan Mitra Insani kelompok nelayan perikanan ini dapat mengikuti pelatihan patroli mewakili LPHD Kelurahan Sapat yang di selengarakan di pantai solop pada Bulan Mei 2022.

Yayasan Mitra Insani Bersama PSDKP Wil 1 menghadiri peresmian Posko Pengawasan yang dibangun oleh kelompok nelayan Kelurahan Sapat, turut hadir Lurah Kelurahan sapat untuk memberikan ucapan selamat dan apresiasi terhadap usaha yang telah di upayakan kelompok Nelayan Suka damai.

Membangun Kesepakatan Bersama

Selain pembangunan posko kelompok nelayan mulai membuat rencana kegiatan yakni dengan mengundang YMI untuk bermusyawarah, musyawarah ini tentang rencana menyusun aturan pemanfaatan sungai/parit 10 tersebut dari pertemuan tersebut maka dihasilkan lah sebuah dokumen kesepakatan bersama tentang hak dan kewajiban pemanfaatan wilayah tangkap di parit 10 kelurahan sapat.

Memberlakukan Pengelolaan Tangkap Sementara

Setelah kesepatan bersama disepakati bersama RT dan RW diwilayah Parit 10 Kelurahan Sapat kelompok nelayan Pokmaswas suka damai menyatukan diri kedalam Pesud Anak Batang didampingi yayasan Mitra insani kelompok mulai merencanakan pengelolaan managemen tangkapan sungai atau tabungan sementara.

Tabungan sementara dalam sungai/parit ialah penutupan total wilayah tangkapan perikanan, dengan melarang nelayan desa maupun luar desa terhadap semua alat tangkap dan aktfitas nelayan diwilayah parit 10 kecuali sebagai jalur transportasi. Panjang sungai/parit yang di tutup 1,8 Km dengan 18 anak sungai didalamnya, Penutupan ini dilaskanakan selama 3 bulan kemudian di tambah 3 bulan lagi dan di tambah 4 bulan lagi dengan total waktu penutupan 10 Bulan dan lokasi ini berada di luar wilayah Hutan Desa Kelurahan sapat.
Aturan yang di sepakati ialah:
1.    Dilarang menangkap ikan dan udang dalam kawasan yang di tutup hingga waktu pembukaan tutupan sungai.
2.    Dilarang menebang kayu dan membakar diwilayah penutupan.
3.    Dilarang berburu satwa seperti planduk dan burung.
4.    Menangkap ikan, udang dan kepiting hanya boleh dilakukan di luar areal penutupan sungai
5.    Dilarang membuang sampah pelastik kedalam sungai.

Pengawasan dan Perlindungan

Selama 10 bulan kawasan ini di jaga secara bergilir system Ronda dalam 1 bulan terdapat 15 hari kritis yang harus di jaga, karna pengaruh pasang surut air, terkadang siang, kadang malam kadang subuh, Dalam pengawasan satu regu terdiri dari 3 orang dilengkapi peralatan yang didukung oleh Yayasan Mitra Insani, berpegang dasar hasil kesepakat bersama inilah kelompok mencoba menyampaikan kepada nelayan yang terlanjur masuk dan baru masuk dalam kawasan untuk segera meninggalkan wilayah penutupan sementara.

Untuk melakukan pengawasan dan perlindungan perlu keterampilan dasar serta memiliki dasar hukum yang kuat, kelompok mendapat peningkatan kapasitas melalui pelatihan patroli yang di lakukan oleh YMI bersama para pihak bersama LPHD desa lainya, kelompok juga di bekali form pelaporan manual yang digunakan sebagai laporan kegiatan patroli rutin bergilir.

Selain menjalankan kegiatan pengawasan nelayan yang berjaga juga memasang alat tangkap perikanan diluar wilayah yang di tutup sehinga masih nelayan yang berpatroli masih bisa memnuhi kebutuhan dapur pada saat berpatroli. Selama kegiatan pengawasan banyak ditemui nelayan nelayan baru yang memasuki wilayah dengan dalih hanya numpang lewat, atau sekedar mencari pucuk nipah namun dengan gelagat yang mencurigakan. Selama proses penutupan tidak ditemukan pelangaran atau peracunan yang terjadi pada kawasan yang di tutup.

Dampak dari Penutupan Sementara

Masyakarat dan nelayan kelurahan sapat menyadari sungai yang saat ini sedang di tutup dulu memang wilayah tangkap akan tetapi ditangkap dengan cara yang merusak sehinga jika saat ini di tutup seharusnya tidak berdampak pada nelayan lainya, sebaliknya dahulu sungai parit 10 jarang sekali ditemukan udang sepit biru besar dan ikan namun sekarang sudah mulai bermunculan kualitas air pun mulai terlihat bagus ini tergambar dari perkembangan tertitip atau karang yang menempel pada batang nipah, yang diangap sebagai indicator sederhana untuk menilai kualitas air sungai yang terkontaminasi dengan racun atau tidak.

Selain itu dampak pada penjagaan didalam kawasan yang di tutup berpengaruh pada nelayan dari luar desa, para nelayan saling memberi kabar tentang penutupan sungai dan penjagaan yang di lakukan sehinga mereka menaruh rasa segan untuk mencari ikan pada wilayah yang sedang kelompok jaga. Berita begitu cepat tersebar dari nelayan neyalan yang mencari ikan di sepanjang sungai anak batang.

Dampak positif lainya yang dirasakan anggota nelayan kelompok ialah saat ini tidak perlu jauh jauh lagi untuk mencari ikan dan udang mereka hanya butuh 1,5 liter BBM solar untuk sampai ketempat menangkap ikan dan udang yang sebelumnya mereka membutuhkan 6 liter solar untuk mencari Lokasi tangkap. Selain itu Meningkatnya hasil tangkapan secara perlahan dirasakan nelayan yang mencari disekitaran wilayah yang di tutup sementara.

Pengembangan Pos Pengawasan

Setelah berjalan 6 bulan penutupan kelompok kembali berisinisiatif untuk menambah ruang pertemuan di posko sebagai tempat berkegiatan yang dilakukan oleh pesud anak batang dan para pihak seperti pemerintah kelurahan dan dinas perikanan jika berkunjung. Selain itu tujuan pembesaran posko juga sejalan dengan rencana menjadikan lokasi parit 10 sebagai pusat kegiatan mangrove dan perikanan di kelurahan sapat. Penambahan bangunan ini kembali bersumber dari swadaya masyarakat nelayan dan kelompok.

Meresmikan Sebagai Pusat Informasi wisata Mangrove dan Perikanan

Tepat bulan agustus 2022 genap 10 bulan penutupan sungai/parit yang di jaga pesud anak batang, kelompok berinisiatif mengadakan perlombaan memancing diwilayah sungai/parit yang di tutup dan berkerjasama dengan pemerintah kelurahan untuk mengundang Bupati dalam kegiatan tersebut, serangkaian kegiatan melalui Musyawarah Kelompok di susun bersama YMI dan pemerintah Kelurahan sapat diputuskan kegiatan akan di laksanakan pada 4 september 2022 bertempat di posko pesud anak batang dengan agenda, Peresmian Pusat Informasi wisata mangrove dan perikanan di kelurahan sapat kegiatan di buka dengan perlombaan memancing yang langsung di buka oleh Bupati Indragiri Hilir Bapak H.M Wardan, selain itu turut serta asisten 1 Sekda Inhil, Pemkab Inhil bersama rombongan, dinas Parawisata serta perwakilan DPRD dan sebanyak 34 tim Peserta Lomba memancing Ikut memeriahkan kegiatan tersebut dengan hasil tangkapan udang galah yang di dapat berjumlah 5,3 kg di timbang oleh 10 tim peserta lomba.

Kegiatan di mulai dengan sambutan tuan rumah yang dibuka oleh pak camat beserta Lurah, kemudian di susul Pesud anak Batang lalu di sambut Bupati Inhil, dalam kesegaiatn tersebut bupati juga ikut serta dalam penanaman mangrove yang di tanam di sekitar posko. Kegiatan ini disambut positif oleh bupati inhil, serta mendapat apresiasi dan dukungan. Ini menjadi model percontohan baik bagi pengelolaan perikanan dan mangrove Ujarnya.

Pesersmian pusat informasi wisata mangrove dan perikanan ini tidak lepas dari insiasi bersama Kelompok Nelayan dan LPHD serta pemerintah Kelurahan Bersama dampingan yayasan Mitra Insani dengan harapan kedepan tempat ini menjadi ujud percontohan nyata sebuah perbaikan tatakelola wilayah tangkapan sungai dari yang semula rusak menjadi berdaya pulih serta terkendali memiliki potensi perikanan yang luar biasa, selain itu panorama asri hutan mangrove manjadi banteng bagi keselarasan serta keberlanjutan ekosistem perikanan didalamnya.

Kegiatan ini terselengara atas dukungan dari Konsorsium Mitra Pesisir Biru yakni Yayasan Mitra Insani (YMI) Yayasan Hutan Biru (YHB) dan Yayasan Pesisir Lestari (YPL)

Pembukaan Sungai tangkapan

Sebulan setelah diresmikanya wilayah sungai menjadi wisata pancing kelompok kembali melaksanakan kegiatan yang telah disepakati melalui musyawarah kelompok, yakni pemanenan 18 anak sungai kecil yang berada didalam sungai yang di tutup selama 10 bulan, untuk dipanen hasilnya dan dijual kemudian hasil penjualanya di bagi rata kepada anggota kelompok sebagai rasa syukur atas karunia yang telah didapatkan.

Tepat pada tanggal 23 September kelompok membuka sungai untuk di ambil hasilnya, proses pembukaan ini dilakukan pada malam hari pengaruh pasang surut air, dari hasil pembukaan ini didapatkan 108 Kg Hasil tangkapan udang, ikan serta jenis lainya. Dari hasil tangkapan terdapat 30 spesies ikan dan udang yang di temui dengan total hasil pendapatan jual ikan dan udang 5,2 juta rupiah. Pembukaan ini hanya diambil dari anak sungai kecil tanpa mengangu sungai induk dari lokasi yang di tutup, anak sungai tersebut berjumlah 18 anak sungai, dengan model alat tangkap belat sungai.

Ikan ikan dan udang hasil tangkapan di bawa kepasar ikan (kantin ikan) pasar sapat, berbondong bondong masyarakat menyerbu untuk membeli ikan ikan dan udang yang masih segar. Kini perlahan mainset masyarakat terhadap nelayan suka damai kembali percaya, sebelumnya nelayan suka damai di cap sebagai nelayan yang menangkap dengan meracun udang dan ikan semua beracun, namun semenjak mereka menerapkan penjagaan sungai hasil tangkapan mereka selalu di tunggu tunggu masyarakat di pasar, hinga ada yang menungu sampai mendatangi rumah nelayan dan menanyakan kapan nelayan kembali membawa ikan dan udang untuk di beli.

Dari 15 persen hasil penjualan ikan akan di simpan untuk kebutuhan pengawasan oleh kelompok sehinga ada sisa dari penjualan yang disimpan kedalam kas kelompok untuk kebutuhan yang mendukung kelompok.
Menebar Pengalaman

Kini rekan rekan pesud anak batang bersama YMI menjadikan posko pengawasan sebagai rumah singah bagi nelayan dan masyarakat yang melintas di wialayh tersebut, informasi seputaran wilayah hutan desa, luasan, mangrove dan perikanan ada disana. Kedepan posko ini akan menjadi pusat kegiatan lapangan teman teman LPHD dan menjadi pusat infromasi dan pembelajaran dari proses pengalaman yang dimiliki kelompok sebagai sarana berbagi pengalaman kepada siapa saya yang ingin berbagi.

Setahun sudah menjaga sungai/ Parit 10, manfaat penjagaan kini sudah mulai dirasakan, dulu sungai ini jangankan didatangi pemancing nelayan saja engan untuk masuk mencari tangkapan perikanan, dulu jangankan udang galah udang tengek saja sulit didapatkan disini. Namun hari ini semua orang bisa membuktikanya Pulihnya sungai/parit ini di tandai dengan banyaknya jenis ikan dan banyaknya udang galah yang masuk dan sering didapat masyarakat dan nelayan, karna menurut nelayan udang adalah jenis perikanan yang paling rentan bila terpapar racun dalam air. Sehinga ketika udang melimpah maka bisa dikatakan sungai sudah membaik. Kini nelayan bisa sama sama belajar dari pangalaman ini. Ketersedian perikanan akan berlanjut jika sungai/paritnya menjadi sehat dan ekosistem nya dapat terjaga.

Harapan dan Mimpi Nelayan Sungai Anak Batang

Terpeliharanya sumber wilayah Tangkapan Perikanan yang sehat serta memiliki nilai keberlajutan dalam pengelolaan perikanan yang baik bagi kelangsungan konservasi dan kesejahteraan Nelayan sungai Anak Batang.

Menjadi destinasi Wisata Edukasi, Wisata Memancing udang dan Ikan dengan ciri khas hutan mangrove yang asri.
Menjadi pusat kegiatan mangrove dan perikanan yang menyediakan informasi mangrove dan perikanan di Kelurahan sapat, sebagai pusat edukasi alam.



 

 


Loading...
BERITA LAINNYA