Kukerta Unri Sosialisasi Pembuatan Pupuk Hayati dan Biopestisida di Pulau Rambai

Jumat, 26 Juli 2024 - 14:00:56 wib | Dibaca: 1072 kali 
Kukerta Unri Sosialisasi Pembuatan Pupuk Hayati dan Biopestisida di Pulau Rambai
Foto bersama usai sosialisasi

GAGASANRIAU.COM, KAMPAR - Puluhan petani di Desa Pulau Rambai, Kecamatan Kampa pada Kamis (25/07/2024) pagi lalu hadiri sosialisasi pembuatan pupuk kompos dan bio pestisida.

Sosialisasi ini ditaja oleh Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Riau (Kukerta Unri) dengan tema Pengabdian Masyarakat Unri Pemberdayaan Petani Pembuatan Kompos Hayati Dan Biopestisida Pengendali Hama Padi.

Turut hadir di dalam ruangan surau berbentuk persegi panjang itu, Sekretaris Desa Pulau Rambai, Zulkifli. Kepala Dusun Pulau Kampung, Apriyanto. lalu Babinsa Desa Pulau Rambai Prio Windu Triono. Dan turut hadir anggota Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Kampa, Amdesta, Romi, Anita, Eka Jusnardi, dan Jalius.  

Sedangkan dari Unri sendiri menghadirkan empat dosen dari Fakultas Pertanian, Rusli Rustam, Nelvia, Hafiz Fauzana dan Irfandri.

Ke empatnya merupakan pakar ahli pada bidang pertanian. Teruntuk Irfandri sebagai pakar di bidang proteksi tanaman dibidang penyakit tanaman. Nelvia pakar di bidang tanah. Hafiz serta Rusli sebagai pakar di bidang proteksi dibidang entomologi.

Dosen Fakulas Pertanian Unri, Rusli Rustam jelaskan alasan terlaksananya kegiatan ini. Dirinya paparkan bahwa mereka berempa diutus oleh Lembaga Penelitian  dan Pengabdian  kepada Masyarakat Unri. tujuannya sebagai menjalankan tiga fungsi dari dosen itu sendiri. terkhususnya pada pengabdian kepada masyarakat.

“Ini tentang bagaimana nanti kami berkontribusi, bermitra dengan masyarakat. memberikan ilmu yang kami dapati untuk kebermanfaaan terkhususnya pada petani di Desa Pulau Rambai ini,” ujar pria yang akrab disapa Rusli tersebut.

Pembuatan kompos dan biopestisida jadi agenda. Rusli jelaskan alasannya, menurut dirinya pupuk kompos dapat menggantikan peran pupuk kimia  yang langka dan harganya mahal. Sedangkan biopestisida dapa menjadi zat yang mengendalikan hama serta penyakit tanaman tetapi bersifat ramah lingkungan

Ketua Kukerta Unri di Desa Pulau Rambai, Arieq El Mahdie katakan kegiatan ini terlaksana atas hasil diskusi antara mahasiswa Kukerta bersama dosen pembimbing lapangan, Dikarenakan mayoritas beranggotakan mahasiswa pertanian menjadi salah satu faktornya.

“Semoga dengan kegiatan ini, para petani di Pulau Rambai dapat terbantu dalam mengatasi kendala-kendala dalam pertanian mereka,” ujar mahasiswa Unri itu.

Lebih lanjut, Arieq menjelaskan kegiatan pengabdian ini. Kegiatan dibagi atas dua sesi, pemaparan materi dan praktik. Teruntuk materi akan dijelaskan oleh Hafiz, Irfandri dan Nelvia. Sedangkan Praktik akan dikoordinasikan oleh Hafiz dan Irfandri.

Setiap dosen akan membahas hal yang berbeda. Hafiz akan jelaskan mengenai hama pada tanaman padi, lalu di lanjutkan oleh Irfandri pada penyakit tanaman perkebunan. Dan ditutup oleh penjelasan mengenai pupuk oleh Nelvia.

Memasuki materi, Hafiz, menyampaikan pentingnya penggunaan pupuk organik dan agen  hayati dalam upaya meningkatkan kualitas tanah dan mengendalikan hama secara ramah lingkungan. Menurut Hafiz, pupuk organik memiliki kelebihan dibandingkan pupuk sintetik karena tidak membunuh mikroorganisme tanah yang berperan dalam proses penguraian unsur hara.

"Jika kita selalu menggunakan pupuk anorganik, tanah akan semakin keras. Namun, dengan pupuk organik, tanah menjadi lebih subur karena mikroorganisme yang menguraikan unsur hara semakin banyak,” jelas Hafiz

Selain itu, Hafiz juga menyoroti manfaat penggunaan biopestisida seperti Metarizium dan Trichoderma sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan pestisida sintetik. Pestisida nabati, menurut Hafiz, tidak meninggalkan residu berbahaya bagi manusia dan dapat mempertahankan musuh alami yang membantu mengendalikan hama tanaman.

"Lebih baik kita menggunakan pestisida yang berasal dari tanaman," tambahnya. Trichoderma, misalnya, tidak hanya berfungsi sebagai pengurai unsur hara tetapi juga sebagai pupuk dan pengendali penyakit tanaman.

Dalam konteks pengendalian hama yang merugikan, Hafiz mengungkapkan bahwa di Desa  Pulau Rambai mereka, hama seperti tikus, walang sangit, keong, dan wereng coklat merupakan ancaman utama.

"Populasi tikus bisa sangat cepat berkembang. Dalam setahun, satu indukan bisa melahirkan hingga 2.000 anak. Maka penting untuk mengendalikan hama ini agar tidak merugikan tanaman kita," kata Hafiz.

Melalui pendekatan yang ramah lingkungan seperti penggunaan pupuk kompos dan agen hayati, Hafiz mendorong para petani untuk beralih dari metode konvensional yang bergantung pada bahan kimia sintetik.

"Jangan biasakan menggunakan pupuk anorganik saja," ia mengingatkan, menekankan pentingnya praktik pertanian yang berkelanjutan untuk kesejahteraan jangka panjang.

Dalam kegiatan ini, beberapa tokoh masyarakat menyampaikan penghargaan dan harapan mereka terhadap pengabdian ini. Sekretaris Desa Pulau Rambai, Zulkifli, menyampaikan terima kasih atas ilmu dan pengabdian yang diberikan kepada para petani setempat.

"Kami ucapkan terima kasih karena berupa ilmu pengabdian diberikan kepada para petani. Semoga nanti dengan pengabdian kita ini, petani kita menjadi lebih baik," ungkap Zulkifli, seraya berharap kebaikan para dosen yang terlibat akan dibalas oleh Tuhan.

Ketua kelompok tani Dusun Pulau Kampung, Pak Abdullah, juga menekankan pentingnya mengikuti pelatihan ini secara maksimal.

"Kebetulan ilmu ini jarang-jarang. Apalagi sekarang musim tanam ini berpeluang bagi ibu untuk mendapatkan ilmu. Karena pembicara ini sangat luar biasa, jauh-jauh dari Unri, Profesor, Doktor, ilmunya luar biasa,” tutup dirinya.

Penyuluh pertanian lapangan, Amdesta, menguatkan pesan tersebut dengan menekankan pentingnya memanfaatkan kesempatan ini untuk menuntut ilmu sepenuhnya.

"Kegiatan seperti ini jarang dilakukan, apalagi pada saat musim tanam padi sekarang ini, maka ilmu yang didapatkan akan sangat sesuai nantinya," ujarnya.

Ia berharap agar kegiatan pelatihan ini tidak hanya berlangsung sekali, tetapi dapat berlanjut dan bahkan berkembang menjadi kegiatan yang berskala lebih besar, mencakup seluruh kecamatan.

"Dirinya berharap agar kegiatan ini dapat terus berlanjut dan lebih meningkat, yang sebelumnya hanya setingkat desa dapat menjadi kegiatan setingkat kecamatan," tutup Amdesta.


Loading...
BERITA LAINNYA