[caption id="attachment_6524" align="alignleft" width="243"] Aburizal Bakri Capres 2014[/caption]
gagasanriau.com, Jakarta - Partai Golkar dinilai perlu mengevaluasi kembali pencalonan Aburizal Bakrie (ARB) atau sering dipanggil Ical sebagai presiden pada pemilu 2014 mendatang. Pasalnya, elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar itu terus berada di bawah angka 10 persen.
Demikian kesimpulan hasil survei terbaru Lembaga Klimatologi Politik (LKP) yang dirilis hari ini, Minggu (17/11). Survei yang bertujuan untuk menakar elektabilitas tokoh-tokoh asal partai berlambang pohon beringin itu menunjukan bahwa elektabilitas Ical berada pada angka 9,2 persen.
"Elektabilitas Aburizal Bakrie stagnan di kisaran angka 10%, jauh di bawah elektabilitas Partai Golkar. Bahkan dalam beberapa bulan terakhir elektabilitas ARB sedikit menurun," kata CEO LKP Usman Rachman dalam jumpa pers di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta.
Usman memaparkan, elektabilitas Ical pada November 2012 sebanyak 7,1 persen dan naik menjadi 10,6 persen pada Maret 2013. Kemudian pada Juli 2013 melorot menjadi 9,5 persen dan menjadi 9,2 persen pada November 2013.
Elektabilitas Ical ini jelas terpaut sangat jauh dengan tokoh-tokoh seperti Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Maka, hampir dipastikan Ical sulit bersaing dengan kedua tokoh itu pada pilpres tahun mendatang.
Selain itu elektabilitas partai juga terbukti tidak berpengaruh apa-apa terhadap pencapresan Ical. Buktinya, di berbagai survei, Golkar terus berada di peringkat atas bersaing ketat dengan PDIP.
Karena itu, ujar Usman, jika Golkar tidak cepat bertindak maka pengalaman buruk mereka pada pemilu 2004 akan terulang lagi.
"Jika pencapresan ARB masih berlanjut, Golkar akan bernasib sama dengan pemilu 2004. Walau menang pemilu, tapi capres yang diusungnya kalah. Pemenang pilpres malah dari partai menengah," paparnya.
Survei nasional LKP dilaksanakan pada tanggal 1-10 November 2013 di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah sampel sebanyak 1.070 responden yang seluruhnya memenuhi syarat untuk memilih.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik wawancara dengan responden mengacu pedoman kuesioner. Untuk uji validitas, tim peneliti pusat LKP melakukan spot check sebesar 10% dari total sampel.
jpnn/Eka Saputra