Ini Ulasan Analis, Kenapa Rupiah Anjlok ke Rp12.000/US$,

Senin, 16 Desember 2013 - 01:29:08 wib | Dibaca: 2218 kali 

gagasanriau.com ,Jakarta- Pilu rasanya melihat judul di atas, rupiah di bawah 11.000, padahal nyatanya rupiah jauh di atas level tersebut. Nampaknya, tren rupiah makin sulit dibendung menuju ke arah Rp12.000/US$, bahkan bukan tidak mungkin ke level 13.000-an. Apa yang dilakukan Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga acuannya menjadi 7,50% pada November 2013, terasa sia-sia dan ditanggapi dingin oleh para investor. Ironisnya, rupiah bukannya stabil, malahan makin menjadi bulan-bulanan dan kinerjanya termasuk yang ter buruk di kawasan regional. Tidak heran, kalau terlintas di pikiran, bahwa rupiah sengaja disudutkan terus, dengan harapan BI terpaksa menaikkan suku bunganya kembali. Jika ini yang terjadi, maka sama saja kita digiring secara sistematis ke jurang resesi seperti tahun 1998. Investor asing senang, sementara itu perekonomian domestik akan meratapi kesedihan yang mendalam. Menurut fundamental ekonomi yang memasuk kan variabel nilai tukar dan nilai perdagangan terhadap mitra dagang utama Indonesia, serta memperhatikan laju inflasi masing-masing negara—sering disebut pendekatan estimasi nilai tukar riil efektif (real effective exchange rate/REER)—seharusnya rupiah berada di kisaran Rp10.000 – Rp11.100 per US$ selama 2013. Nilai tukar inilah yang paling ideal menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kokoh dan berkesinambungan. Memang aneh, jika melihat perilaku rupiah sepanjang 2013. Di paruh pertama tahun ini, rupiah aktual berada di bawah kurs rupiah fundamental ekonomi. Kemudian berbalik arah, dalam 3 bulan terakhir, rupiah aktual di atas rupiah fundamentalnya. Ini menjadi tanda tanya besar, mengapa deviasi rupiah aktual terhadap rupiah fundamental, jaraknya begitu jauh di atas 300 poin. Apa yang salah kalau begitu? Rupiah secara konsisten tidak pernah konvergen menuju keseimbangan yang wajar, sehingga perekonomian Indonesia pun menjadi tidak sehat dan rentan dari gejolak. Saya sangat yakin, buruknya kinerja rupiah dengan volatilitas yang sangat tinggi, bukan sebab sesaat, melainkan karena segudang masalah yang tidak diselesaikan secara kontinu dan tuntas. Kalaupun berusaha dibereskan, tidak diselesaikan dengan sehati, sepikir dan sejalan untuk dilakukan perbaikan sesegera mungkin. Apalagi saat ini, kekuatan politik begitu kuat mencengkeram laju roda perekonomian Indonesia Salah satu buktinya adalah buruknya kinerja neraca transaksi berjalan (NTB) yang seolah-olah dianggap masih aman. Sampai-sampai terjadi defisit NTB selama 8 kuartal berturut-turut, sejak kuartal IV-2011. Puncak tekanannya adalah pada kuartal II-2013, ketika defisit NTB mencapai US$9,95 miliar. Ini rekor tertinggi sepanjang sejarah perekonomian Indonesia. Pada saat itulah, pemerintah dan BI sepakat bahwa masalah defisit NTB ini harus diatasi segera, agar rupiah bergerak stabil dan wajar. Impor barang dan jasa, harus diturunkan secara signifikan, terutama impor minyak akibat tingginya konsumsi minyak domesik. Memang, kelihatannya agak terlambat sadarnya, tetapi ya apa boleh buat. Bisnis.com

Loading...
BERITA LAINNYA