Daerah

Kuliner Melayu Harus Mampu Bersaing Harga Jika Ingin Laris

Gagasanriau.com Pekanbaru - Marakynya kuliner dari luar daerah ke Provinsi Riau dengan harga terjangkau, akan menjadi tamparan bagi pengusaha kuliner daerah khususnya masakan melayu. Pasalnya harga yang mahal akan tidak mampu bersaing dengan makan khas luar daerah dengan harga yang murah. Dan hal ini juga akan membuat terpuruknya ciri khas daerah karena ditinggalkan penggemarnya. Seperti yang disampaikan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Riau dengan mengkritik mahalnya makanan khas Melayu yang dijajakan rumah makan di daerah tersebut, sehingga bisa membuat para wisatawan kapok untuk datang kembali maupun untuk mempromosikan kuliner setempat. "Makanan juga penting dalam pariwisata, tapi turis kapok datang makan karena makanan Melayu yang mahal. Jadi yang harus dipikirkan bagaimana Ikan Baung Asam Pedas itu tidak lebih harganya dari sepiring Ayam Penyet. Kenapa harus ratusan ribu harganya?," kata Kepala Disparekraf Riau, Fahmizal Usman di Pekanbaru, Kamis. Lebih jauh dia juga membandingkan Ikan Kembung dengan Ikan Baung yang harga mentahnya sama. Tapi ketika Ikan Kembung dibungkus dengan Gulai Tauco harganya cuma Rp11 ribu, tapi ketika Ikan Baung Asam Pedas harganya luar biasa sekali. Hal tersebut, kata dia, membuat agen travel lebih baik membawa wisatawan tidak menikmati Masakan Melayu. Contohnya dari Association of the Indonesian Tours and Travel (Asita) tidak pernah bisa memberi paket pariwisata Masakan Melayu. "Pasti Makanan Padang, karena masuknya di situ," imbuhnya. Hal tersebut dikhawatirkannya mengingat Riau sebagai daerah Wisata "Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition" (MICE) akan banyak kedatangan wisatawan dari lokal dan mancanegara. Diberitahukannya bahwa pada 1 Agustus nanti akan ada Festival Tari ASEAN-Tiongkok di Pekanbaru. Dia mengatakan kegiatan itu diselenggarakan oleh Sekolah Dharma Yudha dan telah disetujui di Pekanbaru. Ketika dikoordinasikan apa yang akan dijual secara pariwisata pihaknya mengatakan hanya bisa memberikan "City Tour". Oleh karena itulah, Disparekraf sedikit khawatir karena jika keliling kota di Pekanbaru, tentunya harus menikmati kulinernya juga. Sementara, seperti disebutkan tadi harga makanan Melayu dianggap sangat mahal sehingga dikhawatirkan juga akan membuat kapok. "Mohon dukungan juga kemana akan dibawa di Pekanbaru," ucapnya. Editor Brury MP sumber antarariau


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar