Daerah

Kadis Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif: "Pacu Jalur Ikon Pariwisata Riau

GagasanRiau.Com Pekanbaru - Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Fahmizal Usman menyatakan bahwa Festival Pacu Jalur Tradisional di Kabupaten Kuantan Singingi, merupakan ikon pariwisata dan juga sumber pendapatan bagi daerah untuk menarik wisatawan lokal maupun asing menikmati hiburan rakyat yang digelar setiap tahun ini.

"Pacu Jalur di Kuansing merupakan ikon pariwisata Riau. Karenanya kita akan terus berupaya untuk meningkatkan wajah warisan budaya lokal yang kini menjadi subjek pariwisata yang baik bagi pelestarian pacu jalur itu sendiri,"ujar Fahmizal Usman Selasa, (14/7/2015).

Ia mengatakan, selain penting bagi pelestarian kebudayaan, gelaran ini juga akan memberikan dampak baik bagi masyarakat dari segi pertumbuhan ekonomi di sektor riil.

"Dengan banyaknya wisatawan berkunjung ke sana, maka akan dengan sendirinya menaikkan taraf pendapatan masyarakat setempat,"ungkap mantan Kepala Biro Humas Pemprov Riau itu.

Pada gelaran Festival Pacu Jalur tahun ini, rencananya akan digelar pada 20-23 Agustus 2015 mendatang. Fahmizal Usman berharap pacu jalur sukses terlaksana tanpa ada kendala yang berarti.

"Persiapan sedang kita lakukan bersama Pemkab di sana. Insya Allah gelaran tahun ini akan jauh lebih meriah ketimbang tahun sebelumnya,"ujar kadis yang baru menjabat sejak bulan April lalu.

Festival ini diseleggarakan dalam rangka menyambut perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia saban bulan Agustus. Festival Pacu Jalur tersebut telah menjadi destinasi wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Inilah yang menjadikan Festival Pacu Jalur menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat Riau. Festival rakyat rakyat Ppacu Jalur dihadiri ribuan masyarakat datang dari berbagai penjuru Kabupaten Kuantan Singingi, dan Indragiri Hulu (Inhu).

Bahkan para perantau yang berada di luar Kabupaten Kuansing, menyempatkan waktunya untuk pulang guna mengikuti gelaran tradisi tahunan ini.

Tradisi Pacu jalur muncul di tanah Taluk Kuantan sejak abad ke-17. Dulunya, jalur digunakan sebagai alat transportasi para bangsawan saja. Seiring perkembangan zaman, alat transportasi sungai ini tidak lagi menjadi barang mewah bagi rakyat kecil.

Lambat laun masyarakat Kuantan sebagian besar bermata pencaharian bertani, juga menggunakan jalur sebagai alat transportasi. Jalur yang memiliki panjang 15 hingga 30 meter dan lebar 1,5 meter ini mampu mengangkut 40 hingga 60 orang.

Kemudian para petani menggunakannya secara bersama-sama (batobo) guna mengangkut hasil panen. Ihwal jalur mulai dipertandingkan oleh masyarakat biasapun mulai muncul.

Petani yang riang karena panennya berhasil meluapkan kegembiraannya dengan berpacu jalur. Kegiatan ini mulai berkembang dan menjadi tradisi serta dipertandingkan pada perayaan hari besar tertentu, usai Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha serta peringatan hari besat kemerdekaan Indonesia.

Paling tidak sudah tercatat 105 tahun pacu jalur dipertandingkan di ranah Taluk Kuantan jika dihitung hingga 2015. Pacu jalur mulai dipertandingkan secara resmi pada acara kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1993. Begitu banyak nilai luhur terkandung dalam pacu jalur hingga ia terus berkembang hingga kini.

Reporter Arif Wahyudi


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar