Ketua Umum MKA LAM Riau : Pencoblosan Berjalan Aman dan Damai Tak Ada Alasan Melakukan People Power
Al Azhar Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Ada Melayu (LAM) Riau
GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Al Azhar Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Ada Melayu (LAM) Riau menyatakan bahwa proses demokrasi pada 17 April kemarin semua pihak harus bisa berlapang dada menerima apapun hasilnya dan untuk move on (bangkit) dari keterpurukan.
Ia juga menyampaikan untuk bersama-sama memperjuangkan perwujudan mimpi-mimpi bersama dalam bernegara, sebagaimana maktub dalam pilar-pilar kebangsaan yang didengung-dengungkan elit selama ini.
"Berkenaan dengan Pemilu 2019, secara empirik, tak ada alasan mustahak untuk melakukan people power, ataupun melibatkan diri di dalam gerakan-gerakannya. Pencoblosan berjalan aman, damai, dan transparan" ungkap Al Azhar kepada Gagasan Selasa malam (14/5/2019) menanggapi isu adanya gerakan massa jelang pengumuman KPU RI Mei nanti.
Ia juga menerangkan bahwa pihak penyelenggara (KPU) sudah bekerja sungguh-sungguh, sesuai aturan yang ditetapkan melalui proses politik di eksekutif dan legislatif.
"Ratusan orang dari pihak penyelenggara bahkan wafat dalam menjalankan konsensus konstitusional itu. Kita berduka untuk mereka. Lalu, ada yang kalah, ada yang menang. Itu sebuah keniscayaan demokrasi formal yang kita anut sekarang" ungkap Al Azhar.
Dan Al Azhar juga menjelaskan bahwa jika pun ada indikasi kecurangan, dikatakannya sudah ada salurannya sesuai dengan peraturan yang berlaku di negeri ini.
"Kalau ada indikasi kecurangan, saluran hukumnya sudah ada. Tempuh saja jalan itu, untuk menggapai kekalahan atau kemenangan yang terhormat dan bermartabat" terangnya.
"Lalu, kita move on, bersama-sama memperjuangkan perwujudan mimpi-mimpi kita dalam bernegara, sebagaimana maktub dalam pilar-pilar kebangsaan yang didengung-dengungkan elit selama ini" ujarnya lagi.
Al Azhar juga mengingatkan untuk menghindari bahwa adanya upaya provokasi dengan pertengkaran sesama dengan cara fitnah-memfitnah, justru akan merugikan semua pihak.
"Harap diingat, pertengkaran, fitnah-memfitnah, sulut-menyulut emosi, ujung-ujungnya adalah bentuk-bentuk pemaksaan kehendak. Semuanya jadi energi negatif yang bermuara pada kenihilan: 'menang jadi arang, kalah jadi abu'. Mengapa kita tidak pulang ke kesejatian budaya kita" papar Al Azhar.
Untuk itu, Al Azhar berharap semua pihak untuk berlapang dada, berbudi-bahasa, menempatkan akal di atas hawa nafsu atau emosi.
Karena menurutnya dengan kelapangan dada menyuburkan kearifan menemukan jalan terbaik untuk ke luar dari masalah-masalah besar bangsa kita hari ini.
"Seperti keadilan sosial yang masih jauh dari harapan. Budi-bahasa membawa kita pada kebersamaan, senasib-sepenanggungan; 'dapat sama berlaba, hilang sama merugi'" tutup Al Azhar.
Pada Rabu 17 April kemarin seluruh rakyat Indonesia telah usai melaksanakan pesta demokrasi pemilihan umum (pemilu) legislatif dan presiden.
Untuk hasil hitung real count sementara hingga saat ini menunjukkan calon presiden nomor urut 01 sekaligus petahana Joko Widodo mengungguli saingannya, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.
Real count resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dijadwalkan selesai 22 Mei 2019 nanti.
Sebelumnya tokoh senior dari, PAN Amien Rais menyerukan people power jika ada kecurangan di Pilpres 2019.
“Kalau sampai nanti terjadi kecurangan, sifatnya terukur, sistematis dan masif, ada bukti, itu kita enggak akan ke MK, enggak ada gunanya, tapi kita langsung people power!” teriak Amien Rais, yang juga Dewan Pembina Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (31/3/2019) lalu dikutip dari tirto.id.
Reporter Nurul Hadi
Editor Arif Wahyudi
Tulis Komentar