Bakar Lahan, Modus Perluas Areal Konsesi
[caption id="attachment_4325" align="alignleft" width="300"] Syamsurdi 50 tahun warga desa Kuala Panduk sedang mematikan lahan terbakar saat ditemui gagasanriau.com Sabtu 31/8/2013 dengan menggunakan alat-alat sederhana berupa parang,cangkul dan sebuah ember kecil. gagasanriau.com[/caption]
gagasanriau.com, Pelelawan, Teluk Meranti-Warga desa Kuala Panduk kecamatan Teluk Meranti sejak dari bulan Juli tahun ini sudah wanti-wanti dengan kebakaran lahan karena kejadian terbakarnya lahan bukan barang hal baru bagi mereka.
Syamsurdi 50 tahun warga desa Kuala Panduk sedang mematikan lahan terbakar saat ditemui gagasanriau.com Sabtu 31/8/2013 dengan menggunakan alat-alat sederhana berupa parang,cangkul dan sebuah ember kecil.
"Saya harus tidur diladang kalau tak di jaga kebakaran bisa merambat kemana2 sejak bulan 7 (Juli) kami sudah siaga menjaga kebakaran hutan"ujarnya Sambil menggali lahan gambut yang terbakar untuk dipadamkan sumber apinya dengan disiram air.
Menurutnya kebakaran ini berawal dari kebakaran lahan perkebunan di desa Mekarsari yang merupakan lahan konsesi PT.MAL (PT Mekarsari Alam Lestari) anak Perusahaan PT. Duta Palma perusahaan perkebunan kelapa sawit yang memilik konsesi di desa Mekar Sari.
"Ada mesin air untuk memadamkan api milik warga untuk pemadaman namun harus bergantian memakainya"H.Rauf menimpali warga yang saat itu ikut menemani peliputan kebakaran di desa Kuala Panduk.
"Pihak perusahaan tidak mau meminjamkan pompanya bahkan dia menuduh masyarakat yang membakar lahan padahal titik api kebakaran berawal dari desa Mekar Sari areal konsesi PT.MAL"tambah Haji Rauf lagi.
"Karena kebakaran lahan ini saya harus meninggalkan kerja sebagai pemotong karet"Syamsuardi yang juga ketua kelompok tani Pinang Layan.
Jarak seratus meteran dari titik awal tempat Syamsuardi memadamkan kebakaran lahan "saya sudah punya 5 hektar kebun sawit namun yang terbakar 2,5 hektar sudah berumur 6 tahun"Tukimin 55 tahun yang saat itu sibuk memadamkan api dilahan yang milikinya tersisa 2,5 hektar lagi belum terbakar.
Tukimin memilik 10 cucu beserta istrinya Ngatiah secara bergotong royong memadamkan api diladangnya sejak senin 26/8/2013. Dari hasil ladang sawit ini ia bisa menafkahi keluarganya. Menurutnya kebakaran lahan tahun ini paling terparah sepanjang 5 tahun belakangan.
Raiz pemilik kebun sawit yang bersebelahan dengan lahan konsesi PT.MAL kepada gagasanriau.com mengatakan bahwa dia menemukan sumber api berawal dari perkebunan sawit perusahaan yang berdampingan dengan kebunnnya.
"Ada jalan api disana saya lihat sendiri ketika awal kejadian kebakaran lahan ini"ungkapnya. Raiz memiliki lahan perkebunan 2,7 hektar dan sudah siap panen namun lahannya kini sudah habis terbakar.
Haji Rauf menambahkan bahwa modus pembakaran lahan ini bukan hal baru karena menurutnya dengan membakar lahan pihak perusahaan lebih memudahkan mereka untuk membersihkan lahan dan sudah sering terjadi setiap tahun.
Bahkan menurutnya lagi kebakaran lahan ini bagian dari modus perusahaan untuk menambah areal konsesi mereka"Dulu areal mereka tidak sampai ke Kuala Panduk namun sekarang sudah melebar kemana"ungkapnya marah.
Berdasarkan pantauan rombongan kru media yang turut serta dalam liputan kebakaran lahan diantaranya Riau Pos,Koran Tempo,riaubisnis.com dan gagasanriau.com sendiri. Dilahan perbatasan antara lahan perkebunan milik masyarakat dengan milik perusahaan, PT.MAL juga membuat kanal-kanal selebar 3 meter dengan kedalaman sekitar 4 meter untuk membatasi rambatan api dari lahan masyarakat yang sudah terbakar.
Kebakaran lahan di kecamatan Teluk Meranti ini terjadi sangat cepat merambat luasannya karena kontur lahan gambut kering yang mudah terbakar disamping itu tiupan angin mendukung terjadinya percikan api meluas. Ditambah lagi intensitas hujan sejak bulan Juli yang berkurang. Perkiraan berdasarkan data yang disampaikan oleh Haji Rauf kebakaran lahan ini sudah mencapai 300 hektar terbakar di desanya Kuala Panduk.
Ady Kuswanto
Tulis Komentar