Daerah

Penyadapan AS Sudah Terjadi Sejak Zaman Soekarno

[caption id="attachment_5550" align="alignleft" width="300"]Ilustrasi. gagasanriau.com Ilustrasi. gagasanriau.com[/caption]

gagasanriau.com, Jakarta - Anggota Komisi III DPR, Eva Kusuma Sundari mengaku tidak kaget mendengar adanya aksi spionase atau penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) di Indonesia.

Menurut dia, aksi spionase yang dilakukan pihak intelijen AS sudah lama terjadi di Indonesia. Bahkan, jatuhnya pemerintahan Soekarno itu merupakan hasil dari kerja intelijen asing.

"Saya tentu tidak kaget dengan kedalaman keterlibatan Amerika sejak RI merdeka, seperti study Cornel Univercity terhadap data-data yang direveal oleh intelijen termasuk dalam kudeta penurunan Soekarno dengan segala konsesinya," ujar Eva, di Jakarta, Kamis (31/10/2013).

Dia mengemukakan, Indonesia sudah ketergantungan dengan intelijen asing khususnya dalam setiap kebijakan yang akan diambil di dalam negeri.

Misalnya, kata Eva, kasus dimana pemerintah Indonesia mencuat beberapa asetnya seperti aset bank-bank ke pihak asing itu atas campur tangan dari intelijen AS.

"Lihat saja buku pak Kwik (mantan Menko Perekonomian) soal proses pengambilan keputusan untuk penjualan BCA, BLBI dan lain-lain," ujarnya.

Dalam proses pengambilan keputusan untuk menjual aset bank-bank tersebut, lanjutnya, para elite di pemerintahan terus berkordinasi dengan pihak AS.

"Para birokrat tingkat tinggi di Kemenkeu dan BI online dengan DC. Artinya, beda dengan di Eropa yang merasa dicurangi, di sini kasat mata," tandasnya.

Sebelumnya, Amerika Serikat dikabarkan memiliki 90 fasilitas spionase di seluruh dunia, beberapa di antaranya menumpang di gedung Kedutaan AS di berbagai negara. Kedubes AS di Jakarta, termasuk salah satu lokasi yang disebut masuk ke dalam daftar 90 pos itu.

Akibat berbagai bocoran tersebut, hubungan AS dengan berbagai negara retak, termasuk dengan sekutunya di Eropa, Jerman dan Perancis.

Inilah.com


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar