Gagasanriau.com Pekanbaru - Kualitas kepemimpinan bangsa pada hari ini mencoreng martabat rakyat. Asumsi ini muncul karena banyaknya kasus-kasus korupsi yang menyebabkan rakyat jauh dari kata sejahtera. Belum lagi terjadinya perselingkuhan antara kekuasaan dengan komprador bangsa yang melahirkan anak haram bernama kemiskinan. Fenomena ini menuntut pemuda/mahasiswa sebagai generasi masa depan agar dapat menjadi pembaharu kerusakan bangsa.
Dalam sejarah perjalanan bangsa ini, mahasiswa sudah memerankan peranan penting. Mulai dari zaman pra kemerdekaan sampai zaman pasca kemerdekaan, dari zaman pelajar-mahasiswa sampai gerakan mahasiswa 1998. Semua berbicara tentang perjuangan dan kontribusi terhadap bangsa, perjuangan tersebut dilandasi atas kecintaan pada bumi pertiwi.
Namun zaman kian berubah, permasalahan yang harus dihadapi juga berubah, yang kita hadapi sekarang lebih kompleks dan membingungkan, dalam artian banyak yang sadar akan masalah yang dihadapi bangsa ini. Namun semakin banyak pula yang apatis dan lepas tangan begitu saja sambil terus memperjuangkan ego serta kepentingan pribadi maupun kelompok. Bobroknya kualitas pemimpin negeri pada saat ini menuntut mahasiswa sebagai generasi emas ke depan menjadi win solution terhadap permasalahan bangsa.
Tetapi pada kenyataannya, saat ini bagian dari gerakan mahasiswa itu sendiri tidak lagi pada khitahnya sebagai gerakan misi penyelamatan bangsa. Gerakan mahasiswa sudah terkotak-kotak dengan banyaknya kepentingan yang mengedepankan prinsip 'kita dapat apa'. Gerakan mahasiswa itu tidak lagi pada zona di tengah-tengah rakyat melainkan zona nyamannya kekuasaan, bahkan teriakan kemiskinan di sudut-sudut jalan seolah tidak terdengar lagi dengan adanya lembaran rupiah yang menutup nurani perjuangan.
Realitas gerakan di masa sekarang dimana kaum muda tak lagi dapat mengubah dunia melalui perjuangan fisik melawan penjajahan tapi kaum muda mampu mengubah dunia melalui realisasi-realisasi nilai pemikiran besar yang dimilikianya, seperti peran pemuda pada tahun 1998 yang hasilnya bisa kita rasakan hingga saat ini. Sejatinya mahasiswa adalah kaum muda yang di proyeksikan dan di persiapkan sebagai pembaharu bangsa di kemudian harinya.
Masyarakat sudah begitu jenuh dengan konflik bangsa yang kian hari semakin runyam, gelombang kekalutan bangsa semakin menyeruak yang menimbulkan sikap keapatisan masyarakat yang kian meninggi, tiap hari tontonan televisi menyajikan berbagai kerusakan moral yang tidak ada hentinya, belum lagi dengan aksi biadab para pemegang amanah negeri ini yang merampok kesejahteraan rakyat. Rakyat sudah lelah, lantas kepada siapa lagi rakyat akan berharap perubahan? Mahasiswa adalah jawabannya. Mahasiswa adalah para pemuda harapan bangsa untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, mahasiswa harus benar-benar mampu menjadi agent of change dan agent of control.
Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat yang merupakan elit intelektual dengan tanggung jawab ilmu yang harus diterapkan di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Mahasiswa memiliki kesempatan besar mewujudkan harapan masyarakat dengan ide-ide dan pemikiran cerdas yang ia miliki. Sejatinya gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah berbasis inteletual dan moral, hati nurani mahasiswa adalah ideologi yang harus dikembalikan, namun beberapa kalangan mahasiswa ideologinya justru telah terkotori dengan pikiran kepentingan ego sektoral.
Hari ini kita menjadi kepercayaan masyarakat, selayaknya menujukkan citra yang baik bahwa mahasiswa adalah kaum terpelajar dan merupakan wajah bangsa ke depan.
Penulis
Slamet Widodo, Presiden Mahasiswa UIN Suska 2015-2016