Gagasanriau.com Tembilahan-The Color Fun Seribu Parit yang dilaksanakan di Lapangan Gajah Mada, Tembilahan pada Minggu (8/2/2015) Pukul 07.30 oleh One Star Event Organizer menuai kritikan dari kalangan masyarakat Inhil.
Kritikan tersebut disampaikan Anita Sahra melalui akun Facebooknya di Group 100.000 Dukungan Tuntutan Perbaikan Kinerja PEMDA INHIL dengan mengupload 3 sebuah photo yang bertuliskan "tidak ada sisi positifnya acara COLOUR FUN tadi pagi di lapangan malah yg ada hanya mempertontonkan kemolekan tubuh"tulisnya.
Kritikan tersebut langsung dikomentari oleh anggota Group 100.000 Dukungan Tuntutan Perbaikan Kinerja PEMDA INHIL, rata-rata komentar tersebut menilai kegiatan tersebut tidak mencerminkan Inhil sebagai Kota Ibadah.
Akun Mugni Cahyadiastagfirullah mengungkapkan kekecewaannya pada acara tersebut "koq begini..padahal pemimpin daerah kita terkenal agamais, knp bs di izinkan acara kyk gini,"ungkapnya.
Sedangkan akun Muhammad Z R mengatakan "Makin parah aje kampong kita ni, kta y agamis tp skrg dh apa pla acr acr gni, dlu dlu tak adek,melenceng dr nilai nilai agama muda-mudi skrg ni wai. Tp Mntap juge buat cuci mata td pagi cntik cntik n seksi seksi wai, hihi.
"Hilang gini yg nama nya generasi muda yg di harapkan. Hanya membuang uang ... Acara yg kurang bermanfaat.dan tdk ada berkah ya ... Malah menjijikan ... Tdk pakai jelbab pula . tbh ini kota ibadah .bukan kota bebas .saya menentang keras acara seperti ini .tdk sopan ... Siapa yg sama pendapatnya sama saya .insa allah .pengikut nabi muhammmad saw.amiin," ungkap akun milik Al-Jamaluddin Inhil.
Dan satu akun meminta agar kabupaten diterapkan seperti di Aceh, para wanita wajib berjilbab dan tidak boleh menggunakan celana ketat. "Mau nya Tbh di terapkan aturan sperti di Aceh harus berjelbab dan tidak boleh pakai celana ketat... Skrng budaya asing yg menjurus ke maksiatan sudah tumbuh di tembilahan... Astagfrullah...smoga allah melindungi kita semua..," komentar Dox Zee.
Untuk saat ini, Gagasanriau.com masih menelusuri penyelenggara kegiatan yang menuai kritikan dari kalangan pengguna medsos.
Reporter Ragil Hadiwibowo