Gagasanriau.com, PEKANBARU - Menutup rangkaian peringatan Hari Pers Nasional dan HUT PWI ke-70, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau bekerja sama dengan PWI Sumatera Selatan akan menggelar pementasan teater bertajuk "Mjuera Parameswara", karya sastarawan muda Palembang, Nurhayat Arif Permana, Sabtu malam (28/5).
Menurut Ketua PWI Riau Dheni Kurnia, pementasan teater ini akan digelar di Gedung Teater Idrus Tintin, Bandar Serai Pekanbaru. "Rencana pementasan teater ini sebenarnya sudah kita rencanakan jauh-jauh hari. Teman-teman PWI Sumsel menawarkan PWI Riau untuk kerja sama mementaskan teater yang akan disutradarai wartawan senior yang juga seniman teater, Asriel Chaniago pada peringatan HPN Riau 2016," jelas Dheni, Kamis (26/5).
Ditambahkan Dheni, selain mementaskan pertunjukan teater, acara penutupan rangkaian kegiatan HPN 2016 dan HUT PWI ke-70 ini, juga akan diisi dengan silaturahmi dan doa bersama menyambut Ramadhan keluarga besar wartawan, PWI dan Serikat Perusahaan Pers (SPS) Riau.
"Untuk itu kami mengundang seluruh insan pers, mitra kerja PWI dan SPS Riau serta para seniman di Riau untuk hadir beramai-ramai menyaksikan pertunjukan yang Insya Allah akan dihadiri Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman," himbau Dheni Kurnia.
Dheni juga mengucapkan terima kasih atas dukungan Dinas Pariwisata Provinsi Riau dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau yang mendukung penuh kegiatan ini. "Juga kepada berbagai pihak yang menunjukkan kepeduliannya terhadap kegiatan seni budaya di Riau," kata Dheni.
Harapan yang sama juga disampaikan Ketua SPS Riau Zulmansyah Sekedang. Ia mengajak seluruh pengurus SPS Riau menghadiri pementasan teater "Mjeura Parameswara". "Apalagi Gubernur Riau menyatakan akan hadir. Ini akan menjadi acara pertama pak Gubernur bersama masyarakat Riau, khususnya kalangan insan pers," ujarnya.
Zulmansyah berharap dengan kebersamaan ini, hubungan antara media dengan Pemerintah Provinsi Riau akan semakin baik.
Menurut Sutradara Asriel Chaniago, Mjeura adalah sejarah yang (mungkin) hampir dilupakan oleh para sejarahwan di Palembang dan masyarakat Sumatera. Selama ini publik hanya mengenal kebesaran empire Sriwijaya, sebuah kemaharajaan di abad ke-7. Dan tentu saja Sultan Palembang Darussalam Mahmud Badaruddin II yang telah dikukuhkan menjadi pahlawan nasional.
Tapi tidak banyak yang tahu bahwa setelah kejatuhan Sriwijaya sekitar abad ke -11 dan menjelang munculnya Kesultanan Palembang Darussalam di akhir abad ke 15, ada kerajaan yang disebut Kerajaan Palembang.
Dia tidak populer karena tidak menyisakan peninggalan penting seperti prasasti maupun manuskrip. Namun kerajaan yang hanya menurunkan lima orang raja ini melahirkan seorang besar bernama Parameswara. Tokoh ini sangat terkenal dalam sejarah Singapura dan Malaka karena dia-lah yang mendirikan dan memberi nama dua kota di pesisir itu.***
Editor: Saut BB