Akhir-akhir ini LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) hangat diperbincangkan ranah nasional maupun internasional. Kaum LGBT mulai berani mengekspresikan dirinya di media sosial maupun dunia nyata. Fenomena LGBT di Indonesia sendiri masih menjadi pro dan kontra bagi berbagai kelompok, begitu juga dengan regulasi mengenai LGBT di Indonesia yang masih belum jelas arahnya. Perilaku “menyimpang” kaum LGBT tentu tidak bisa diterima begitu saja, karena selalu ada alasan- alasan mendasar dari masyarakat untuk menolak pelaku dan perilaku seksual menyimpang, baik itu didasari atas ajaran agama maupun budaya.
Sekitar lebih dari satu decade terakhir, isu tentang lesbian, gay,biseksual dan transgender, atau dikenal dengan istilah LGBT, mengemuka di dunia. Dikutip beberapa sumber bacaan, orientasi menyimpang seksual atau yang dikenal sebagai LGBT kian hari kian meningkat persentasenya di Indonesia. saat ini, fenomena LGBT menjadi isu yang sering diperbincangkan di tengah masyarakat dengan beredarnya promosi, iklan, atau hanya sekadar sudut pandang perorangan mengenai LGBT di media sosial, ditambah eksistensi LGBT sendiri yang masih hangat dikancah internasional terkait keberlangsungan ajang piala dunia 2022 di Qatar yang masih tercium sampai hari ini.
Salah satu fenomena yang masih menyinggung LGBT adalah euforia piala dunia 2022 yang diadakan di Qatar belum lama ini. Hal ini menjadi pernak-pernik dan kehebohan untuk aksi kesebelasan berbagai negara. Namun terlepas dari hal itu, piala dunia 2022 ini menorehkan warna baru yang patut untuk dicermati lebih dalam lagi karena terpantau adanya kebebasan dalam promosi orientasi menyimpang seksual atau LGBT.
"Ini merupakan proses yang panjang dan sulit. Hanya dalam beberapa tahun terakhir ini saya menyadari bahwa saya lebih suka hidup bersama dengan seorang pria. Saya mengungkapkan hal ini karena saya ingin memindahkan diskusi tentang homoseksualitas di kalangan olahragawan profesional," kata Hitzlsperger ketika itu, dilansir dari salah satu media internasional terupdate.
Selain itu media nasional pun turut update terkait perkembangan LGBT terkini. Dilansir dari salah satu media nasional , menyatakan bahwasanya ketua lgbt di Indonesia pun berasal dari Riau.
"Saya bahkan dapat informasi, Ketua LGBT Indonesia itu berasal dari Riau. Ini sangat memalukan kita sebagai orang Melayu," rutuk Syamsuar saat menyampaikan sambutan pada Gerakan Salat Subuh Berjamaah (GSSB), Ahad (20/11/2022) pagi di Masjid Raya Nurul Wathan Provinsi Riau, Jalan Siak II, Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru.
Aksi penolakan terhadap kaum LGBT baru-baru ini juga di ungkapkan oleh Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution yang menyatakan Kota Medan anti Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Sikap Pemerintah Kota Medan di bawah kepemimpinannya menolak tegas perilaku LGBT. Pria yang dikenal sebagai menantu Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) itu mengungkap sikap anti terhadap LGBT juga merupakan pesan dari tokoh-tokoh agama.
"Tadi saya bilang, kita pengen, tadi juga pesan dari tokoh-tokoh agama kita harus menghindari hal-hal seperti itu (LGBT), kemaksiatan juga harus kita tekan, hal-hal yang di luar kebudayaan kita," sebut Bobby saat membuka acara perayaan tahun baru, Minggu (1/12023).
Lebih lanjut, Bobby menjelaskan bahwa tidak ada satu etnis pun di Kota Medan yang mengajarkan untuk memiliki pasangan sesama jenis. Sehingga dia meminta agar kebudayaan Medan yang harus dimunculkan dalam aktivitas sehari-hari.
"Sepanjang saya jalan dari depan Kantor Wali Kota saya lihat kok yang cowok sama cowok (berpasangan), enggak ada ya, Kota Medan enggak ada LGBT, kita anti LGBT!," ujarnya, Minggu (1/1).
Seperti yang kita ketahui, LGBT telah merambah keseluruhan penjuru, baik dikancah internasional, nasional bahkan lokal. Dinamika lgbt yang terus menerus berkembang dan tidak terlepas dari pro dan kontra juga menjadi salah satu celah bagi para pelaku seks menyimpang mendapat kesempatan untuk promosi.
Dari itulah sudah seharusnya pemerintah baik ditingkat internasional, nasional maupun loka sebaiknya mulai bergerak dengan maksimal dalam menangani masalah LGBT ini. Karena berkembangnya LGBT juga akan mempengaruhi substansi lain, terutama terhadap kasus penularan HIV/AIDS yang terus bertambah.
Penulis: Nilna Muna Rosadi