Daerah

Pedagang Kuliner Pekanbaru, Merugi Akibat Asap

Gagasanriau.com.Pekanbaru-Akibat kabut asap tiap tahun terjadi di Provinsi Riau, berdampak ke seluruh sendi kehidupan yang ada, diantaranya aktifitas dunia pendidikan diliburkan, serta tingkat kesehatan mengalami penurunan, dan juga berpengaruh terhadap roda perekonomian daerah ikut tertatih-tatih.

Seperti yang terjadi terhadap pedagang kuliner di Kota Pekanbaru, pendapatan mereka mengalami penyusutan secara tajam dan mengancam kebangkrutan usaha kecil menengah ini.

Pairin, pedagang kuliner angkringan asal Jogjakarta yang berada di jalan Soekarno-Hatta mengeluhkan akibat kabut asap karena pada malam hari saat usahanya mulai berjalan kabut asap makin menggila kepekatannnya. Hal ini membuat warga Pekanbaru enggan keluar rumah, praktisnya pelanggan semakin menyusut.

"Payah mas, nggak ada orang berani keluar rumah bisa bikin sakit asapnya seperti ini, dampaknya kami pedagang sepi pembeli, sejak kabut asap ini"keluhnya kepada Gagasanriau.com Minggu malam (23/2/2014).

Senada dengan Zulfikar 51 tahun lelaki asal Sumatera Barat  pedagang sate yang biasa mangkal di Purna Mtq jalan Jenderal Sudirman,"untuk bali bareh ajo lah susah kiniko,(untuk beli beras aja udah susah saat ini)"tukasnya dengan bahasa Minangkabau.

Ditambahkan Zulfikar, sejak kabut asap dua bulan belakangan ini pendapatannya menurun tajam, bahkan cenderung merugi karena dagangannya terkadang tidak habis karena sepi pembeli. Selain juga ia harus pulang hingga larut malam sambil menunggu dan berharap ada pembeli yang nekat keluar rumah untuk berbelanja.

Secara keseluruhan akibat kabut asap ini, para pelaku usaha kecil menengah dibidang kuliner yang melakukan usaha pada malam hari merasakan dampak yang luar biasa akibat kabut asap ini.

Berdasarkan pantauan Gagasanriau.com Minggu malam (23/2) hingga Senin pagi (24/2/2014) ketebalan kabut asap semakin membahayakan dan mengancam kesehatan warga.

Persoalan kabut asap dari tahun ke tahun tak pernah tuntas pemerintah daerah sendiri harus mengeluarkan anggaran tersendiri untuk mengatasi asap. Sementara perusahaan pembakar dan pemilik lahan konsesi selalu berdalih pembakar lahan adalah warga yang disalahkan.

Ady Kuswanto


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar