Riau

Sementara Anggota DPRD Riau Ini Pergi ke Jerman, Di Kabupaten Kampar Pendidikannya Seperti Ini

GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Kondisi ironis terjadi saat adanya informasi 4 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau melakukan kunjungan ke benua eropa, salah satunya ke Jerman.
 
Kunjungan keempat anggota DPRD Riau itu informasi yang dihimpun studi banding. Kunjungan ini pun ternyata dibenarkan oleh Ketua DPRD Riau Septina Primawati Rusli.
 
Dikatakan Septina keberangkatan tersebut sudah sesuai aturan dan seizin pihak Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), yang memiliki kewenangan untuk memberikan izin tersebut, dan sudah melalui proses verifikasi.
 
“Iya, saya yang tandatangan, untuk izin ke Kemendagri, dan mengajukan nama-nama anggota dewan,” kata Septina, Rabu (29/11).
 
Berdasarkan photo yang tersebar di Media sosial Facebook nampak 4 anggota DPRD Riau itu diantaranya Syamsurizal, Firdaus, Eva Yuliana, Mahdalisni berpose didampingi oleh pihak konsulat RI di Jerman.
 
Keadaan ini berbanding terbalik dengan kondisi sebuah sekolah marjinal di pelosok Kabupaten Kampar Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Dimana sekolah tersebut sebuah bangunan papan 2 pintu, dengan luas bangunan 4x5 meter.
 
Sebagaimana diterangkan oleh Yurnalis pemuda asal Kabupaten Kampar yang pernah melihat kondisi sekolah tersebut, di sekolah marjinal tersebut ada seorang guru yang mengajar 15 orang murid.
 
Guru tersebut bernama Arosel. Rosel begitu ia akrab disapa, adalah ibu muda dari 2 orang anak yang masih balita. 
 
"Ia harus berpacu dengan waktu agar sampai sekolah tepat waktu, anak-anaknya yang masih kecil harus ia tinggalkan dirumah demi memastikan belasan anak disekolah yang ia didik bisa terjamin masa depannya" kata Yurnalis kepada GAGASANRIAU.COM Kamis (30/11/2017).
 
Dan kata Yurnalis lagi, kondisi ruang sekolah seadanya seperti kursi yang tersedia tidak cukup menampung jumlah mereka.
 
"Tidak hanya kursi, meja-meja bolong, meja yang ada diruangan tersebut hanya 4 yang layak digunakan, Arosel  yang menjadi pengajar pun harus pandai memainkan tangan saat menulis dipapan tulis, karena dibagian kiri papan tulis itu hanya tinggal setengah akibat rapuh dimakan usia" terang Yurnalis.
 
Sekolah marjinal ini diterangkan Yurnalis dibuat secara swadaya oleh masyarakat setempat. Sekolah tersebut sebenarnya dikhususkan untuk anak-anak yang berada diwilayah dusun Sialang Harapan Desa Batu Sasak Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar.
 
Editor Arif Wahyudi


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar