Daerah

Reog Kendang Dari Tulung Agung Ikuti Lake Toba World Drum Fetival 2013

gagasanriau.com ,Tulung Agung-Reog kendang asuhan Sanggar Tari Dan Seni Karawitan Sendang Tulungagung [SANGTAKASTA] memastikan sebagai peserta pesta kendang dunia bertajuk Lake Toba World Drum Festival, dalam Festival Danau Toba 2013, di pulau Samosir danau Toba Sumatera Utara, 8-14 September mendatang.

“Setelah menerima surat undangan dari panitia festival, kami bertemu bupati Syahri Mulyo. Hasil pertemuan itu memutuskan pihak pemerintah daerah siap memfasilitasi keikutsertaan reog kendang Tulungagung. Beliau sangat sepakat bahwa festival ini bakal menjadi ajang menampilkan kekayaan seni tradisi Tulungagung, utamanya reog kendang, ke kancah nasional dan dunia,” papar Endin Didik Handaka, pimpinan reog kendang SANGTAKASTA Tulungagung.

Masih menurut Endin Didik Handaka, selain dua perwakilan dari tanah Jawa, festival khusus seni tradisi kendang ini bakal diikuti deretan grup lokal Sumatera Utara dan utusan daerah lain senusantara seperti Gendang Beleq Lombok, DOL Bengkulu, Gendang Tasa Sumatera Barat, Taiko, Jamal, Wukir, dan Belawan. Utusan dari Myanmar dan Africa direncanakan bakal hadir.

“Berdasarkan jadwal yang kami terima,” ungkapnya,“Sehari setelah pembukaan festival, di adakan karnaval Sigale-gale. Perhelatan Lake Toba World Drum Festival mulai berdentum di hari ketiga, menampilkan grup kendang Sumatera Utara, Gendang Beleq, Kuntulan Banyuwangi, grup kendang Belawan, dan grup kendang dari Myanmar.

Sementara reog kendang SANGTAKASTA Tulungagung mulai pentas di hari keempat atau 11 September. Pada hari yang sama, tampil pula grup lokal, Dol Bengkulu, kolaborasi Belawan dan Kuntulan Banyuwangi, serta penampilan dari Afrika. Sehari kemudian, kami bakal kolaborasi dengan singa Afrika.”

Rencananya, Edo Kondologit, Rita Butar Butar, dan Lea Simanjutak, bakal menutup festival Danau Toba 2013.

Sejak berdiri pada 2010, grup seni tradisi dari lereng selatan gunung Wilis ini acap hadir dalam aneka pagelaran tingkat propinsi, nasional, maupun dunia. Tahun kemarin, mereka hadir dalam festival kendang di Jepang.

Sementara untuk menjaga seni tradisi asli nusantara dari kejahatan negara lain, sebagaimana kasus reog Ponorogo yang sempat diklaim Malaysia, Endik menekankan pentingnya pendokumentasian kajian-kajian seni budaya tradisi lokal dalam bentuk buku maupun audio visual.

“Setiap daerah di Nusantara memiliki banyak kekayaan seni tradisi asli masa lampau. Tetapi kita miskin dokumentasi. Sementara untuk menjaga seni tradisi asli, kita tidak cukup hanya dengan menebak, Kita harus melapisinya dengan bukti otentik dan ilmiah melalui pendokumentasian kajian-kajian seni budaya tersebut,” ungkap sosok yang pada 2010 kemarin berhasil memperjuangkan Reog Kendang diakui pemerintah sebagai seni tradisi asli Tulungagung.

(Siwi Sang — Jurnalis Warga Tulungagung, Kinerja USAID)


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar