Pendidikan

Aksi Kekerasan Terhadap Siswa di SMPN 38 Sudah Sering Terjadi

Dhesri Fifia Murni, kakak kandung korban kekerasan di SMPN 38 Pekanbaru
GAGASANRIAU.COM, PEKANBARU - Aksi perundungan atau biasa disebut bullying disertai dengan kekerasan fisik yang menimpa MFA murid kelas VIII SMPN 38 Pekanbaru bukan kali pertama terjadi di sekolah tersebut. Setiap kasus perundungan disertai dengan aksi kekerasan korban selalu diancam untuk tidak membesar-besarkan masalah yang terjadi ke publik.
 
"Adik kandung saya juga sekolah SMPN 38, dan pernah ditusuk pakai pena di dalam kelas oleh temennya, saat kejadian tersebut gurunya hanya menyuruh membersihkan darah dan mengepel lantai bekas ceceran darah kepada adik saya tanpa ada upaya mengobati," ungkap Dhesri Fifia Murni kepada Gagasan Sabtu (9/11/2019).
 
Kejadiannya kata Dhesri pada tahun 2018. Atas kejadian tersebut adiknya trauma dan tidak mau lagi melanjutkan sekolahnya. Hingga kini adiknya yang berinisial SI tersebut putus sekolah di kelas VIII SMPN 38.
 
 
"Guru dan wali kelasnya waktu itu ibu Retno," ujar dia. Dituturkan Dhesri di SMPN 38 tersebut gurunya terkesan mendiamkan aksi-aksi perundungan sesama siswa.
 
"Waktu kejadian itu adik saya itu kan di dalam kelas, dan gurunya ada di juga didalam kelas, hingga terjadilah aksi penusukan pena terhadap adik saya, gurunya cuma suruh adik saya membersihkan darah dan ngepel lantai" tutur dia.
 
Sejak kejadian itu kata Dhesri adiknya sering merasa tertekan dan selalu disalahkan oleh gurunya, bahkan SI ini pernah tidak diberikan nilai, hingga rapornya hasilnya buruk. Dan akhirnya SI memutuskan tidak melanjutkan lagi sekolahnya di SMPN 38 tersebut.
 
Meski sudah tidak lagi bersekolah di SMPN 38 itu lagi, menurut Dhesri guru-guru di sekolah itu masih menaruh perasaan tidak senang dengan adiknya.
 
Bahkan kata dia, pernah kejadian pada 2 September 2019 lalu adiknya dimaki-maki oleh gurunya didepan orang ramai lantaran masih berteman dengan kawannya di sekolah tersebut.
 
Dan tuturnya lagi, saat itu ia hendak menjenguk adiknya ke areal SMPN 38 namun ia didatangi gurunya dan seketika saja para tenaga pendidik itu melontarkan kata-kata kasar kepada dirinya.
 
"Kalian orang kampung ya, kalian orang pedalaman jangan sok-sok kalian ya" tutur Dhessri menirukan ucapan salah seorang guru yang mendatanginya bernama Ira. Saat itu kata dia sempat terjadi cekcok mulut dan aksi lempar helm.
 
 
Maka itulah kata Dhesri ia kaget dan geram ketika kejadian serupa terjadi lagi terhadap MFA murid kelas VIII yang menjadi aksi perundungan disertai kekerasan di sekolah tersebut pada hari Selasa (5/11/2019).
 
Dia berharap agar seluruh jajaran pengajar di SMPN 38 itu dievaluasi oleh Wali Kota Pekanbaru karena kejadian yang sama terjadi berulang-ulang. "Gurunya dievaluasi lah sama kepala sekolahnya juga" tukas dia.
 
Sebelumnya MFA murid kelas VIII SMPN 38 patah hidung dan dirawat di RS. Ia menjadi korban perundungan disertai aksi kekerasan sesama temannya. Kejadian itu terjadi didalam kelas dan sewaktu jam belajar.
 
Menurut L, orang tua korban, saat kejadian gurunya ada didalam kelas. Trauma atas kejadian tersebut dirinya akan memindahkan anaknya dari SMPN 38.


[Ikuti GagasanRiau.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar