GagasanRiau.Com Pekanbaru - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau gencar dalam memprogramkan upaya mewujudkan Ketahanan dan kemandirian Disektor energi, mengingat Total kebutuhan tenaga listrik di daerah ini sekitar 592 MW, kapasitas pembangkit yang terpasang di Riau cuma 315 MW atau kurang 277 MW, sedangkan elektrifikasi baru 61 persen dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 14 persen per tahun.
Pemprov Riau optimis akan hal tersebut, dengan memberdayakan segala potensi yang dimilik bumi Melayu. Baik dari pemanfaatan Sumber Daya Alam yang ada dan Sumber Daya Manusia yang memadai. Pihak Pemprov segera merealisasikan kemandirian energi tersebut dengan berbagai upaya termasuk pengajuan permohonan melalui kementrian ESDM maupun Presiden Joko Widodo agar segera membangun gardu listrik dengan kapasitas yang memadai
Menanggapi hal tersebut melalui Gubernur Provisi Riau, Arsyadjuliandi Rachman mengharapkan pemerintah pusat yang telah merencanakan pembangunan pembangkit listrik baru sekitar 35.000 MW dapat segera merealisasikannya.
Selain itu, Andi mengatakan Pemprov Riau tetap akan memanfaatkan sumber-sumber yang bisa dijadikan untuk memproduksi tenaga listrik seperti energi terbarukan yang dihasilkan diantaranya, pembangkit listrik tenaga diesel, air dan surya
"Kita mengharapkan Pemerintah pusat dapat memenuhi kebutuhan listrik Riau sebesar 35.000 MW dan itu bisa diapai jika pemanfaatan sumber daya baru yang termanfaatkan di dukung misal tenaga panas, Riau stabil panasnya " ujarnya
Menurutnya hal tersebut cukup dalam mengusung mandiri secara energi, iapun mengasakan bahwa banyak potensial yang bisa korelasikan, salah satunya air terjun dan sungai bisa dimanfaatkan sebagai sumber tenaga listrik berbasis air, dan pihaknya sudah melakukan investigasi tentang curah dan stabilitas tekananya, menurutnya sudah cukup untuk menbangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
"Kita sudah lakukan investigasi atas potensi air, ada banyak curah air kita miliki dan itu sudah bisa dibangun PLTA dengan dasar curah dan tekanannya sudah sangat stabil " tuturnya
Iapun memanjakan untuk menunjang niat pemerintahan Jokowi dalam merealisasikan niatnya untuk menambah pembangunan pembangkit listrik ditanah air, Kabupaten Kuansing Provinsi Riau memiliki sumber daya alam serta potensi yang dapat dimanfaatkan untuk sumber energi listrik. Potensi alam tersebut berada di Desa Lubuk Ambacang, Kecamatan Hulu Kuantan Provinsi Riau
Bentangan Sungai Kuantan yang cukup panjang, diyakini bisa untuk menghasilkan listrik sebesar 135 MW. Hal ini berdasarkan hasil survey dalam bentuk Detail Engineering Desain (DED) yang bersumber dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tahun 2015 lalu.
"Dengan adanya pembangunan PLTA ini kedepannya dapat menutupi kekurangan pasokan energi listrik khususnya di Provinsi Riau dan wilayah sekitarnya, karena kita memiliki Sungai Kuantan yang cukup panjang, " tambahnya
Ia pun menjelaskan, untuk pembangunan PLTA dikawasan Lubuk Ambacang itu diperkirakan akan menelan anggaran sebesar Rp3,8 triliun. Itu bisa jadi pemeintah pusat merealisasikan hal tersebut entah melalui swasta maupun PLN sendiri, baginya asalkan potensi alam tersebut dapat ermanfaatkan
"Bisa jadi pemerintah pusat akan membangunnya langsung atau swasta nantinya. Kalau masalah teknisnya itu nanti urusan pemerintah pusat, yang penting potensi alam itu bisa menghasilkan listrik demi kemakmuran masyarakat ," tuturnya .
Tidak hanya itu, iapun menegaskan Pembangkit listrik tenaga surya dipandang sangat potensial dibangun di Provinsi Riau karena memiliki radisasi panas yang cukup untuk bisa menghasilkan listrik, menurutnya untuk skala besar yakni pembangkit, untuk 1 MegaWatt (1.000.000 Watt) listrik dibutuhkan lahan sekitar 1,2 Hektare. Tempat tersebut akan digunakan untuk infrastruktur PLTS, di antaranya panel-panel surya dan peralatan elektronik untuk menyambungkan ke transmisi PLN.
"Riau punya potensi tropis khatulistiwa, karena memiliki radiasi matahari 4,8 kwh/m2 dalam satu hari. Lebih dari negara maju seperti Jerman telah menggunakan PLTS yang hanya 2,4 kwh pwe meter persegi," bebernya
Untuk itu, dia mengaku telah mengusulkan pembuatannya di dua daerah di Riau yakni di Indragiri Hilir dan Indragiri Hulu. Di ini direncanakan PLTS dengan daya listrik 3 MW dan di Inhu 2 MW. Dia juga sudah menemukan investor untuk ke dua daerah itu dari Malaysia dan Jepang. Namun ternyata izinnya sangat sulit dan juga negosiasi dengan PLN yang direncanakan akan membeli daya listrik seharga 25 sen dolar Amerika Serikat per kWh belum ada titik temu. Dan sementara terus diupayakan secepatnya
"Sudah direncanakan di dua daerah di Riau yakni di Indragiri Hilir dan ndragiri Hulu dengan menggandeng investor, akan tetapi kita sedang berupaya mendapat izin dari PLN untuk realisasi usulan ini " ungkapnya.
Kedepan dia berharap ada solusi yakni dengan pangkalnya harus dari pemerintah dengan mengeluarkan regulasi. Saat ini memang Indonesia mempunyai kebijakan disersivikasi energi, tapi itu digabung antara energi baru dengan terbarukan. "Itu seharusnya dipisahkan agar lebih leluasa lagi. Pemerintah harus sediakan regulasi karena di negara maju pun bisa diterapkan disersifikasi energi juga bermula dari regulasi," ujarnya.
Selain itu, dirinya juga berencana membangun pembangkit listrik tenaga diesel untuk mengatasi beban puncak tersebut belum dapat dipenuhi atau didukung oleh pasokan listrik yang memadai walau sudah ada lima pembangkit di provinsi ini, karena ternyata lima pembangkit listrik itu hanya mampu memasok 190,8 mega watt (MW) dan segera kita akan kembangkan agar semua bisa terjangkau denga konsep efisien dan merata, termasuk pengembangan PLTD) Teluk Lembu 7,5 MW, PLTD Dumai atau Bagan Besar 8 MW dan PLTG Riau Power 20 MW agar bisa terpenuhi pasokan listrik di Riau
"Kita akan secepatnya kembangkan untuk memenuhi pasokan listrik denga konsep efisien dan merata, tentunya menambahkan PLTD yang sudah ada diantaranya Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Teluk Lembu 7,5 MW, PLTD Dumai atau Bagan Besar 8 MW," Pungkasnya. (Advertorial).